Elon Musk

Dari Robot Makanan hingga Ambisi AI Elon Musk

(Business Lounge – Technology) Tekanan ekonomi, perubahan teknologi, dan ambisi industri besar sedang membentuk ulang lanskap bisnis global. Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai perusahaan ternama menunjukkan arah baru dalam strategi dan kebijakan mereka, mencerminkan bagaimana mereka menavigasi dunia yang semakin kompleks dan bergejolak. Salah satu berita besar datang dari Intel, raksasa semikonduktor Amerika Serikat, yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 15 persen tenaga kerjanya dan membatalkan proyek-proyek senilai miliaran dolar sebagai bagian dari upaya untuk mengejar ketertinggalannya dari pesaing seperti Nvidia dan TSMC. Pemangkasan ini merupakan langkah besar dalam perombakan strategis yang bertujuan agar Intel bisa kembali menjadi pemimpin dalam industri chip global yang tengah booming berkat lonjakan permintaan untuk kecerdasan buatan.

Sementara itu, perhatian juga tertuju pada Morgan Stanley yang menghadapi peningkatan pengawasan atas proses penyaringan klien di divisi manajemen kekayaannya. Lembaga pengatur keuangan Wall Street tengah menyelidiki lebih dalam praktik perusahaan dalam mengelola nasabah kaya, termasuk potensi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip uji kelayakan dan transparansi. Investigasi ini turut merambah divisi trading Morgan Stanley, menunjukkan bahwa pengawasan saat ini tidak lagi hanya menyasar bank-bank kecil, tetapi juga institusi keuangan besar yang selama ini dianggap mapan dan disiplin secara kepatuhan.

Di ranah media dan hiburan, Federal Communications Commission (FCC) akhirnya menyetujui penggabungan senilai 8 miliar dolar AS antara Paramount dan Skydance, menandai babak baru konsolidasi di industri yang sedang mencari skala ekonomi baru dalam menghadapi persaingan streaming global. Persetujuan ini diberikan setelah Paramount menyelesaikan gugatan dari mantan Presiden Donald Trump terkait kepemilikan atas konten-konten politik. Merger ini dipandang sebagai upaya menyelamatkan portofolio konten legendaris milik Paramount dengan modal baru dari Skydance untuk memperluas produksi film dan serial kelas dunia.

Teknologi dan otomasi juga semakin menonjol dalam transformasi industri. Elon Musk baru-baru ini meminta para investor Tesla untuk mengalihkan perhatian dari penurunan pendapatan mobil listrik ke masa depan perusahaan yang lebih ambisius: kendaraan robotaksi dan humanoid robot. Dalam laporan terbarunya, Tesla mengakui bahwa pendapatan dari penjualan kendaraan listrik mengalami penurunan, namun menekankan pada “kemajuan awal” dalam pengembangan teknologi robot yang diharapkan dapat menggantikan sebagian besar aktivitas transportasi manusia dalam dekade mendatang. Musk menyebut ini sebagai era baru bagi Tesla, di mana bisnis tidak hanya ditentukan oleh produksi mobil, melainkan oleh dominasi dalam sistem otonom berbasis AI.

Gelombang otomasi ini juga terasa di industri pengantaran makanan. Di berbagai kota di AS dan negara lain, robot pengantar makanan mulai menggantikan kurir manusia. Perusahaan teknologi seperti Serve Robotics dan Starship Technologies mengembangkan robot kecil beroda yang dapat mengantar makanan hingga ke pintu rumah pelanggan dengan navigasi mandiri. Inovasi ini diklaim mampu memangkas biaya logistik dan mempercepat waktu pengantaran. Namun di Indonesia, adopsi teknologi ini masih terkendala oleh kondisi infrastruktur jalan, peraturan lalu lintas, serta kekhawatiran terhadap pengangguran struktural di sektor gig economy. Walau beberapa startup mulai bereksperimen, skala implementasinya masih terbatas pada kawasan perumahan elit atau kawasan bisnis tertentu.

Berpindah ke dinamika sumber daya manusia, studi terbaru yang dimuat dalam Harvard Business Review menyebutkan bahwa karyawan yang menerima proyek kompleks di awal masa kerja lebih mungkin dipromosikan lebih cepat dibandingkan mereka yang menjalani tugas rutin. Proyek-proyek menantang memberikan eksposur langsung pada pengambil keputusan senior, memungkinkan evaluasi langsung terhadap kompetensi dan potensi pemimpin masa depan. Ini membuka diskusi baru tentang bagaimana perusahaan bisa merancang strategi retensi dan pengembangan karier berbasis proyek, bukan hanya masa kerja atau hasil kuantitatif.

Ketika fokus pada transformasi bisnis dan teknologi terus berlanjut, sektor makanan pun menghadapi tantangan tersendiri. Hershey mengumumkan kenaikan harga permen cokelat dengan persentase dua digit, menyusul lonjakan harga kakao global yang dipicu oleh cuaca ekstrem dan gangguan distribusi di Afrika Barat. Pihak perusahaan menyampaikan kepada para peritel bahwa keputusan ini tak terhindarkan guna menjaga margin keuntungan di tengah pasokan bahan baku yang tidak stabil. Kenaikan harga ini diperkirakan akan berdampak pada konsumen di pasar AS dan internasional menjelang musim liburan akhir tahun.

Sementara itu, perusahaan ritel makanan cepat saji seperti McDonald’s juga menghadapi tantangan logistik yang tak terduga. Kembalinya menu populer Snack Wrap di berbagai gerai justru menimbulkan kekurangan pasokan selada karena lonjakan permintaan yang melebihi perkiraan. Beberapa lokasi McDonald’s terpaksa menunda peluncuran produk tersebut atau membatasi jumlah penjualan harian. Hal ini menyoroti bagaimana antusiasme pelanggan terhadap item tertentu bisa menimbulkan tekanan pada rantai pasok yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi.

Di bidang energi dan infrastruktur digital, AT&T mencatat pertumbuhan pelanggan nirkabel dan internet rumah yang positif. Perusahaan ini juga mempercepat pembangunan jaringan serat optik sebagai respons atas peningkatan permintaan layanan broadband. Dalam laporan keuangannya, AT&T menaikkan proyeksi arus kas bebas tahunannya, sekaligus menyampaikan bahwa sebagian penghematan pajak yang diperoleh akan diinvestasikan kembali dalam pembangunan jaringan. Langkah ini mencerminkan perubahan strategi perusahaan telekomunikasi besar dari hanya penyedia layanan menjadi arsitek infrastruktur digital masa depan.

Tak kalah penting, Amazon kembali menjadi sorotan lewat akuisisi perusahaan AI Bee, pembuat gelang pintar yang dirancang untuk merekam setiap percakapan penggunanya. Perangkat ini dianggap sebagai lompatan menuju integrasi AI dalam kehidupan sehari-hari, di mana data suara bisa diproses untuk asisten pribadi, notulensi otomatis, hingga interaksi kontekstual dalam ekosistem rumah pintar. Namun, akuisisi ini juga memicu perdebatan tentang privasi dan pengawasan, karena perangkat ini secara teknis mampu merekam percakapan siapa pun di sekitarnya tanpa persetujuan eksplisit.

Di bidang investasi, SoftBank dan OpenAI sempat mengumumkan kolaborasi besar senilai 500 miliar dolar AS yang dinamai Stargate, bertujuan membangun pusat data raksasa untuk menopang era AI. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa proyek ini kini mengecilkan ambisinya menjadi pembangunan satu pusat data berskala kecil pada akhir tahun. Ketidakpastian perizinan, tantangan pendanaan, dan sensitivitas politik menjadi penghalang utama dalam realisasi proyek. Perkembangan ini menunjukkan bahwa walaupun AI disebut sebagai sektor masa depan, pertumbuhan fisiknya tetap terikat pada batasan dunia nyata seperti logistik dan birokrasi.

Pada saat yang sama, sektor minuman kesehatan menunjukkan aktivitas korporasi yang signifikan. Health-Ade Kombucha, merek yang populer di kalangan konsumen sadar kesehatan di AS, diakuisisi dengan valuasi sebesar 500 juta dolar AS. Didirikan pada 2012, perusahaan ini telah tersebar di ribuan lokasi ritel, menjadikannya salah satu cerita sukses dari kategori minuman fermentasi. Akuisisi ini menunjukkan bahwa pasar produk kesehatan masih memiliki daya tarik tinggi di kalangan investor, terlebih dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola konsumsi yang lebih natural dan berkelanjutan.