(Business Lounge – Business Today) – Para pejabat senior Amerika Serikat (AS) dan Cina sepakat untuk kembali melakukan pembicaraan guna mencapai perjanjian dagang yang dapat memperluas peluang usaha bagi kedua negara.
- Menteri Keuangan AS, Jacob Lew saat berbicara dalam forum strategi dan ekonomi yang berlangsung selama dua hari menyebut perjanjian kedua negara sebagai “terobosan penting” dalam pembicaraan dagang. Menurutnya, perjanjian itu “dapat memberi kesempatan yang sama bagi pekerja dan perusahaan Amerika untuk bersaing di pasar terbuka.” Para pekerja pada sektor jasa dan industri lain di AS dapat mengambil keuntungan dari terbukanya usaha baru di Cina.
Menteri Perdagangan Cina, Gao Hucheng mengatakan, “Kami telah sepakat untuk memasuki tahapan riil perundingan secepat mungkin.”
Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pembicaraan itu akan berakhir manis. Kedua negara memulai pembicaraan mengenai perjanjian dagang pada 2008, tapi tetap jalan di tempat. Adanya kesepakatan untuk menandatangani perjanjian akan menjadi kemajuan penting dalam kebijakan dagang dan investasi AS-Cina sejak Cina menjadi anggota WTO lebih dari sepuluh tahun lalu.
Cina menanamkan modal langsung di AS sebesar $5,15 miliar tahun lalu, naik dibandingkan tahun 2007 yang mencapai $1 miliar, demikian keterangan dari Departemen Perdagangan AS. Penanaman modal asing AS di Cina pada 2012 mencapai $51,4 miliar.
Perjanjian investasi bilateral membantu perusahaan AS untuk menyuntikkan modal besar-besaran pada industri yang tertutup seperti layanan keuangan, transportasi dan telekomunikasi.
Bagi Cina, perjanjian dagang dengan AS dapat mengurangi keprihatinan bahwa modal besar dari Cina, seperti kesepakatan senilai $4,7 miliar untuk membeli Smithfield Foods Inc., tidak mendapat sambutan di AS. Pada saat yang sama, pemodal besar AS di Cina sanggup mendongkrak persaingan dan efisiensi di tengah melambannya perekonomian domestik.
Cina sepakat memasukkan sektor jasa dalam pembicaraan dagang dan membuka kesempatan investasi di semua industri, ujar pejabat tersebut. Perusahaan jasa AS telah lama mengeluhkan absennya kesempatan bagi mereka untuk ikut andil dalam perubahan ekonomi di Cina yang sebelumnya didominasi sektor produksi dan kini menjadi sektor konsumsi.
Pengumuman digaungkan sebulan setelah Presiden AS Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu pada sebuah konferensi tingkat tinggi di California. Keduanya berbicara tentang perjanjian dagang yang sempat tertunda, ujar Wakil Menteri Keuangan Cina, Zhu Guangyao pada acara jumpa pers.
“Kami tidak hanya mendapat dukungan kuat dari kalangan pebisnis terkemuka, tapi juga mendapat arahan politis dan strategis dari kedua presiden,” ujar Zhu di hadapan wartawan.
Pertemuan tingkat tinggi antara pemerintah Cina dan Amerika Serikat dalam ini agak terganjal ketika pembicaraan tentang kasus Edward Snowden yang membocorkan rahasia National Security Agency dan mengenai hak asasi manusia.
Dalam hal pembicaraan mengenai Snowden, pihak Amerika Serikat merasa kecewa dengan sikap Cina yang menolak untuk mendeportasi Snowden sebelum dia lari ke Russia.
Namun pihak Cina beralasan bahwa Hong Kong status-nya adalah semi otonomi sehingga penanganan Snowden tidak mutlak bisa dikendalikan otoritas Beijing, selain itu Cina juga menolak kritik dari pemerintah Amerika Serikat mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan China di Tibet.
Justru Cina meminta kepada Amerika Serikat untuk meningkatkan situasi HAM di negara-nya sendiri.
(FJ/FJ-BL, WSJ)