(Business Lounge – Global News) Tien Shan merupakan pegunungan gletser Asia Tengah, yang telah kehilangan seperempat dari massa esnya selama lima dekade terakhir, terutama karena peningkatan pencairan yang diakibatkan oleh kenaikan suhu musim panas.
Gunung Tien Shan
Pegunungan Tien Shan membentang sejauh 2.500 kilometer (1.500 mil). Baik glasial yang mencair atau salju dari pegunungan tersebut adalah sumber air penting bagi orang-orang yang tinggal di wilayah yang semi-kering seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tiongkok.
Kekhawatir yang dihadapi adalah bila mencairnya gletser terjadi secara terus-menerus, hal ini dapat mempengaruhi siklus air dan mengurangi pasokan air dalam beberapa dekade mendatang.
Pengaruh Iklim
Tien Shan mungkin sangat rentan ketika musim dingin, karena suhu di pegunungan tersebut sangat dingin dan kering, sehingga hampir tidak ada salju yang jatuh. Salju jatuh di musim panas, tetapi akibat kenaikan suhu, salju jatuh dalam jumlah yang sedikit sementara proses pencairan menjadi semakin cepat.
Mencairnya gletser juga merupakan salah satu contoh dari efek pemanasan iklim. Para peneliti menggunakan model iklim untuk memprediksi suhu dan memperingatkan bahwa suhu musim panas akan terus meningkat selama beberapa dekade mendatang. Gletser di gunun Tien Shen akan menjadi semakin rentan terhadap pencairan.
Hal ini bisa memiliki implikasi besar bagi mereka yang tinggal di daerah dan yang bergantung pada sumber air.
Cara Peneliti Memprediksi Pencairan
Untuk menciptakan gambaran yang lebih komprehensif, tim glaciologist yang dipimpin Dr. Farinotti menggunakan tiga sistem pengukuran independen, yaitu dengan data satelit, observasi lapangan, dan model glaciological, untuk membangun perkiraan terpisah untuk perubahan massa es dari gletser Tien Shan.
Salah satu metode yang dilakukan pada periode 2003-2009 untuk mengetahui seberapa cepat glister tersebut mencair adalah dengan digunakannya pembacaan gravitasi dari satelit GRACE, sebuah proyek gabungan dari U.S. National Aeronautics and Space Administration dan German Aerospace Center, untuk mengukur perubahan yang dialami massa es.
Metode kedua, juga dilakukan pada periode 2003-2009, diambil dari satelit ICESat milik NASA. Satelit tersebut memperkirakan perubahan ketebalan es dengan menembakkan laser dari luar angkasa ke permukaan gletser.
Metode terakhir adalah dengan menggunakan seperangkat model glaciological, yang dimasukkan dengan rincian data mengenai iklim harian untuk memperkirakan perubahan glasial, termasuk radiasi matahari, curah hujan dan suhu. Pengukuran perubahan massa es dari tujuh gletser tertentu di Tien Shan juga dimasukkan ke dalam model tersebut.
Hasil Penelitian Sementara
Studi tersebut menemukan bahwa gletser dari Tien Shan kehilangan rata-rata sekitar 5 gigaton es setiap tahun antara 1961 dan 2012. Satu gigaton es setara dengan sebuah balok es yang panjangnya mencapai satu kilometer di setiap sisinya.
Menurut peneliti, gletser Tien Shan telah kehilangan sekitar 27% dari massa esnya selama lima dekade terakhir. Sebagai perbandingan, gletser di seluruh dunia telah kehilangan rata-rata sekitar 7% dari massa es mereka di tahun yang sama.
Penelitian menunjukkan bahwa gletser di Tien Shan mengalami penyurutan baik terhadap luas, volume, maupun ketinggiannya. Dengan kondisi saat ini dapat diasumsikan bahwa gletser akan terus mencair di Tien Shan, hal ini dapat menciptakan dan mengintensifkan banyak masalah lingkungan, sosial dan politik.
Peneliti memprediksi, setengah dari es gletser Tien Shan dapat hilang pada tahun 2050.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia


