Jepang Buka Laboratoriumnya Untuk Tangani Virus Mematikan

(Business Lounge – Global News) Sebuah laboratorium penelitian di pinggiran kota Tokyo akan mulai menangani penelitian beberapa virus paling mematikan di dunia untuk pertama kalinya, demikian dikatakan para pejabat negara matahari terbit tersebut pada Selasa (5/8) seperti dilansir oleh Antara. Setelah beberapa dekade sebelumnya, laboratorium ini telah menolak untuk menangani penelitian virus mematikan.

Sebelumnya, Jepang tidak memiliki laboratorium biosafety aktif pada level maksimum atau apa yang disebut dengan tingkat empat,  sehingga keputusan ini akan membawa Jepang sejalan dengan negara-negara G7 lainnya. Hingga saat ini ada sekitar 40 laboratorium sejenis di seluruh dunia termasuk beberapa yang dikelola oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Laboratorium Tokyo ini dibangun pada tahun 1981 dan dirancang untuk menangani virus yang dikenal paling berbahaya, membutuhkan para ilmuwan untuk memakai jas yang menutup tubuh secara penuh dengan asupan oksigen untuk menghindari kontaminasi.

Tetapi ada banyak yang menentang hal ini dengan kekuatiran bahwa laboratorium ini akan membahayakan lingkungan sekitar, apalagi laboratorium ini bertetangga dengan beberapa sekolah dan bangunan masyarakat lainnya yang akan sangat beresiko.

Sebagai tanggapan, laboratorium tersebut kemudian sempat diturunkan levelnya menjadi apa yang disebut sebagai level tiga.

Namun kemudian Menteri Kesehatan Yasuhisa Shiozaki mengubah keputusan tersebut dengan menandatangani sebuah perjanjian dengan walikota Musashimurayama pada Senin (4/8) untuk kembali meningkatkan tingkat biosafety laboratorium ini ke tingkat yang tertinggi sehingga memungkinkan para ilmuwan dapat meneliti virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis.

Seorang juru bicara kementerian kesehatan mengatakan dengan adanya peningkatan ini berarti laboratorium dapat meneliti beberapa virus lainnya seperti virus Ebola dan virus demam Lassa.

Ahli kesehatan menyambut baik langkah tersebut dengan mengatakan bahwa Jepang mengikuti negara-negara lainnya, termasuk Amerika Serikat, Prancis, dan Singapura untuk menghambat kemampuan kemampuan virus mematikan tersebut dalam menciptakan wabah.

“Akhirnya, Jepang telah ‘terperangkap’ sebagaimana negara-negara maju lainnya,” demikian dikatakan Jiro Yasuda, seorang profesor virologi di Nagasaki University. “Memiliki fasilitas dengan level empat adalah suatu keharusan untuk mencegah penyakit menular selain itu juga dapat digunakan untuk mengembangkan vaksin dan pengobatan,” demikian ia menambahkan.

Ada beberapa kasus yang dicurigai berkaitan dengan virua Ebola di Jepang, namun para peneliti tidak dapat menganalisis virus hidup.

Sekitar 28.000 orang telah terinfeksi Ebola di Guinea, Sierra Leone dan Liberia sejak akhir 2013, menurut WHO, dan hampir setengah mati.

citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x