Pasar mobil listrik (EV) global terus melaju cepat — penjualan mobil listrik dunia melewati 17 juta unit pada 2024, meningkat lebih dari 25% dibanding tahun sebelumnya. ASEAN, sebagai kawasan berkembang, ikut kebagian gelombang ini. Di berbagai negara Asia Tenggara, konsumen semakin bersandar pada mobil listrik dan meninggalkan mobil berbahan bakar bensin (ICE). Data terbaru menunjukkan, meskipun total penjualan mobil ringan di wilayah ASEAN menurun 1,5%, segmen EV justru tumbuh signifikan — di Indonesia, misalnya, naik 49% pada 2025
Merek-merek mobil tradisional dari Jepang dan Korea — yang selama puluhan tahun mendominasi jalanan ASEAN — mulai kehilangan pijakan. Karena mereka lambat dalam peralihan ke EV, keunggulan mereka kini digeser oleh merek-merek yang agresif mengadopsi mobil listrik.
Di tengah persaingan sengit dari produsen Cina dan Korea, satu nama mencuri perhatian: VinFast — perusahaan otomotif asal Vietnam.
Mengapa VinFast Bisa Memimpin?
-
Penjualan menanjak cepat: Menurut laporan terbaru, VinFast tercatat menjual lebih dari 110.362 unit EV pada sembilan bulan pertama 2025, menjadikannya merek EV terlaris di ASEAN.
-
Kekuatan di pasar domestik Vietnam: Hampir seluruh penjualan VinFast berasal dari Vietnam. Di negaranya sendiri, VinFast telah menjadi merek nomor satu dalam penjualan mobil — melewati pemain lama yang memakai mesin bensin.
-
Simbol perubahan industri otomotif regional: Menurut pengamat otomotif, keberhasilan VinFast menandai “babak baru industri otomotif global.” Bahwa produsen EV dari Asia Tenggara — bukan hanya China atau negara barat — bisa jadi pemain utama.
Secara simbolis, VinFast menunjukkan bahwa wilayah ASEAN bisa jadi basis inovasi dan transformasi industri mobil global.
Tantangan untuk Pemain Tradisional — dan Kenapa Banyak Jepang “Tergusur”
Pabrikan Jepang seperti merek-merek terkenal telah mendominasi pasar mobil di Asia Tenggara dengan mesin ICE selama dekade. Namun, data 2024 menunjukkan penurunan tajam: penjualan mereka turun lebih signifikan dibanding penurunan keseluruhan pasar.
Karena lambat beradaptasi ke tren EV dan modernisasi, mereka tersingkir oleh merek yang menawarkan EV efisien, harga bersaing, dan dorongan kebijakan lingkungan. Di saat yang sama, merek-merek Cina — dan sekarang VinFast — mengambil peluang ini untuk merebut pasar
Meski beberapa produksi EV dan investasi telah dilakukan oleh pabrikan Korea seperti Hyundai, mereka menghadapi tantangan besar menghadapi tren cepat dan agresif dari merek baru
Apa Arti Ini untuk Konsumen ASEAN dan Masa Depan Industri
Tren ini membawa makna besar:
-
Konsumen di ASEAN — termasuk Indonesia — sekarang punya lebih banyak pilihan EV dengan harga dan spesifikasi kompetitif. Ini mempercepat adopsi mobil listrik di kawasan.
-
Produsen tradisional dipaksa berinovasi cepat: mereka harus mengejar, atau tertinggal. EV bukan sekadar “opsi baru”, tetapi bisa jadi norma baru.
-
Pemain lokal seperti VinFast membuktikan bahwa inovasi dan mobilitas masa depan tidak eksklusif berasal dari Eropa atau Amerika. Asia Tenggara pun bisa ambil bagian.
Bagi kawasan berkembang seperti ASEAN, pergeseran ini bukan sekadar soal mobil — melainkan soal kemandirian industri, efisiensi energi, dan masa depan mobilitas yang berkelanjutan.
VinFast sudah membuktikan diri: dari brand nasional Vietnam, kini jadi pemimpin EV di ASEAN — dalam waktu relatif singkat. Saat penjualan mobil bensin melambat, dan pabrikan lama tak cepat beradaptasi, era baru mobil listrik telah tiba. Tren ini bisa mendorong transformasi besar-besaran di industri otomotif Asia Tenggara. Bagi konsumen, ini artinya pilihan lebih banyak, teknologi lebih maju, dan masa depan mobilitas yang semakin “hijau.”

