(Business Lounge – Global News) Australia and New Zealand Banking Group (ANZ), salah satu dari empat bank terbesar di Australia, memperkirakan laba bersih semester kedua tahun fiskal ini akan terpangkas sekitar A$1,11 miliar (sekitar US$720 juta) akibat sejumlah beban non-tunai dan penyesuaian akuntansi. Pengumuman ini muncul menjelang laporan keuangan resmi yang dijadwalkan pada 10 November mendatang, seperti dilaporkan Bloomberg dan Reuters.
Dalam pernyataannya kepada bursa efek Australia, ANZ menjelaskan bahwa pengurang laba tersebut terutama berasal dari dua faktor utama: pertama, penurunan nilai terkait bisnis teknologi dan sistem pembayaran; kedua, provisi tambahan yang dialokasikan untuk biaya kepatuhan dan litigasi. Bank menyebut langkah ini sebagai bagian dari “peninjauan menyeluruh terhadap aset dan kewajiban non-inti,” yang bertujuan memperkuat posisi keuangan jangka panjang di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Menurut analisis The Australian Financial Review, beban satu kali (one-off charge) tersebut mencerminkan tekanan yang dihadapi sektor perbankan Australia akibat perlambatan ekonomi domestik, naiknya suku bunga, dan tingginya biaya modal. Meskipun bank-bank besar seperti ANZ, Commonwealth Bank, dan Westpac masih mencatat margin bunga bersih yang kuat dari kenaikan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA), permintaan kredit mulai melambat dan risiko kredit dari sektor properti meningkat.
CEO ANZ Shayne Elliott mengatakan dalam pernyataan yang dikutip The Sydney Morning Herald bahwa langkah akuntansi ini tidak mencerminkan pelemahan operasional, tetapi “pembersihan neraca” menjelang siklus ekspansi baru. “Kami ingin memastikan laporan keuangan kami sepenuhnya mencerminkan realitas nilai aset dan risiko yang kami hadapi saat ini,” ujarnya. Elliott menambahkan bahwa ANZ tetap fokus pada pertumbuhan berkelanjutan, terutama melalui divisi perbankan institusional dan digital retail.
Analis di Morgan Stanley memperkirakan bahwa meskipun beban satu kali ini akan menekan laba semester kedua, kinerja inti ANZ tetap solid dengan pertumbuhan kredit korporat dan arus kas yang stabil. Namun, mereka menilai tekanan pada biaya pendanaan dan penurunan pinjaman perumahan akan menahan ekspansi margin bunga bersih dalam beberapa kuartal ke depan.
Sektor perbankan Australia saat ini berhadapan dengan dilema kebijakan suku bunga yang rumit. Dengan inflasi yang masih berada di atas target 2–3%, RBA diperkirakan akan menahan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Menurut Reuters Economics Poll, sebagian besar ekonom memperkirakan RBA baru akan memangkas suku bunga pada paruh kedua 2025. Kondisi ini berarti bank seperti ANZ dapat mempertahankan margin bunga jangka pendek, tetapi juga berisiko menghadapi lonjakan kredit macet (non-performing loans) jika tekanan biaya rumah tangga meningkat.
Selain faktor ekonomi domestik, ANZ juga tengah menyelesaikan akuisisi Suncorp Bank senilai A$4,9 miliar yang masih menunggu persetujuan regulator. Jika disetujui, transaksi ini akan memperkuat posisi ANZ di pasar Queensland dan meningkatkan portofolio pinjaman rumah. Namun, Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) telah menyuarakan kekhawatiran bahwa merger ini dapat mengurangi persaingan di sektor perbankan regional.
Pasar saham menanggapi pengumuman ANZ dengan hati-hati. Saham ANZ sempat turun tipis 0,5% pada perdagangan Rabu pagi, namun analis menilai penurunan ini bersifat sementara. “Investor sudah mengantisipasi adanya beban restrukturisasi. Fokus utama tetap pada prospek laba bersih dan pertumbuhan dividen tahun depan,” kata seorang analis perbankan dari Macquarie Group yang dikutip Bloomberg News.
Dengan kapitalisasi pasar sekitar A$95 miliar, ANZ tetap menjadi salah satu pilar utama sistem keuangan Australia. Namun, pengumuman terbaru ini menegaskan tantangan besar yang dihadapi bank-bank besar di era pasca-pandemi—menjaga profitabilitas, beradaptasi dengan regulasi ketat, dan menavigasi ketidakpastian ekonomi global.

