(Business Lounge Journal – Foreign Insight)
Empat tahun sembilan bulan mungkin tidak lama dalam ukuran waktu diplomatik, tetapi bagi Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia, H.E. Jaroslav Doleček, masa itu telah membentuk ikatan yang tak akan mudah terhapus. Dalam pidato perpisahannya di kediaman resmi yang malam itu dipenuhi kehangatan dan tawa, sang Duta Besar menyebut hari itu sebagai momen “spesial”—campuran antara rasa bahagia dan sedih, sebuah perasaan yang hanya bisa dirasakan ketika seseorang benar-benar mencintai tempat yang akan ia tinggalkan.
“Indonesia adalah negara yang luar biasa. Saya tidak bisa mengingat satu pun masa sulit di sini—semuanya terasa baik,” ujarnya sambil tersenyum. Ucapannya disambut tepuk tangan hangat dari para tamu undangan, sebagian besar adalah kolega diplomatik dan sahabat dekat yang telah berbagi perjalanan dengannya selama hampir lima tahun.
Bagi sang Duta Besar, Indonesia bukan sekadar tempat bertugas, tetapi rumah kedua yang membentuk pengalaman diplomatik yang kaya dengan makna. Ia mengakui bahwa setiap hari di Indonesia memberinya pelajaran baru—tentang kesabaran, keramahan, dan nilai-nilai kebersamaan yang melekat kuat dalam budaya Indonesia. “Negara ini indah bukan hanya karena alamnya, tetapi karena orang-orangnya. Mereka tulus, ramah, dan selalu menyambut dengan hati terbuka,” katanya.
Malam perpisahan itu bukan hanya menjadi ajang untuk mengucapkan selamat tinggal, melainkan juga kesempatan untuk menyampaikan rasa terima kasih. Sang Duta Besar dengan tulus memuji tim Kedutaan Besar Ceko di Jakarta, baik staf lokal maupun diplomat, atas kerja keras dan loyalitas mereka. “Seorang pemimpin tidak akan berhasil tanpa tim yang baik. Semua keberhasilan kami di sini lahir dari kerja sama dan semangat kolektif. Saya beruntung dikelilingi oleh orang-orang hebat,” tuturnya.
Ia juga mengucapkan penghargaan khusus kepada sang istri yang selalu mendampinginya dalam setiap langkah perjalanan diplomatik. Dengan nada penuh kasih, ia berkata, “Di balik setiap pria sukses, ada seorang wanita luar biasa. Tanpa dirinya, mungkin hanya separuh dari diri saya yang bisa berdiri di sini.”
Sang istri, dalam sambutannya yang hangat dan bersahaja, membalas dengan rasa terima kasih kepada semua sahabat yang telah membantu mereka beradaptasi di Indonesia. Ia mengakui bahwa awal kedatangan mereka tidak mudah. “Datang ke negara baru berarti memulai dari nol—tidak mengenal siapa pun, tidak tahu apa pun. Tapi Indonesia memeluk kami dengan tangan terbuka. Kami mendapatkan teman, bahkan keluarga baru,” ujarnya penuh emosi.
Ia juga menyinggung kehidupan diplomatik yang kerap menuntut perpisahan, namun selalu memberikan hadiah berupa pertemanan yang tulus. “Dalam setiap negara tempat kami ditugaskan, kami bertemu banyak orang. Sebagian menjadi kolega, sebagian lagi menjadi teman sejati. Dan di Indonesia, kami mendapatkan banyak teman sejati,” katanya, disambut senyum haru para tamu.
Sang Duta Besar menutup malam dengan humor khasnya. Ia berjanji akan kembali ke Indonesia tahun depan untuk mengikuti turnamen golf di Bali. “Jangan biarkan stik golf saya ketinggalan di sini!” ujarnya disambut tawa. Ia juga berkelakar bahwa setelah masa tugasnya di Praha nanti, ia berharap ada “visa pensiun untuk para duta besar” agar bisa kembali menetap di Indonesia — negara yang sudah terlanjur dicintainya.
“Jika Anda berkunjung ke Eropa, jangan lupa mampir ke Praha,” katanya di akhir pidato. “Kota itu indah, tapi sebagian hati kami akan selalu tertinggal di Indonesia.”
Pidato perpisahan itu bukan hanya menandai berakhirnya masa tugas diplomatik, tetapi juga menjadi cerminan hubungan antarmanusia yang menjadi inti dari diplomasi itu sendiri. Di balik kerja sama antarnegara, ada kisah-kisah personal tentang kehangatan, persahabatan, dan rasa saling menghargai.
Duta Besar Republik Ceko meninggalkan Indonesia dengan satu pesan sederhana, namun sarat makna: bahwa hubungan baik tidak diukur dari seberapa sering pertemuan dilakukan, melainkan seberapa dalam rasa saling menghormati dan kasih yang tumbuh di antara bangsa-bangsa. Dan dalam konteks itu, Indonesia telah menempati tempat yang istimewa di hatinya.

