(Business Lounge – Technology) Saham Alibaba melonjak tajam setelah perusahaan teknologi raksasa asal Tiongkok itu mengumumkan rencana investasi besar-besaran di bidang kecerdasan buatan serta meluncurkan model AI terbaru yang diklaim lebih canggih dari generasi sebelumnya. Kabar ini disampaikan langsung oleh manajemen perusahaan dan dilaporkan oleh sejumlah media internasional termasuk Bloomberg, Reuters, dan Financial Times yang menyoroti langkah ambisius Alibaba dalam mengukuhkan posisinya di industri teknologi global yang semakin kompetitif.
Dalam pengumuman terbarunya, Alibaba menyatakan akan menggelontorkan dana lebih dari 53 miliar dolar AS untuk memperkuat pengembangan teknologi AI. Angka ini lebih tinggi dari target awal yang sebelumnya telah diumumkan. Skala investasi tersebut mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjadikan AI sebagai pilar utama strategi pertumbuhan jangka panjang, seiring meningkatnya kebutuhan global akan solusi teknologi pintar di berbagai sektor.
Menurut laporan Bloomberg, lonjakan saham Alibaba terjadi segera setelah pengumuman itu. Para investor menyambut positif strategi agresif perusahaan, terutama karena sektor AI dianggap sebagai salah satu katalis utama untuk membalikkan sentimen pasar yang sempat melemah terhadap saham-saham teknologi Tiongkok dalam dua tahun terakhir. Saham Alibaba yang diperdagangkan di Hong Kong dan New York masing-masing mencatat kenaikan signifikan, menunjukkan adanya keyakinan baru dari investor terhadap arah strategis perusahaan.
Lebih lanjut, Alibaba memperkenalkan model AI baru yang dikembangkan oleh divisi cloud computing mereka, Alibaba Cloud. Model ini dirancang untuk bersaing dengan produk-produk dari perusahaan teknologi global lain seperti OpenAI, Google, dan Anthropic. Financial Times menyebut bahwa model terbaru tersebut memiliki kemampuan pemrosesan bahasa alami dan analitik data yang lebih maju, dengan fokus pada aplikasi bisnis yang mencakup e-commerce, logistik, hingga layanan keuangan.
Pihak Alibaba menekankan bahwa model AI yang baru bukan hanya ditujukan untuk bersaing di pasar internasional, tetapi juga untuk memperkuat ekosistem teknologi domestik Tiongkok. Mengingat regulasi teknologi di dalam negeri yang ketat, perusahaan menekankan kepatuhan pada aturan yang berlaku, sekaligus berusaha menawarkan produk yang relevan dengan kebutuhan pasar lokal.
Menurut analisis dari Reuters, keputusan Alibaba meningkatkan anggaran investasinya untuk AI sebesar 53 miliar dolar mencerminkan adanya perlombaan global yang kian intensif. Di satu sisi, perusahaan-perusahaan AS seperti Microsoft dan Google telah menanamkan miliaran dolar dalam riset dan pengembangan AI. Di sisi lain, perusahaan Tiongkok juga berlomba-lomba mengejar ketertinggalan dengan meluncurkan model dan aplikasi baru. Alibaba tampaknya tidak ingin tertinggal, apalagi mengingat posisinya yang pernah mendominasi sebagai raksasa teknologi di Asia.
Keputusan ini juga muncul di tengah tekanan persaingan yang semakin ketat di sektor e-commerce. Meski Alibaba masih menjadi pemain dominan di Tiongkok, perusahaan menghadapi tantangan dari pesaing baru seperti Pinduoduo dan JD.com yang berhasil menggaet konsumen dengan strategi harga lebih agresif. Oleh karena itu, diversifikasi ke sektor AI dan cloud dianggap penting untuk memperluas sumber pendapatan serta mengurangi ketergantungan pada bisnis inti e-commerce.
Dalam laporan Wall Street Journal, sejumlah analis menyebut bahwa investasi AI ini dapat membawa Alibaba ke level berikutnya, tetapi risikonya juga besar. Salah satunya adalah tingginya biaya operasional dan penelitian yang harus ditanggung dalam jangka pendek. Selain itu, terdapat tantangan geopolitik, termasuk pembatasan akses Tiongkok terhadap chip canggih dari Amerika Serikat yang sangat penting untuk melatih model AI skala besar. Keterbatasan pasokan semikonduktor dapat menjadi hambatan signifikan bagi ambisi Alibaba.
Meski demikian, pihak manajemen Alibaba optimistis. Mereka menegaskan bahwa dana yang dialokasikan akan difokuskan tidak hanya untuk pengembangan teknologi inti, tetapi juga untuk memperluas infrastruktur komputasi awan dan pusat data. Dengan demikian, ekosistem teknologi yang dibangun akan mampu mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan perusahaan maupun pemerintah dalam hal keamanan data.
Salah satu keunggulan strategis yang dimiliki Alibaba adalah basis data masif yang berasal dari aktivitas e-commerce dan layanan digital lainnya. Nikkei Asia menyoroti bahwa data dalam jumlah besar ini dapat dimanfaatkan untuk melatih model AI agar lebih relevan dengan perilaku konsumen nyata. Keunggulan ini memberi Alibaba kelebihan dibandingkan pesaing global yang mungkin memiliki teknologi canggih tetapi tidak memiliki data pengguna dalam skala sebesar itu.
Investor dan analis kini menunggu langkah lanjutan Alibaba dalam mengkomersialisasikan teknologi AI barunya. Apakah akan diterapkan langsung di platform e-commerce mereka, ditawarkan kepada pelanggan bisnis lewat layanan cloud, atau bahkan dikembangkan untuk produk-produk baru yang belum diumumkan. Dalam wawancara dengan Bloomberg, eksekutif Alibaba menyebut bahwa model AI terbaru ini akan segera diuji coba dengan sejumlah mitra bisnis di sektor ritel, keuangan, dan manufaktur.
Di sisi lain, pemerintah Tiongkok juga menunjukkan minat kuat terhadap perkembangan AI. Otoritas setempat mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk berinvestasi lebih dalam, dengan tujuan menjadikan Tiongkok sebagai pemimpin global dalam teknologi ini. Dukungan regulasi bisa menjadi faktor yang mempercepat pengembangan, meskipun juga bisa menjadi kendala jika aturan-aturan ketat diberlakukan terkait penggunaan data dan keamanan.
Sejumlah analis menilai bahwa pengumuman Alibaba ini juga memiliki dimensi psikologis bagi pasar. Dalam beberapa tahun terakhir, saham perusahaan teknologi Tiongkok tertekan akibat ketidakpastian regulasi dan perlambatan ekonomi domestik. Dengan langkah berani seperti ini, Alibaba mencoba mengubah narasi dan membangun kembali kepercayaan investor global bahwa perusahaan Tiongkok masih memiliki kapasitas untuk berinovasi dan memimpin dalam teknologi canggih.
Dampak lebih luasnya juga bisa terasa pada industri teknologi global. Dengan Alibaba meningkatkan investasi dan meluncurkan model baru, persaingan dalam pengembangan AI dipastikan semakin intens. Perusahaan-perusahaan internasional harus mempercepat inovasi mereka agar tidak tertinggal. Konsumen, baik individu maupun korporasi, pada akhirnya akan mendapatkan lebih banyak pilihan produk dan layanan berbasis AI.
Bagi Alibaba sendiri, keberhasilan inisiatif ini akan sangat menentukan masa depan bisnisnya. Jika AI dapat diintegrasikan secara efektif ke dalam berbagai lini usaha, dari e-commerce hingga cloud dan logistik, maka perusahaan berpotensi menciptakan sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan. Sebaliknya, jika investasi besar ini tidak membuahkan hasil yang sepadan, tekanan dari investor dan pasar bisa semakin meningkat.