(Business Lounge – Global News) Perusahaan media konservatif Newsmax akhirnya sepakat untuk membayar $67 juta kepada Dominion Voting Systems, mengakhiri gugatan pencemaran nama baik yang selama hampir tiga tahun terakhir membayangi reputasi dan keberlangsungan bisnisnya. Kesepakatan ini menutup salah satu bab penting dari serangkaian sengketa hukum yang muncul setelah pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2020, ketika Dominion dituduh secara keliru membantu melakukan kecurangan pemilu melalui mesin pemungutan suaranya.
Menurut laporan Wall Street Journal, Newsmax memilih untuk berdamai dengan Dominion menjelang persidangan yang dijadwalkan digelar tahun depan. Keputusan itu dipandang sebagai langkah strategis untuk menghindari risiko kerugian yang jauh lebih besar jika kasus berlanjut ke pengadilan juri. Dominion dalam gugatannya menuding Newsmax secara sengaja menayangkan klaim palsu yang menyebut bahwa perusahaan mereka terlibat dalam upaya mengubah hasil pemilu demi memenangkan Joe Biden atas Donald Trump.
Gugatan ini bukan kasus pertama yang diajukan Dominion. Sebelumnya, perusahaan teknologi pemilu asal Denver itu telah mencapai kesepakatan besar senilai $787,5 juta dengan Fox News pada April 2023, sebuah kasus yang mengguncang lanskap media Amerika. Dalam kasus Fox, bukti internal menunjukkan bahwa meskipun banyak eksekutif dan jurnalis Fox mengetahui klaim kecurangan itu palsu, mereka tetap menyiarkannya karena takut kehilangan penonton konservatif. New York Times menekankan bahwa kesepakatan dengan Fox menjadi salah satu pembayaran penyelesaian gugatan pencemaran nama baik terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Sementara itu, penyelesaian dengan Newsmax bernilai lebih kecil, namun tetap signifikan. Reuters mencatat bahwa angka $67 juta merepresentasikan pukulan finansial besar bagi Newsmax, sebuah jaringan berita kabel yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan Fox. Bagi Dominion, kesepakatan ini menambah deretan kemenangan hukum sekaligus memperkuat upayanya untuk memulihkan nama baik setelah menjadi sasaran teori konspirasi yang berkembang luas pada 2020.
Newsmax dalam pernyataannya mengatakan bahwa perusahaan “mengakui laporan tertentu mengenai Dominion tidak memiliki dasar faktual.” Pernyataan ini, menurut analis hukum yang dikutip oleh Bloomberg, merupakan pengakuan penting bahwa media memiliki tanggung jawab besar untuk memverifikasi klaim sebelum menayangkannya, terlebih dalam konteks politik yang sarat ketegangan.
Bagi Dominion, penyelesaian dengan Newsmax sekaligus mempertegas posisinya bahwa tuduhan kecurangan pemilu yang diarahkan kepadanya hanyalah hasil disinformasi politik. Dominion berulang kali menegaskan bahwa mesin pemungutan suaranya aman dan tidak ada bukti bahwa perangkat mereka digunakan untuk mengubah suara. Laporan independen dari pejabat keamanan pemilu federal serta audit di berbagai negara bagian juga menguatkan hal ini. Namun, meski klaim tersebut tidak berdasar, dampak reputasionalnya sangat besar. Selama bertahun-tahun Dominion menghadapi ancaman, peretasan, serta kehilangan kontrak bisnis akibat kepercayaan publik yang tergerus.
Kasus hukum yang melibatkan Dominion telah memunculkan pertanyaan mendalam tentang batas antara kebebasan pers dan tanggung jawab media. Financial Times menyebut bahwa gugatan-gugatan ini bisa menjadi preseden baru bagi industri media di AS, khususnya dalam menghadapi era disinformasi digital. Apabila perusahaan media tidak lagi bisa mengandalkan dalih kebebasan pers untuk menyebarkan klaim yang terbukti palsu, maka standar jurnalistik yang lebih ketat kemungkinan akan menjadi konsekuensi jangka panjang.
Newsmax sendiri, sejak 2020, mengalami lonjakan penonton dari kalangan konservatif yang kecewa dengan Fox News, terutama setelah Fox mengumumkan lebih cepat kemenangan Joe Biden di negara bagian Arizona. Namun, lonjakan itu juga diikuti dengan peningkatan risiko hukum, karena perusahaan ini lebih longgar dalam menayangkan klaim-klaim kontroversial. Menurut Wall Street Journal, Newsmax kini menghadapi tekanan berat untuk menyeimbangkan posisinya: di satu sisi menjaga basis penonton konservatif yang menginginkan narasi keras, di sisi lain harus memastikan bahwa konten yang ditayangkan tidak lagi membuka pintu bagi gugatan hukum serupa.
Penyelesaian $67 juta ini juga memberi sinyal kepada OAN (One America News), jaringan konservatif lain yang juga menghadapi gugatan Dominion senilai lebih dari $1 miliar. Analis media menilai, melihat dua kesepakatan besar yang sudah terjadi, kemungkinan OAN juga akan memilih jalan damai daripada berisiko bangkrut jika kalah di pengadilan. Reuters menambahkan bahwa Smartmatic, perusahaan teknologi pemilu lain yang juga menjadi sasaran tuduhan serupa, masih melanjutkan gugatannya terhadap Fox, Newsmax, dan OAN dengan nilai klaim mencapai miliaran dolar.
Bagi dunia hukum, kasus Dominion menegaskan bahwa defamation law di Amerika Serikat, meski biasanya memberikan perlindungan luas bagi media, masih memiliki batas ketika ada bukti nyata bahwa media bertindak dengan reckless disregard terhadap kebenaran. Standar ini, yang berasal dari putusan bersejarah New York Times v. Sullivan pada 1964, mengatur bahwa penggugat harus membuktikan adanya “actual malice” atau niat jahat. Dalam kasus Dominion, bukti internal berupa email, pesan teks, dan kesaksian karyawan media menjadi kunci pembuktian bahwa klaim palsu disiarkan dengan mengetahui bahwa klaim itu tidak benar.
Dampak finansial dari kesepakatan ini bagi Newsmax kemungkinan besar akan berlangsung lama. Walaupun tidak sebesar Fox, pembayaran $67 juta diyakini akan menekan arus kas perusahaan dan memaksa manajemen melakukan penyesuaian strategis. Bloomberg Intelligence memperkirakan Newsmax harus mengandalkan suntikan dana tambahan atau pengurangan biaya operasional untuk tetap kompetitif. Di sisi lain, Dominion kemungkinan akan menggunakan dana ini untuk memperkuat teknologi, meningkatkan keamanan, serta membangun kembali reputasi di mata klien pemerintahan daerah.
Dalam kerangka politik yang lebih luas, penyelesaian ini juga mencerminkan bagaimana warisan pemilu 2020 masih terus membayangi Amerika Serikat. Meskipun lebih dari tiga tahun telah berlalu, klaim tentang kecurangan pemilu tetap menjadi isu politik yang hidup di kalangan pendukung Trump. Penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Partai Republik masih meragukan legitimasi hasil pemilu 2020. Hal ini berarti, walaupun Dominion menang di pengadilan, pertempuran untuk memulihkan kepercayaan publik mungkin masih panjang.
Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa dalam era media terfragmentasi, insentif bisnis seringkali mendorong perusahaan berita untuk menyajikan konten yang sesuai dengan keyakinan audiensnya. Namun, seperti terlihat dalam kasus Dominion, strategi ini bisa berujung pada konsekuensi hukum yang mahal. Dengan demikian, kesepakatan Newsmax–Dominion bisa menjadi titik balik yang memaksa media konservatif maupun liberal untuk lebih berhati-hati dalam mengelola konten, terutama yang berkaitan dengan isu sensitif seperti pemilu.