(Business Lounge Journal – News and Insight)
Di tengah hiruk pikuk perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), Amazon muncul sebagai pemain paling agresif dalam perekrutan talenta AI. Berdasarkan laporan terbaru dari Jobright—sebuah perusahaan pencarian kerja berbasis AI—Amazon membuka 2.898 lowongan kerja terkait AI, lebih dari tiga kali lipat jumlah lowongan yang ditawarkan Meta (767), dan jauh melampaui Google (746) maupun Microsoft (592).
Angka ini menempatkan Amazon sebagai pemimpin dalam “perang perekrutan AI” di antara raksasa teknologi. Laporan Jobright ini dihasilkan dari analisis terhadap delapan juta lowongan pekerjaan aktif di platform mereka dalam sepekan terakhir, yang dihimpun dari LinkedIn, Indeed, ZipRecruiter, dan ratusan ribu situs karier perusahaan.
AI Ada di Mana-Mana—Amazon Menyadarinya
Amazon telah mengintegrasikan AI ke dalam hampir seluruh lini bisnisnya—dari logistik, cloud computing (AWS), hingga e-commerce. Salah satu inovasi terbaru mereka adalah penggunaan model generatif AI untuk mengoptimalkan armada satu juta robot di pusat pemenuhan (fulfillment center). Ini bukan sekadar efisiensi, melainkan transformasi struktural yang akan mengubah wajah operasional Amazon dalam jangka panjang.
“Amazon adalah perusahaan yang paling agresif dalam mengadopsi AI ke seluruh lini bisnisnya,” ujar Eric Cheng, Co-founder Jobright, seperti dilansir oleh media.
Bukan Hanya untuk Para Ahli
Salah satu alasan jumlah lowongan AI di Amazon begitu besar adalah karena perusahaan ini tidak hanya merekrut talent tingkat atas seperti yang dibutuhkan oleh OpenAI atau Meta. Sebaliknya, Amazon menawarkan banyak posisi untuk level menengah dan umum, yang memungkinkan lebih banyak orang ikut serta dalam revolusi AI.
“Laboratorium AI papan atas mungkin hanya membutuhkan 1% talent terbaik,” jelas Cheng. “Tapi bagaimana dengan sisanya? Masih ada 80% profesional yang juga butuh pekerjaan.”
Dengan kata lain, Amazon membuka jalan bagi demokratisasi kesempatan kerja di bidang AI—tidak eksklusif untuk PhD atau ilmuwan data senior, tetapi juga untuk engineer, analis, dan spesialis produk dengan pengalaman yang relevan.
Tren Baru: AI Vertikal dan Startup Menanjak
Selain para raksasa teknologi, sejumlah startup yang tengah naik daun juga mulai agresif merekrut talenta AI. Misalnya, xAI milik Elon Musk, serta Turing, sebuah platform rekayasa jarak jauh. Meskipun ukuran tim mereka lebih kecil, keberadaan lowongan dari perusahaan-perusahaan ini menunjukkan tren menuju AI vertikal—yaitu penerapan AI untuk bidang-bidang spesifik seperti rekrutmen, otomasi, dan pekerjaan berbasis pengetahuan.
Laporan Jobright mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan kini mulai fokus mengintegrasikan AI bukan hanya untuk inovasi besar, tetapi juga untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja sehari-hari.
AI Adalah Infrastruktur Baru
Apa yang dilakukan Amazon memberi sinyal jelas: AI bukan lagi hanya proyek eksperimental di lab, melainkan infrastruktur strategis dalam bisnis masa depan. Dan siapa yang memimpin dalam membangun talenta—akan memimpin dalam membentuk pasar.
Bagi para profesional yang tengah mencari arah baru dalam karier, inilah saatnya menimbang ulang: apakah Anda siap beradaptasi dan ikut ambil bagian dalam gelombang besar revolusi AI yang tengah berlangsung?