McKinsey & Company berencana mengubah mekanisme pemilihan kepemimpinan internal demi menghindari ketegangan yang sempat mencuat dalam dua proses suksesi terakhir. Firma konsultan manajemen elit ini akan memperpanjang masa jabatan managing partner-nya, sebagai bagian dari reformasi internal yang bertujuan menstabilkan transisi kekuasaan dan memperkuat arah strategis jangka panjang.
Selama beberapa dekade, McKinsey dikenal sebagai organisasi yang menjaga keharmonisan internal melalui budaya konsensus dan kepemimpinan yang relatif tidak kontroversial. Namun, dua pemilihan terakhir—termasuk pemilihan Bob Sternfels pada tahun 2021—memunculkan ketegangan di antara para mitra senior, dengan perbedaan pandangan tentang masa depan firma, peranannya di dunia korporat, dan respons terhadap tekanan reputasi.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, dalam perubahan yang sedang dipertimbangkan, masa jabatan managing partner akan diperpanjang dari tiga tahun menjadi lima tahun. Langkah ini akan memberi pemimpin McKinsey lebih banyak waktu untuk mengimplementasikan agenda jangka panjang dan menghindari siklus politik internal yang terlalu cepat. Proses pemilihan selanjutnya juga akan direvisi untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi fragmentasi suara.
Kekacauan pemilihan sebelumnya dipicu oleh perdebatan tajam seputar masa depan firma dalam konteks krisis reputasi yang ditimbulkan oleh keterlibatan McKinsey dalam sejumlah kontroversi global. Di antaranya adalah perannya dalam nasihat kepada perusahaan farmasi selama krisis opioid di Amerika Serikat dan hubungannya dengan pemerintah otoriter di beberapa negara. Peristiwa-peristiwa ini mengguncang konsensus internal yang selama ini menjadi fondasi firma.
Sumber internal menyebutkan bahwa dalam pemilihan terakhir, suara para mitra terbagi antara pendekatan konservatif dan reformis. Meskipun Sternfels akhirnya menang, proses tersebut menyisakan jejak perpecahan yang tak kasatmata di dalam tubuh organisasi. Perpanjangan masa jabatan dinilai sebagai cara untuk mengurangi frekuensi pertarungan politik internal dan menciptakan kesinambungan dalam strategi dan kepemimpinan global.
Langkah ini juga dinilai penting karena McKinsey berada di titik kritis dalam sejarahnya. Sebagai firma konsultan terbesar di dunia, McKinsey bukan hanya memainkan peran di balik layar dalam membantu perusahaan dan pemerintah, tetapi kini juga berada di bawah sorotan publik yang semakin tajam. Tekanan untuk lebih bertanggung jawab secara sosial, meningkatkan tata kelola internal, dan menjauhkan diri dari proyek-proyek kontroversial, menjadi bagian dari tantangan eksistensial bagi perusahaan yang selama ini menekankan kerahasiaan dan pengaruh di balik layar.
Perubahan dalam struktur pemilihan juga mencerminkan pergeseran budaya di kalangan mitra McKinsey. Generasi baru mitra menginginkan lebih banyak akuntabilitas, keterbukaan, dan peran sosial yang lebih jelas. Sementara generasi lama lebih menekankan pada stabilitas, privasi, dan pertumbuhan bisnis yang terukur. Perpanjangan masa jabatan bisa menjadi titik temu yang memungkinkan pemimpin masa depan untuk menavigasi kedua kutub tersebut secara lebih efektif.
Di sisi lain, kritik juga muncul bahwa memperpanjang masa jabatan bisa memperkuat status quo dan memperlambat reformasi yang mendesak. Dalam industri jasa profesional, kepemimpinan yang dinamis dan adaptif menjadi kunci di tengah perubahan teknologi, geopolitik, dan ekspektasi klien. McKinsey, meski memiliki jaringan global yang luas dan pengaruh besar di kalangan elite bisnis, tidak kebal terhadap tekanan eksternal dan tuntutan akan transparansi.
Perubahan ini dijadwalkan akan disahkan dalam rapat mitra global mendatang. Jika disetujui, pemimpin berikutnya setelah Bob Sternfels akan memegang jabatan hingga lima tahun dengan kemungkinan satu kali perpanjangan. Para analis organisasi melihat langkah ini sebagai respons pragmatis terhadap kebutuhan akan stabilitas jangka panjang, namun efektivitasnya tetap akan bergantung pada sejauh mana reformasi ini benar-benar mencerminkan aspirasi internal yang berkembang.
Sebagai firma yang sering dimintai nasihat oleh perusahaan Fortune 500 dan pemerintah dunia, kredibilitas McKinsey terkait bukan hanya pada kecakapan intelektualnya, tetapi juga pada tata kelola internal dan etika yang dipegang teguh. Dengan memperbaiki proses suksesi dan memperpanjang kepemimpinan, McKinsey tampaknya mencoba menyeimbangkan antara ketenangan internal dan tekanan dunia luar yang semakin kompleks dan menuntut.