Tas Birkin

Tas Birkin Pertama Terjual Rp165 Miliar di Lelang

(Business Lounge – Global News) Sebuah tas tangan kecil dari kulit telah mencetak rekor besar. Tas Birkin orisinal—prototipe pertama yang dibuat khusus untuk ikon fashion asal Inggris, Jane Birkin—telah terjual dalam sebuah lelang di Paris seharga $10,1 juta atau sekitar Rp165 miliar. Pembeli tas ini adalah seorang kolektor pribadi dari Jepang, seperti diberitakan oleh The Wall Street Journal, Reuters, dan media lelang internasional lainnya.

Penjualan ini mencetak rekor baru sebagai tas tangan termahal yang pernah dilelang dalam sejarah. Sebagai perbandingan, tas Hermès Birkin sebelumnya yang paling mahal terjual senilai sekitar $500.000. Harga terbaru ini melampaui jauh nilai tersebut, menandai tas Birkin tidak hanya sebagai simbol status, tetapi juga sebagai objek investasi seni dan sejarah budaya.

Tas tersebut bukan sembarang Birkin. Ini adalah tas pertama yang dibuat Hermès untuk Jane Birkin, setelah pertemuan kebetulan di pesawat tahun 1981 antara Birkin dan Jean-Louis Dumas, direktur kreatif Hermès kala itu. Menurut cerita legendaris dunia mode, Birkin mengeluh bahwa dia kesulitan menemukan tas tangan yang cukup besar namun tetap elegan untuk digunakan sehari-hari. Dumas lalu menggambar desain dasar di atas kantong muntah pesawat. Beberapa bulan kemudian, ia mengirimkan prototipe tas kulit hitam kepada Birkin—dan lahirlah apa yang kini dikenal sebagai Birkin bag.

Tas yang dilelang ini adalah tas tersebut: Birkin pertama yang pernah dibuat, digunakan langsung oleh Jane Birkin selama bertahun-tahun. Tidak hanya membawa nilai fungsional dan estetika, tas ini juga penuh muatan sejarah dan sentimen. Bahkan, beberapa goresan dan bekas pemakaian tidak diperbaiki oleh pemilik sebelumnya, demi mempertahankan keaslian dan aura personalitas Birkin.

Menurut rumah lelang Artcurial yang menyelenggarakan penjualan, banyak penawar datang dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah, dengan minat tinggi dari para kolektor fesyen, seni kontemporer, dan barang antik. Namun akhirnya, kolektor asal Jepang tersebut mengungguli pesaingnya dalam penawaran terakhir yang berlangsung hanya dalam beberapa menit.

Daya tarik utama dari tas ini adalah keautentikannya. Ia bukan sekadar buatan Hermès, tetapi merupakan simbol pertemuan antara ikon gaya hidup dan warisan desain Perancis. Jane Birkin, yang meninggal dunia pada Juli 2023 lalu, dikenal dengan gayanya yang effortless namun berani, dan tas ini menjadi perpanjangan dari kepribadiannya selama lebih dari tiga dekade.

Menurut laporan Bloomberg, tren investasi dalam barang fesyen mewah seperti tas Birkin mengalami lonjakan tajam dalam lima tahun terakhir. Kolektor dan investor kelas atas menganggapnya sebagai alternatif terhadap saham dan properti—dengan stabilitas nilai yang justru meningkat saat kondisi ekonomi global bergejolak. Dalam beberapa indeks barang mewah, Birkin mengungguli bahkan logam mulia dalam hal apresiasi nilai jangka panjang.

Hermès sendiri, sebagai pembuat tas ini, tetap mempertahankan filosofi eksklusivitas. Produksi Birkin sangat terbatas, dengan daftar tunggu yang bisa mencapai beberapa tahun dan distribusi yang dikontrol secara ketat. Strategi ini tidak hanya menjaga kelangkaan, tetapi juga memperkuat nilai pasarnya di pasar sekunder, terutama untuk varian-varian langka seperti edisi kulit buaya, model bertatahkan berlian, atau—seperti dalam kasus ini—tas dengan sejarah orisinal.

Sementara banyak rumah mode bersaing lewat kampanye digital dan kolaborasi selebritas, Hermès tetap konservatif: tidak ada logo mencolok, tidak ada iklan flamboyan, hanya pengrajin kulit terbaik dan warisan desain yang konsisten sejak abad ke-19. Dan itu berhasil. Bahkan dalam laporan pendapatan terbaru, Reuters mencatat bahwa Hermès mencetak pertumbuhan dua digit di tengah pelemahan pasar barang mewah global.

Bagi kolektor dari Jepang yang membeli tas ini, keputusan tersebut kemungkinan lebih dari sekadar pembelian barang fesyen. Ini adalah pernyataan budaya, kepemilikan atas artefak sejarah, dan bentuk penghormatan terhadap seorang perempuan yang mendefinisikan gaya dengan kejujuran dan keanggunan.

Penjualan tas Birkin pertama ini juga menunjukkan bahwa dalam dunia yang makin didominasi oleh digitalisasi dan fast fashion, masih ada ruang luas bagi narasi otentik, produk dengan kisah nyata, dan keindahan yang melampaui tren sesaat. Tas kulit hitam ini bukan hanya barang koleksi. Ia adalah pengingat bahwa sejarah fesyen bukan hanya tentang busana, tetapi tentang manusia yang memakainya—dan cerita yang mereka bawa.