(Business Lounge – Global News) Untuk pertama kalinya dalam sejarah 117 tahun perusahaannya, United Parcel Service (UPS) menawarkan paket buyout sukarela kepada para pengemudi penuh waktu di Amerika Serikat. Tawaran ini, yang diumumkan awal Juli 2025, menjadi simbol dramatis dari tekanan finansial dan transformasi strategis yang tengah dijalani perusahaan pengiriman raksasa tersebut.
Dalam pernyataannya, UPS menyebut bahwa tawaran buyout akan diberikan kepada pengemudi senior dan mencakup manfaat pensiun tambahan, bantuan kesehatan, dan tunjangan transisi. Jumlah pengemudi yang ditargetkan untuk menerima tawaran ini tidak diumumkan secara resmi, namun analis memperkirakan bisa mencapai ribuan orang, tergantung tingkat partisipasi.
Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar UPS, yang juga mencakup pemangkasan 12 persen tenaga kerja manajemen global dan penutupan lebih dari 70 fasilitas distribusi dalam satu tahun terakhir. Keputusan ini terjadi di tengah tekanan multi-aspek yang menimpa perusahaan: volume paket yang stagnan sejak pascapandemi, lonjakan tajam biaya tenaga kerja akibat perjanjian kontrak baru dengan serikat buruh, dan harga saham yang terus merosot selama dua tahun berturut-turut.
Salah satu pemicu utama langkah efisiensi ini adalah hasil dari kesepakatan perburuhan nasional antara UPS dan Teamsters pada pertengahan 2023, yang menetapkan gaji dan manfaat total pengemudi penuh waktu mencapai rata-rata US$170.000 per tahun. Meskipun kontrak itu dipuji karena memperjuangkan kesejahteraan pekerja logistik, beban biaya tersebut kini dianggap sebagai salah satu penyebab utama penurunan margin keuntungan perusahaan. Sejak kesepakatan tersebut disahkan, harga saham UPS telah turun hampir 45 persen, menandai kehilangan kepercayaan pasar atas prospek jangka pendek perusahaan.
Manajemen UPS, di bawah CEO Carol Tomé, menyatakan bahwa keputusan buyout diambil untuk merespons dinamika pasar yang berubah drastis. Mereka juga mengakui bahwa penurunan volume dari pelanggan besar seperti Amazon telah memengaruhi profitabilitas, karena pengiriman eceran rumahan cenderung berbiaya tinggi namun berkontribusi rendah terhadap margin. Dalam konferensi internal, pimpinan menyebut bahwa UPS kini mengalihkan fokus dari pertumbuhan volume ke kualitas pendapatan, dengan prioritas pada klien bisnis, logistik kesehatan, dan layanan internasional.
Namun, reaksi dari serikat pekerja tidak bersahabat. Serikat Teamsters, yang mewakili lebih dari 300.000 pekerja UPS di AS, mengecam keras tawaran buyout ini. Presiden Teamsters Sean O’Brien menyebut kebijakan tersebut sebagai bentuk pelemahan kontrak kerja nasional dan meragukan legalitasnya. Ia menegaskan bahwa setiap bentuk pengurangan tenaga pengemudi harus melalui konsultasi dan negosiasi resmi sesuai perjanjian bersama. Bahkan, Teamsters mengancam akan membawa isu ini ke jalur hukum jika UPS tetap melanjutkan tawaran secara unilateral.
Langkah UPS juga dipandang sebagai sinyal bahwa industri logistik Amerika sedang memasuki fase konsolidasi dan efisiensi baru setelah masa ekspansi agresif selama pandemi. Sebagian besar perusahaan pengiriman dan distribusi kini berhadapan dengan realitas permintaan konsumen yang kembali normal, kenaikan biaya operasional, dan tekanan investor untuk meningkatkan profitabilitas. Dalam hal ini, UPS bukan satu-satunya perusahaan besar yang melakukan langkah restrukturisasi, namun menjadi yang pertama menawarkan buyout kepada pengemudinya—suatu preseden yang mungkin akan diikuti oleh kompetitor.
Di sisi lain, analis pasar mencatat bahwa tawaran buyout bisa berdampak ganda. Di satu sisi, pengurangan tenaga pengemudi senior dapat menghemat beban gaji dalam jangka panjang, terutama jika digantikan oleh pekerja yang lebih muda dengan kompensasi lebih rendah. Di sisi lain, kehilangan tenaga kerja berpengalaman secara cepat bisa menimbulkan tantangan dalam menjaga kualitas layanan dan operasional jaringan distribusi.
Secara historis, UPS dikenal sebagai perusahaan yang sangat stabil dalam relasi industrialnya. Dengan sejarah panjang perjanjian kerja bersama, keputusan untuk menawarkan buyout mencerminkan perubahan struktural dalam strategi perusahaan. Tidak lagi hanya fokus pada volume pengiriman atau perluasan jaringan, UPS kini memprioritaskan efisiensi, optimalisasi kapasitas, dan selektivitas dalam pelanggan yang dilayani. Ini juga menunjukkan bahwa perusahaan siap melakukan tindakan yang sebelumnya dianggap tabu untuk mempertahankan daya saingnya.
Bagi para pengemudi, tawaran ini memberikan dilema antara mengambil kompensasi dini atau mempertahankan pekerjaan dengan upah dan manfaat tinggi namun berisiko di tengah perombakan besar. Banyak di antara mereka yang telah bekerja lebih dari 20 tahun menyambut tawaran ini sebagai pintu pensiun dini yang layak, sementara lainnya mencemaskan bahwa tawaran ini menjadi sinyal bahwa pekerjaan mereka kini dipertanyakan secara jangka panjang.
Pasar menanggapi berita ini secara hati-hati. Saham UPS sempat naik tipis setelah pengumuman, namun investor tetap menunggu bukti nyata bahwa langkah-langkah efisiensi ini bisa memperbaiki neraca keuangan dalam dua kuartal ke depan. Selain itu, segala bentuk ketegangan atau gugatan dari serikat pekerja bisa menunda atau membatalkan dampak penghematan yang diharapkan.
Langkah buyout kepada pengemudi penuh waktu merupakan transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah panjang UPS. Keputusan ini mencerminkan tekanan struktural yang tidak bisa dihindari oleh perusahaan logistik global: efisiensi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dalam konteks ini, UPS sedang merancang ulang ulang arah bisnisnya—bukan untuk tumbuh lebih besar, tetapi untuk bertahan lebih ramping dan tangguh dalam menghadapi era baru transportasi barang yang lebih kompetitif dan mahal.