Evraz PLC

Evraz Jual Aset Amerika Utara

(Business Lounge – Global News) Evraz PLC, produsen baja besar yang sebagian sahamnya dimiliki oleh oligarki Rusia Roman Abramovich, akhirnya menemukan pembeli untuk unit bisnisnya di Amerika Serikat dan Kanada setelah lebih dari dua tahun berada di bawah tekanan sanksi. Dalam langkah yang menandai babak penting dalam restrukturisasi bisnis akibat konflik geopolitik, perusahaan ekuitas swasta asal AS dipastikan akan mengambil alih Evraz North America dengan nilai transaksi yang bisa mencapai $500 juta.

Kesepakatan ini mencakup aset-aset strategis seperti pabrik baja, fasilitas pipa, dan jaringan distribusi di Colorado, Oregon, dan Alberta, yang sebelumnya memainkan peran penting dalam pasokan logam industri untuk pasar Amerika Utara. Penjualan ini juga mencerminkan tekanan ekonomi dan regulasi yang terus dihadapi oleh perusahaan multinasional dengan afiliasi Rusia sejak invasi ke Ukraina pada awal 2022.

Menurut laporan The Wall Street Journal, pembeli dalam transaksi ini adalah firma ekuitas swasta asal AS yang identitasnya belum diumumkan secara resmi, tetapi dipastikan telah mendapatkan persetujuan awal dari regulator perdagangan AS dan Kanada. Langkah ini membuka jalan bagi penyelesaian transaksi yang telah lama tertunda akibat pembekuan aset dan pengawasan ketat terhadap hubungan bisnis lintas batas dengan perusahaan yang terkait individu yang dikenai sanksi.

Evraz PLC sendiri sebelumnya membantah adanya pengaruh langsung dari Abramovich dalam pengambilan keputusan operasional. Namun sejak nama Abramovich masuk dalam daftar sanksi Inggris dan Uni Eropa, tekanan terhadap perusahaan tempat ia menjadi pemegang saham terbesar meningkat secara drastis. Pemerintah Inggris bahkan menangguhkan saham Evraz di Bursa London pada 2022, dan berbagai entitas keuangan menahan kerja sama dengan anak usahanya.

Evraz North America selama ini beroperasi relatif independen dari kantor pusatnya di London dan Moskow, dengan mayoritas karyawan berbasis di AS dan Kanada. Perusahaan ini memproduksi baja untuk rel kereta, tabung energi, konstruksi industri, serta infrastruktur minyak dan gas. Namun sejak 2022, Evraz menghadapi pembatasan investasi dan kesulitan dalam menjual unit-unit luar negerinya karena keraguan investor terhadap keterkaitannya dengan entitas yang disanksi.

Penjualan ini dipandang sebagai solusi pragmatis untuk menghindari pembekuan total aset dan menyelamatkan lapangan kerja di fasilitas-fasilitas produksi utama. Dalam pernyataan resminya, manajemen Evraz menyatakan bahwa hasil penjualan akan digunakan untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan secara global, meski belum ada kejelasan apakah dana tersebut dapat ditransfer lintas yurisdiksi tanpa dikenai pembatasan tambahan.

Dari sisi pembeli, transaksi ini dianggap sebagai peluang strategis untuk mengakuisisi aset manufaktur yang beroperasi penuh namun sedang mengalami tekanan valuasi akibat hambatan geopolitik. Sumber internal yang dikutip Bloomberg menyebut bahwa perusahaan ekuitas tersebut melihat potensi pertumbuhan jangka panjang dalam permintaan baja domestik AS, terutama untuk proyek infrastruktur dan energi yang didorong oleh insentif pemerintah federal.

Namun akuisisi ini bukan tanpa risiko. Persetujuan akhir masih bergantung pada peninjauan dari Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS) dan otoritas Kanada yang memastikan bahwa tidak ada pengaruh langsung dari individu yang masuk daftar sanksi. Proses audit sumber dana dan struktur kepemilikan akan menjadi penentu kelangsungan transaksi.

Sebagai catatan, Evraz North America menghasilkan lebih dari $2 miliar dalam pendapatan tahunan sebelum sanksi diberlakukan, dan mempekerjakan lebih dari 1.800 orang. Nilai perusahaan sempat jatuh drastis setelah 2022, meski operasional di lapangan tetap berjalan. Transaksi penjualan yang berlangsung saat ini dinilai mencerminkan harga diskon signifikan akibat situasi politik, bukan kinerja fundamental aset.

Transaksi ini juga menjadi sinyal bagi perusahaan-perusahaan multinasional lainnya yang memiliki afiliasi Rusia untuk mengambil langkah-langkah serupa dalam menata kembali struktur kepemilikannya agar tetap bisa beroperasi di pasar Barat. Banyak firma investasi kini mencari celah untuk mengambil alih aset yang sebelumnya tidak bisa diakses karena kendala sanksi, dengan catatan mampu menunjukkan pemisahan jelas dari pengaruh entitas yang masuk daftar hitam.

Ke depan, akuisisi Evraz North America diharapkan dapat menghidupkan kembali kapasitas industri baja lokal di AS dan Kanada dengan arah baru yang lebih bebas dari hambatan regulasi. Dengan bergesernya kepemilikan ke tangan entitas yang berafiliasi dengan Barat, perusahaan ini mungkin bisa kembali mengakses pembiayaan, kontrak pemerintah, dan peluang pertumbuhan yang sempat tertutup.

Bagi pemerintah AS, langkah ini menunjukkan bahwa strategi sanksi berhasil mendorong pelepasan aset dari orbit pengaruh Rusia tanpa harus menghancurkan kapasitas produksi domestik. Di sisi lain, investor harus tetap waspada terhadap kompleksitas hukum yang menyertai transaksi-transaksi semacam ini, di mana garis antara kepemilikan, kontrol, dan sanksi bisa menjadi sangat kabur.

Penjualan ini bisa menjadi awal dari babak baru bagi Evraz North America, sekaligus menjadi pengingat bahwa dalam era global yang terpecah akibat konflik dan kebijakan sanksi, bahkan aset industri paling tradisional pun kini tidak lepas dari dinamika geopolitik.