(Business Lounge-Global News) Sultan Ahmed Al Jaber tidak hanya dikenal sebagai kepala eksekutif dari Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc), perusahaan minyak milik negara Uni Emirat Arab, tetapi kini juga menjadi figur sentral dalam transformasi global industri energi. Berbekal kekayaan negara yang melimpah, jaringan internasional yang luas, dan pendekatan agresif terhadap akuisisi, Al Jaber menjadikan Adnoc sebagai salah satu perusahaan energi paling ekspansif dan ambisius di dunia, terutama dalam membidik investasi di sektor energi Amerika Serikat.
Laporan terbaru dari The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa Al Jaber tengah memanfaatkan kekayaan kedaulatan UEA untuk memperluas jangkauan bisnis Adnoc ke Amerika Utara. Langkah ini tidak hanya menegaskan arah baru Adnoc dalam berinvestasi di luar negeri, tetapi juga memperlihatkan betapa strategisnya Amerika Serikat sebagai pusat pertumbuhan energi bagi para pemain global yang memiliki kekuatan finansial luar biasa. Melalui akuisisi, kemitraan, dan investasi besar, Al Jaber membawa Adnoc keluar dari bayang-bayang raksasa tradisional seperti ExxonMobil dan Chevron, menuju pusat kekuatan energi global yang lebih beragam.
Salah satu manuver terbesar yang sedang dipersiapkan adalah rencana Adnoc untuk membeli aset gas alam cair (LNG) di Texas, melalui kemitraan strategis dengan Occidental Petroleum, perusahaan asal Houston yang memiliki sejarah panjang dalam eksplorasi migas di wilayah Permian Basin. Seperti dilaporkan oleh Bloomberg, kesepakatan tersebut mencakup akuisisi infrastruktur gas dan pabrik LNG bernilai miliaran dolar yang akan memberikan Adnoc pijakan permanen di jantung industri energi AS.
Al Jaber bukan nama asing di dunia energi global. Ia merupakan tokoh kunci dalam KTT Iklim COP28 di Dubai, sekaligus menjabat sebagai CEO dari Masdar, perusahaan energi terbarukan milik UEA. Namun di balik reputasi internasionalnya sebagai diplomat energi bersahabat, ia juga dikenal sebagai teknokrat berorientasi hasil yang telah mentransformasi Adnoc dari perusahaan konservatif menjadi pemain global dengan mentalitas investor agresif.
Dalam wawancara eksklusif yang dikutip oleh Financial Times, Al Jaber menegaskan bahwa masa depan energi dunia akan ditentukan oleh perusahaan yang mampu memainkan peran ganda: tetap memproduksi energi fosil secara efisien sambil membangun infrastruktur energi terbarukan yang kuat. “Kami tidak melihat transisi energi sebagai pergantian semata, tetapi sebagai ekspansi energi. Dunia membutuhkan lebih banyak energi dengan emisi yang lebih rendah,” ujarnya.
Pandangan tersebut tidak hanya retoris. Di bawah kepemimpinan Al Jaber, Adnoc telah mengalokasikan puluhan miliar dolar untuk proyek ekspansi dan akuisisi di sektor hulu dan hilir. Pada tahun 2023, perusahaan ini mengumumkan rencana ekspansi kapasitas produksi minyak mentah dari 4 juta menjadi 5 juta barel per hari pada akhir dekade ini. Seiring itu, mereka juga berinvestasi dalam proyek hidrogen biru dan fasilitas penangkapan karbon terbesar di Timur Tengah.
Namun arah baru Adnoc yang agresif ini paling kentara ketika melihat masuknya mereka ke pasar energi AS. Menurut laporan Reuters, Adnoc telah menandatangani nota kesepahaman dengan berbagai perusahaan energi AS, termasuk Occidental dan Baker Hughes, untuk kerja sama teknologi dan pengembangan proyek LNG, hidrogen, dan energi bersih lainnya. Langkah ini mengindikasikan bahwa Al Jaber tidak hanya tertarik pada aset migas konvensional, tetapi juga melihat Amerika sebagai laboratorium untuk pengembangan teknologi energi rendah karbon.
Investasi di Amerika memberikan beberapa keuntungan strategis bagi Adnoc. Pertama, mereka mendapatkan akses ke pasar energi terbesar dan paling likuid di dunia. Kedua, melalui kemitraan dengan perusahaan AS, Adnoc dapat mempercepat transfer teknologi yang dibutuhkan untuk mendiversifikasi portofolio energi mereka. Ketiga, kehadiran di AS meningkatkan kredibilitas Adnoc sebagai aktor global, sejalan dengan ambisi geopolitik UEA untuk memainkan peran lebih besar di panggung internasional.
Namun ekspansi ini juga bukan tanpa risiko. Kompleksitas regulasi di AS, volatilitas harga energi, serta potensi resistensi politik terhadap investasi asing di sektor strategis menjadi tantangan tersendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh analis energi dari Columbia University dalam WSJ Energy Report, kehadiran perusahaan negara seperti Adnoc di pasar AS akan terus diawasi ketat oleh pembuat kebijakan dan publik, terutama di tengah meningkatnya ketegangan global seputar pasokan energi dan keamanan nasional.
Meski begitu, Al Jaber tampak siap menghadapi risiko-risiko tersebut. Ia dikenal sebagai negosiator ulung dengan pendekatan diplomatik yang kuat. Pengalaman panjangnya dalam mengelola Masdar serta peranannya sebagai duta iklim UEA memberikan legitimasi tambahan bagi ekspansi Adnoc ke pasar negara demokratis seperti Amerika Serikat. Bahkan beberapa pejabat senior di Departemen Energi AS dilaporkan menyambut baik investasi Adnoc karena dapat menciptakan lapangan kerja dan memperkuat rantai pasok LNG di AS.
Di sisi lain, sebagian pengamat mempertanyakan konsistensi antara peran Al Jaber sebagai pimpinan perusahaan minyak dan keterlibatannya dalam inisiatif iklim global. Dalam The Guardian, kelompok aktivis lingkungan menyatakan bahwa keterlibatan Adnoc dalam proyek ekspansi migas justru bertentangan dengan semangat transisi energi global. Namun Al Jaber membalas kritik ini dengan menyatakan bahwa “dekarbonisasi energi konvensional adalah bagian dari solusi, bukan hambatan”.
Yang menarik, strategi investasi Adnoc di AS mencerminkan model yang mirip dengan pendekatan yang diambil oleh Saudi Aramco dan QatarEnergy—dua perusahaan energi negara lain di Timur Tengah. Namun berbeda dari pendekatan konservatif Aramco yang cenderung fokus pada produksi dan dividen, atau QatarEnergy yang mendominasi LNG global dari wilayah sendiri, Adnoc tampil sebagai investor lintas batas yang lebih fleksibel. Hal ini memungkinkan mereka untuk masuk ke proyek-proyek energi di luar negeri dengan kecepatan dan skala yang mengesankan.
Kunci dari strategi ekspansi ini tentu saja adalah kekuatan dana. Menurut Bloomberg Intelligence, Adnoc memiliki akses langsung ke dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) milik Abu Dhabi yang mengelola lebih dari $800 miliar aset global. Artinya, mereka tidak bergantung pada pinjaman eksternal atau pendanaan publik seperti perusahaan energi swasta. Dalam konteks persaingan global, keunggulan ini memberikan ruang manuver yang hampir tak tertandingi.
Selain AS, Adnoc juga mulai menanamkan investasi di Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur. Namun AS tetap menjadi prioritas karena selain kedekatan geopolitik UEA dengan Washington, stabilitas hukum dan potensi pertumbuhan teknologi energi rendah karbon di AS sangat menarik bagi strategi jangka panjang Al Jaber. Beberapa analis bahkan memperkirakan bahwa dalam lima tahun ke depan, Adnoc bisa menjadi pemilik asing terbesar dari aset LNG di AS jika tren investasi saat ini berlanjut.
Langkah ekspansi global ini juga membawa perubahan besar dalam budaya internal Adnoc. Dulu, perusahaan ini cenderung tertutup dan birokratis, tetapi sekarang mereka aktif merekrut profesional dari perusahaan migas besar Barat, mempercepat pengambilan keputusan, dan mengadopsi praktik tata kelola perusahaan yang lebih transparan. Menurut wawancara dengan mantan eksekutif BP yang kini bekerja di Adnoc, transformasi budaya ini “hanya bisa terjadi karena dukungan penuh dari pimpinan tertinggi, yaitu Sultan Al Jaber sendiri.”
Dengan semua perkembangan ini, jelas bahwa Al Jaber sedang membentuk ulang masa depan Adnoc dan, lebih luas lagi, posisi UEA dalam geopolitik energi global. Di tengah dunia yang bergulat dengan krisis iklim, ketidakpastian geopolitik, dan ketegangan pasar energi, pendekatan yang diambil oleh Adnoc bisa menjadi preseden bagi perusahaan energi negara lainnya.
Sebagai kesimpulan, ekspansi besar-besaran Adnoc ke pasar energi Amerika Serikat di bawah kendali Sultan Al Jaber bukan hanya soal investasi ekonomi, tetapi juga soal pengaruh politik, diplomasi energi, dan visi global tentang masa depan industri ini. Di saat banyak perusahaan masih mencari arah di tengah transisi energi, Al Jaber dengan tenang tetapi tegas membawa Adnoc menuju peran sentral dalam ekosistem energi dunia—baik hari ini maupun dekade yang akan datang.