(Business Lounge – Global News) Perjalanan panjang 23andMe sebagai pelopor pengujian DNA konsumen akhirnya memasuki babak baru yang tak pernah dibayangkan ketika perusahaan itu mencapai puncak popularitasnya. Dalam langkah yang mengejutkan banyak kalangan di industri bioteknologi dan teknologi kesehatan, perusahaan riset farmasi Regeneron mengumumkan akan mengakuisisi 23andMe senilai 256 juta dolar AS, seperti dilaporkan The Wall Street Journal. Nilai ini mencerminkan penurunan drastis dari valuasi puncak 23andMe yang mencapai 6 miliar dolar AS hanya beberapa tahun lalu.
Transaksi ini terjadi di tengah kebangkrutan 23andMe, yang sejak tahun 2023 terus berjuang menghadapi penurunan permintaan tes DNA konsumen, kekhawatiran privasi data, dan tekanan dari investor publik setelah melakukan merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). Menurut laporan dari Bloomberg, merger dengan SPAC yang sempat memberi 23andMe akses ke dana segar dan perdagangan saham publik tidak berhasil menutupi tantangan fundamental dari model bisnisnya yang terlalu bergantung pada antusiasme awal konsumen terhadap pengujian genetika.
Regeneron, di sisi lain, melihat potensi besar dalam database genetika raksasa yang telah dikumpulkan oleh 23andMe selama dua dekade terakhir. Perusahaan farmasi ini mengandalkan data tersebut untuk mempercepat riset pengembangan obat, sebuah pendekatan yang semakin populer di dunia bioteknologi. Dalam pernyataan resmi yang dikutip Reuters, CEO Regeneron Leonard Schleifer menyebut akuisisi ini sebagai “investasi strategis untuk mempercepat pemahaman genetika manusia demi menciptakan terapi baru yang lebih efektif dan terarah.”
Selama bertahun-tahun, 23andMe telah mengumpulkan lebih dari 14 juta sampel DNA dari pelanggannya di seluruh dunia, menciptakan salah satu kumpulan data genetika terbesar di sektor swasta. Data ini tidak hanya mencakup informasi genetik, tetapi juga data kesehatan, gaya hidup, dan hasil survei yang dilengkapi secara sukarela oleh pengguna. Kombinasi ini menjadikan 23andMe sasaran strategis bagi perusahaan farmasi yang ingin memahami hubungan antara genetik dan penyakit secara lebih mendalam.
Financial Times mencatat bahwa kemitraan antara Regeneron dan 23andMe sebenarnya bukan hal baru. Keduanya pernah bekerja sama dalam proyek penelitian besar yang mengaitkan variasi genetik dengan risiko penyakit tertentu. Dengan akuisisi penuh ini, Regeneron tidak hanya membeli aset fisik dan intelektual 23andMe, tetapi juga mengamankan akses eksklusif ke data yang sebelumnya digunakan oleh berbagai mitra riset lain.
Namun akuisisi ini menimbulkan sejumlah pertanyaan besar terkait privasi. Banyak pengamat menyoroti kekhawatiran bahwa data genetika konsumen yang awalnya diberikan untuk tujuan informasi pribadi, kini bisa dialihkan ke perusahaan farmasi untuk kepentingan komersial. Menurut analisis dari The Verge, isu transparansi dan konsentasi penggunaan data menjadi perhatian utama yang perlu ditangani dengan hati-hati oleh Regeneron, agar tidak memperparah krisis kepercayaan yang sempat menimpa 23andMe.
Perjalanan jatuh bangun 23andMe menjadi cerminan dari gejolak di sektor biotek konsumen. Perusahaan ini sempat menjadi simbol revolusi kesehatan berbasis data pribadi, bahkan menarik perhatian raksasa seperti Google yang merupakan investor awal. Anne Wojcicki, salah satu pendirinya yang juga mantan istri salah satu pendiri Google, membawa 23andMe menjadi nama rumah tangga di Amerika Serikat, menawarkan akses langsung ke informasi genetika pribadi tanpa harus melalui rumah sakit atau laboratorium konvensional.
Namun, seperti ditulis CNBC, ketergantungan pada model direct-to-consumer (DTC) tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Setelah gelombang awal adopsi melambat, perusahaan kesulitan menciptakan pendapatan berulang, sementara biaya operasional dan akuisisi pelanggan tetap tinggi. Ditambah dengan regulasi baru terkait tes genetika dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap risiko privasi, bisnis 23andMe mulai terguncang sejak 2021.
Ketika perusahaan melakukan merger dengan SPAC pada 2021, mereka menerima injeksi dana hampir satu miliar dolar AS dan harapan untuk ekspansi besar-besaran. Namun hanya dalam waktu dua tahun, harga sahamnya anjlok lebih dari 90 persen. TechCrunch menilai bahwa 23andMe gagal membuktikan bahwa mereka bisa mengkonversi basis data genetika menjadi sumber pendapatan berkelanjutan, baik melalui layanan premium, kerja sama farmasi, maupun inovasi produk baru.
Kini, dengan masuknya Regeneron, masa depan teknologi 23andMe bisa berubah arah. Alih-alih fokus pada konsumen, data yang dimiliki akan diintegrasikan ke dalam pipeline riset dan pengembangan obat Regeneron. Strategi ini sejalan dengan tren di industri biotek, di mana perusahaan seperti Roche, Moderna, dan Pfizer juga mulai melirik teknologi genomik sebagai dasar untuk menemukan terapi presisi—terapi yang dirancang berdasarkan profil genetik pasien.
Regeneron sendiri bukan pendatang baru di bidang ini. Mereka telah membangun Genetic Center of Excellence yang menjadi rumah bagi lebih dari dua juta sampel genetik, dan telah menghasilkan sejumlah penemuan penting dalam bidang penyakit langka dan penyakit metabolik. Menurut Stat News, integrasi data 23andMe bisa mempercepat validasi target molekuler dan mengurangi risiko kegagalan dalam uji klinis tahap lanjut, yang selama ini menjadi momok dalam pengembangan obat baru.
Kendati demikian, banyak tantangan yang harus dihadapi pascaakuisisi. Selain menyelaraskan dua budaya perusahaan yang sangat berbeda—konsumen teknologi dan farmasi ilmiah—Regeneron juga harus menavigasi kerangka hukum dan etika penggunaan data pribadi, terutama di wilayah seperti Uni Eropa yang memiliki aturan perlindungan data ketat. Axios menyebut bahwa Regeneron harus berhati-hati agar tidak membuka diri terhadap litigasi atau boikot konsumen di masa depan.
Dari perspektif pasar, akuisisi ini menunjukkan bahwa data tetap menjadi aset utama di era biotek modern. Meski valuasi 23andMe merosot drastis, nilai intrinsik dari data genetika yang telah mereka bangun tetap sangat tinggi. Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa perusahaan dengan akses terhadap data genetik yang terstruktur akan memiliki keunggulan kompetitif dalam menemukan molekul obat baru, menentukan target pasien, serta mempercepat persetujuan regulator.
Bagi banyak pengamat, kisah ini juga merupakan peringatan keras bagi startup kesehatan digital lainnya: bahwa pertumbuhan eksponensial dan hype media tidak menjamin keberlanjutan bisnis tanpa model yang kokoh. 23andMe gagal menyeimbangkan inovasi teknologi dengan kebutuhan operasional, dan akhirnya harus menyerahkan kendali kepada pemain yang lebih matang secara finansial dan ilmiah.
Sebaliknya, bagi Regeneron, ini adalah kemenangan strategis yang bisa mengubah posisi mereka dalam kompetisi riset genetika global. Dengan data yang tak tertandingi dan kekuatan modal yang memadai, perusahaan ini mungkin saja akan menjadi pemimpin dalam generasi berikutnya dari terapi medis yang berbasis genetika dan data besar.