(Business Lounge – Global News) Kering, konglomerat mewah asal Prancis yang memiliki sejumlah merek ternama seperti Gucci, Saint Laurent, dan Balenciaga, mengumumkan penunjukan Pierpaolo Piccioli sebagai direktur kreatif baru Balenciaga. Langkah ini menandai babak baru bagi rumah mode yang tengah menghadapi tekanan serius dari penurunan permintaan barang mewah global dan upaya restrukturisasi internal yang belum menunjukkan hasil signifikan. Seperti dilaporkan Financial Times, keputusan ini juga mencerminkan keseriusan Kering dalam memperbaiki posisi Balenciaga yang sempat terguncang secara reputasi dan penjualan.
Pierpaolo Piccioli, yang sebelumnya dikenal luas sebagai direktur kreatif Valentino, dikenal dengan pendekatan romantik dan humanistik terhadap mode, serta keberhasilannya menghidupkan kembali semangat couture di panggung fashion kontemporer. Selama lebih dari dua dekade di Valentino, Piccioli menjelma menjadi simbol perancang yang mampu menjaga tradisi sembari mendorong inovasi. Keputusannya untuk bergabung dengan Balenciaga disebut sebagai salah satu peristiwa paling mengejutkan di dunia fashion tahun ini. The Business of Fashion menulis bahwa ini bukan sekadar rotasi kreatif, tapi taruhan besar Kering untuk menggeser kembali Balenciaga ke arah kredibilitas seni dan eksklusivitas yang sempat pudar.
Sebelum pengumuman ini, posisi direktur kreatif Balenciaga dipegang oleh Demna, desainer kelahiran Georgia yang berhasil membawa Balenciaga menjadi merek paling menonjol secara visual dan viral dalam lima tahun terakhir. Namun, kepemimpinan Demna juga membawa kontroversi, terutama setelah kampanye iklan Balenciaga dituduh menampilkan unsur tidak pantas terhadap anak-anak. Meskipun rumah mode telah menyampaikan permintaan maaf dan menarik iklan tersebut, kerusakan terhadap citra merek sangat terasa. Sejumlah analis menyebut bahwa penurunan minat konsumen atas Balenciaga tidak hanya soal siklus mode, tapi juga respons moral dan reputasi. Bloomberg menyebut peristiwa ini sebagai “titik krusial dalam hubungan antara merek mewah dan publiknya.”
Masuknya Piccioli dipandang sebagai langkah “pemulihan reputasi.” Sosoknya yang dikenal rendah hati, inklusif, dan estetis kontras dengan pendekatan provokatif yang selama ini identik dengan Balenciaga. Dalam wawancaranya dengan Vogue, Piccioli menyampaikan bahwa ia ingin “membawa kembali puisi ke dalam pakaian,” dan melihat Balenciaga sebagai tempat yang memungkinkan “penjelajahan ide-ide avant-garde dengan sentuhan kemanusiaan.”
Dari sisi bisnis, Kering berada dalam tekanan. Penjualan Balenciaga dilaporkan stagnan sejak pertengahan 2023, dan pada kuartal pertama 2025, grup ini melaporkan penurunan pendapatan sebesar 10 persen secara tahunan. Dalam laporan keuangannya, Kering menyebut permintaan yang melambat di China dan Amerika Serikat sebagai penyebab utama, selain “tantangan internal dari beberapa merek besar.” Reuters mencatat bahwa investor semakin khawatir dengan posisi Kering yang mulai tertinggal dibandingkan rival seperti LVMH dan Hermès yang masih mampu menjaga pertumbuhan moderat.
Di pasar saham, pengumuman penunjukan Piccioli sempat mengangkat harga saham Kering sebesar 3 persen pada awal perdagangan. Analis dari Morgan Stanley menyambut baik keputusan ini, dengan catatan bahwa perubahan gaya kepemimpinan kreatif membutuhkan waktu untuk berdampak pada penjualan. “Piccioli adalah pilihan elegan, tapi jangan berharap hasil komersial dalam waktu dekat. Pasar mewah kini sangat tergantung pada narasi merek dan resonansi budaya,” tulis mereka dalam catatan klien.
Kering sendiri tengah menjalani transformasi struktural di bawah CEO François-Henri Pinault. Ia berupaya mengurangi ketergantungan terhadap Gucci dan mendorong pertumbuhan dari merek-merek seperti Balenciaga, Bottega Veneta, serta lini baru kosmetik. Investasi besar-besaran dalam talenta kreatif menjadi bagian dari strategi tersebut. Dalam konteks ini, Piccioli bukan hanya seorang direktur kreatif, tapi simbol arah baru yang lebih sadar etika dan estetika. The New York Times mencatat bahwa setelah krisis reputasi yang dialami Balenciaga, Kering tampak berusaha membangun narasi “penebusan” melalui penunjukan pemimpin kreatif yang lebih bersih dari kontroversi.
Namun tantangan tidak sedikit. Balenciaga dikenal sebagai merek yang membentuk identitas melalui provokasi visual dan eksperimentasi ekstrem, sesuatu yang sangat berbeda dari pendekatan Piccioli yang lebih tenang dan melankolis. Apakah transisi ini akan berjalan mulus, masih menjadi pertanyaan besar di kalangan pengamat. Sebagian pihak menilai bahwa transformasi mendalam justru diperlukan agar Balenciaga tidak terjebak dalam stagnasi atau nostalgia viral. WWD menulis bahwa dalam dunia fashion yang cepat berubah, keberanian untuk berganti arah adalah sinyal kekuatan, bukan kelemahan.
Sementara itu, para penggemar Piccioli merayakan langkah ini sebagai kembalinya suara seni ke rumah mode yang selama ini dianggap terlalu mementingkan sensasi. Tagar #PiccioliForBalenciaga sempat menjadi tren di media sosial mode, mencerminkan harapan akan era baru yang lebih halus namun tetap progresif. Di sisi lain, penggemar Demna merasa kehilangan identitas unik yang selama ini dibentuk dengan gaya yang kasar, industrial, dan dekonstruktif.
Sebagai rumah mode yang dibangun oleh Cristóbal Balenciaga—salah satu pionir bentuk dan struktur dalam sejarah couture—pertanyaan tentang “apa itu Balenciaga” kembali menjadi diskusi utama. Elle mengangkat kembali kutipan legendaris Christian Dior yang menyebut Balenciaga sebagai “master of us all,” sebuah pengingat bahwa fondasi merek ini adalah keunggulan teknis dan sensibilitas seni, bukan semata estetika jalanan atau absurditas budaya pop. Dengan latar belakang ini, pilihan Piccioli tampak sebagai panggilan kembali ke akar, meskipun dalam bahasa yang diperbaharui.
Banyak yang menantikan koleksi pertama Piccioli di panggung Balenciaga. Diperkirakan akan diperkenalkan pada musim semi 2026, koleksi ini menjadi ujian sejauh mana Piccioli mampu menjembatani visi lamanya dengan karakteristik khas rumah mode yang kini ia pimpin. Dalam wawancara singkat dengan Le Monde, Piccioli menyatakan bahwa ia “tidak ingin mengulang masa lalu, tetapi memperluasnya.” Ia juga menyebut pentingnya “menemukan kembali ekspresi pribadi dalam dunia yang terfragmentasi oleh algoritma dan konsumsi cepat.”
Reaksi pasar Asia terhadap pengangkatan ini juga positif. Di Shanghai dan Seoul, media mode lokal menggarisbawahi reputasi Piccioli sebagai desainer yang menghargai nilai-nilai timeless dan kualitas, sesuatu yang semakin dicari oleh konsumen mewah yang matang. Nikkei Asia mencatat bahwa pergeseran preferensi konsumen muda di Asia kini mulai condong ke arah mode yang lebih otentik dan berkelanjutan, dibandingkan sekadar tren atau kolaborasi selebritas.
Secara internal, Kering dilaporkan juga mengubah struktur organisasional Balenciaga agar lebih mendukung arah kreatif baru. Tim pemasaran dan digital kini diberi mandat untuk membangun narasi merek jangka panjang, alih-alih sekadar mengejar viralitas. Salah satu sumber internal yang dikutip The Wall Street Journal menyebut bahwa Piccioli diberikan “otonomi yang sangat luas” dalam menentukan desain, identitas visual, dan bahkan elemen arsitektur butik.
Langkah ini mencerminkan perubahan paradigma di industri mode. Setelah lebih dari satu dekade di mana strategi “drop culture” dan “hype marketing” mendominasi, kini muncul kesadaran baru akan pentingnya konsistensi nilai dan keaslian. Balenciaga di bawah Piccioli bisa menjadi simbol pergeseran itu. Tidak hanya untuk Kering, tetapi untuk seluruh lanskap industri mewah yang tengah berefleksi atas arah masa depannya.
Ketika tantangan ekonomi global, tekanan geopolitik, dan perubahan selera konsumen bertemu, rumah-rumah mode dituntut bukan hanya menghasilkan produk, tetapi visi. Di sinilah arti penting pemimpin kreatif seperti Piccioli. Ia bukan hanya desainer, tapi juga arsitek kultural yang bertugas menyusun kembali relevansi merek dalam dunia yang tak lagi stabil.
Dengan masa depan yang belum pasti dan banyak hal yang dipertaruhkan, satu hal jelas: dunia mode tengah menantikan bagaimana seorang maestro couture akan membentuk ulang Balenciaga—bukan hanya sebagai merek, tapi sebagai pesan.