(Business Lounge – Global News) Penurunan tajam dalam jumlah perjalanan dari Kanada ke Amerika Serikat telah memaksa sejumlah maskapai Kanada untuk mengubah strategi operasional mereka secara signifikan. Ketika data terbaru menunjukkan bahwa warga Kanada kini semakin jarang melakukan perjalanan lintas batas ke selatan, maskapai penerbangan pun mulai mengalihkan fokus mereka ke rute-rute baru dan penyesuaian jadwal demi mempertahankan pendapatan serta efisiensi jaringan penerbangan.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh The Wall Street Journal, jumlah penerbangan dari kota-kota besar Kanada ke tujuan-tujuan utama di Amerika Serikat menurun drastis selama kuartal pertama tahun ini. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penguatan dolar AS, ketidakpastian kebijakan imigrasi, dan meningkatnya daya tarik tujuan domestik serta internasional non-AS. Data dari Badan Statistik Kanada menunjukkan bahwa jumlah kunjungan warga Kanada ke AS mengalami penurunan lebih dari 20 persen dibandingkan tahun lalu.
Situasi ini menimbulkan tekanan besar terhadap maskapai seperti Air Canada dan WestJet, yang selama ini mengandalkan rute transborder sebagai tulang punggung operasi internasional mereka. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh Reuters, juru bicara Air Canada menyatakan bahwa perusahaan sedang melakukan “evaluasi strategis terhadap seluruh jaringan penerbangan internasional,” termasuk pemotongan frekuensi ke kota-kota AS seperti New York, Chicago, dan Los Angeles. Sebagai gantinya, maskapai ini mulai menambahkan penerbangan ke Eropa, Karibia, dan beberapa kota di Asia.
WestJet, yang selama ini fokus pada pasar Amerika Utara, juga mulai memperluas jangkauannya ke destinasi-destinasi seperti Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara di Amerika Tengah. Dalam laporan yang dimuat oleh Bloomberg, perusahaan itu menyebut bahwa permintaan terhadap perjalanan ke Amerika Serikat telah melemah secara struktural, dan konsumen Kanada kini lebih memilih destinasi yang menawarkan nilai tukar lebih menguntungkan dan pengalaman wisata yang berbeda. CEO WestJet mengatakan bahwa pihaknya “tidak lagi menganggap AS sebagai pasar ekspansi utama.”
Perubahan ini turut memicu efek domino di industri pariwisata dan bandara-bandara utama di Kanada. Bandara Pearson di Toronto, misalnya, mencatat penurunan jumlah keberangkatan ke AS hampir 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, bandara di Vancouver dan Montreal juga melaporkan pengurangan frekuensi oleh maskapai utama. Akibatnya, slot-slot penerbangan yang kosong mulai diisi dengan layanan ke Meksiko, Inggris, dan Timur Tengah.
Analisis dari Financial Times menyebut bahwa fenomena ini mencerminkan pergeseran jangka panjang dalam preferensi wisatawan Kanada. Ketegangan politik di perbatasan, meningkatnya biaya hidup, serta daya tarik destinasi yang lebih eksotis menjadi pendorong utama. Selain itu, program loyalitas maskapai dan aliansi internasional seperti Star Alliance dan SkyTeam memberikan insentif tambahan bagi penumpang untuk mengeksplorasi destinasi yang lebih jauh dari AS.
Sementara itu, pemerintah Kanada dan pelaku industri pariwisata mulai mempertanyakan bagaimana tren ini akan berdampak pada hubungan ekonomi lintas batas. Menurut sebuah studi yang dikutip oleh CBC News, belanja warga Kanada di Amerika Serikat menurun hampir $2 miliar dalam 12 bulan terakhir, mencerminkan dampak ekonomi yang signifikan di negara bagian perbatasan seperti New York dan Washington. Hal ini mendorong seruan agar pemerintah federal Kanada dan AS meninjau kembali kebijakan visa, bea cukai, dan layanan perbatasan.
Di tengah ketidakpastian tersebut, maskapai penerbangan Kanada menunjukkan kemampuan beradaptasi yang cepat. Beberapa dari mereka mulai mengadopsi model hybrid antara full-service dan low-cost carrier untuk menarik segmen pasar yang lebih luas. Penyesuaian juga dilakukan dalam bentuk pengurangan ukuran pesawat untuk rute-rute dengan volume rendah serta peningkatan kapasitas pada rute jarak jauh yang mengalami lonjakan permintaan. Menurut laporan The Globe and Mail, langkah-langkah ini membantu maskapai mengoptimalkan utilisasi armada dan menekan kerugian operasional.
Tidak hanya itu, maskapai seperti Porter Airlines yang selama ini fokus pada penerbangan regional di Kanada mulai menjajaki peluang ekspansi ke Eropa dengan armada pesawat jarak menengah baru mereka. Dalam wawancara dengan Canadian Business, CEO Porter menyatakan bahwa krisis lintas batas ini sebenarnya menciptakan peluang baru bagi maskapai untuk mendiversifikasi basis pelanggan dan meningkatkan margin keuntungan dari rute-rute yang sebelumnya dianggap tidak strategis.
Dengan datangnya musim panas yang biasanya menjadi periode puncak bagi industri penerbangan, banyak analis menunggu untuk melihat apakah tren penurunan perjalanan ke AS ini bersifat musiman atau justru permanen. Jika permintaan tidak kembali, maka struktur jaringan penerbangan Kanada kemungkinan akan berubah secara drastis, dengan implikasi jangka panjang terhadap konektivitas lintas perbatasan. Namun, dalam jangka pendek, keputusan maskapai untuk berekspansi ke pasar lain tampaknya menjadi respons yang masuk akal dan strategis terhadap realitas pasar yang berubah.