(Business Lounge – Global News) Di tengah tantangan ekonomi global dan gejolak geopolitik yang mempengaruhi industri otomotif, Volkswagen Group berhasil mencatatkan kenaikan pengiriman kendaraan secara global. Perusahaan asal Jerman itu mengumumkan bahwa total pengiriman kendaraan grupnya mencapai 2,13 juta unit pada kuartal pertama 2025, meningkat 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini menjadi sorotan karena terjadi di tengah pelemahan pasar otomotif China—yang selama ini menjadi salah satu pasar terbesar dan paling strategis bagi Volkswagen.
Menurut laporan resmi perusahaan yang dirilis pekan ini dan dikutip oleh Bloomberg serta Reuters, pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan di pasar Eropa dan Amerika Utara, serta penguatan portofolio mobil listrik yang terus mendapat respons positif. Namun, penjualan di China, yang selama bertahun-tahun menjadi lokomotif pertumbuhan bagi Volkswagen, mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi domestik dan tekanan dari para produsen kendaraan listrik lokal.
Dalam laporan keuangan kuartal pertama yang dikutip oleh Financial Times, Volkswagen menyampaikan bahwa kenaikan 1,4% dalam pengiriman kendaraan terjadi meski menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif. Di kawasan Eropa Barat, pengiriman meningkat sekitar 5%, mencerminkan stabilisasi permintaan pasca-pandemi dan pemulihan rantai pasok. Di Amerika Utara, pertumbuhan mencapai lebih dari 6% didorong oleh kuatnya permintaan terhadap SUV dan model kendaraan listrik ID.4 dan ID.7.
Namun, China—pasar otomotif terbesar dunia—masih menjadi titik lemah. Pengiriman kendaraan Volkswagen di negara tersebut menurun lebih dari 6% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu. Analis dari WSJ menyebutkan bahwa tekanan ekonomi domestik di China, ditambah persaingan ketat dari pemain lokal seperti BYD dan Geely, menjadi faktor utama pelemahan. Selain itu, insentif kendaraan listrik yang mulai berkurang juga turut memengaruhi minat beli konsumen.
Volkswagen saat ini tengah menjalankan transformasi besar-besaran untuk memperkuat posisi dalam industri kendaraan listrik (EV). Lewat merek-merek seperti Volkswagen, Audi, Porsche, dan Skoda, perusahaan ini telah meluncurkan berbagai model EV yang ditujukan untuk bersaing langsung dengan Tesla dan pabrikan asal Tiongkok.
Dalam wawancara dengan CNBC, CEO Oliver Blume menyatakan bahwa transisi menuju kendaraan listrik tetap menjadi prioritas utama, meski kondisi pasar belum sepenuhnya stabil. “Kami melihat pertumbuhan yang konsisten di segmen EV di Eropa dan Amerika. Ini memberi kami keyakinan bahwa investasi kami dalam platform modular MEB dan SSP akan membuahkan hasil dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Di Eropa, penjualan kendaraan listrik Volkswagen naik lebih dari 40% secara tahunan. Model ID.4 dan ID.3 menjadi ujung tombak, dengan permintaan tertinggi berasal dari Jerman, Norwegia, dan Belanda. Di Amerika Serikat, peluncuran ID.Buzz—van listrik retro—mendapat sambutan yang sangat baik, memperkuat narasi bahwa konsumen Amerika mulai terbuka terhadap transisi EV.
Namun, dominasi Volkswagen di pasar China mulai tergerus oleh para pemain lokal yang bergerak lebih cepat dalam inovasi dan pengembangan teknologi EV. Menurut analisis dari Nikkei Asia, merek-merek seperti BYD, Nio, dan XPeng telah meluncurkan model dengan fitur konektivitas tinggi, desain futuristik, dan harga yang kompetitif. Volkswagen, meskipun memiliki keunggulan dalam kualitas manufaktur dan jaringan distribusi, tampaknya masih menghadapi kesulitan dalam menyamai kecepatan inovasi para pesaingnya.
Volkswagen sebelumnya menjalin kemitraan strategis dengan produsen mobil China SAIC dan FAW Group, namun keunggulan aliansi ini mulai terkikis oleh agresivitas para pendatang baru. Selain itu, konsumen muda China menunjukkan preferensi yang kuat terhadap kendaraan pintar berbasis AI, yang menurut TechCrunch menjadi segmen di mana perusahaan-perusahaan Jerman relatif tertinggal.
Menyadari tantangan ini, Volkswagen telah meluncurkan strategi khusus yang disebut “In China for China”, yang bertujuan untuk mengembangkan kendaraan dan fitur khusus yang hanya dipasarkan di Tiongkok. Dalam kerangka ini, perusahaan membentuk divisi khusus dan mempercepat kolaborasi dengan perusahaan teknologi lokal untuk mengembangkan sistem infotainment dan navigasi yang lebih relevan dengan kebiasaan digital konsumen China.
Volkswagen juga mengumumkan investasi baru senilai 2,5 miliar euro untuk memperluas kapasitas produksi dan riset EV di China bagian selatan, dengan fokus pada kendaraan berukuran kecil hingga menengah. Targetnya adalah mempercepat waktu peluncuran model baru dari empat tahun menjadi hanya dua tahun—sebuah langkah untuk mengejar dinamika pasar yang berubah cepat.
Volkswagen Group mengelola berbagai merek di bawah payungnya, dan performa masing-masing merek memberikan kontribusi yang bervariasi terhadap angka penjualan keseluruhan. Audi, misalnya, mencatatkan pertumbuhan pengiriman sebesar 3,6% secara global, dengan kontribusi signifikan dari model listrik Q4 e-tron dan Q8 e-tron. Porsche, meskipun menghadapi penurunan di pasar China, tetap mempertahankan stabilitas berkat pertumbuhan kuat di Amerika Utara.
Skoda, merek asal Republik Ceko, melaporkan peningkatan penjualan sebesar 5,2%, terutama di Eropa Timur dan India. Sementara merek komersial seperti MAN dan Scania mencatatkan permintaan stabil, khususnya di sektor logistik dan konstruksi yang kembali pulih setelah dua tahun terhambat pandemi.
Volkswagen menegaskan bahwa mereka tetap mempertahankan panduan pertumbuhan untuk 2025, meskipun dengan nuansa kehati-hatian. Dalam presentasi investor terbaru yang dikutip oleh Deutsche Welle, perusahaan menyoroti risiko dari volatilitas geopolitik, fluktuasi harga bahan baku, serta perubahan regulasi emisi di berbagai yurisdiksi.
Namun, perusahaan juga menyatakan optimisme dengan mengandalkan diversifikasi portofolio dan kekuatan jaringan global. “Kami tidak hanya bertumpu pada satu wilayah. Keberadaan global kami memungkinkan untuk menyerap fluktuasi lokal,” ujar CFO Arno Antlitz.
Volkswagen juga berencana meluncurkan lebih dari 10 model baru tahun ini, termasuk kendaraan listrik dan hibrida dari berbagai merek dalam grup. Perusahaan menargetkan bahwa 50% dari total penjualannya pada 2030 akan berasal dari kendaraan listrik, sebuah ambisi yang besar tetapi realistis mengingat perkembangan terkini.
Kenaikan 1,4% dalam pengiriman kendaraan mungkin terlihat moderat, namun di tengah kondisi pasar yang bergejolak, ini merupakan sinyal penting bahwa transformasi yang dilakukan Volkswagen mulai menunjukkan hasil. Meski tantangan di China cukup signifikan, perusahaan menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan strategi secara cepat dan mengandalkan kekuatan historisnya dalam rekayasa dan distribusi global.
Dengan fokus baru pada pasar lokal, percepatan pengembangan EV, serta diversifikasi produk dan pasar, Volkswagen berada pada jalur yang menjanjikan untuk tetap menjadi pemain utama dalam mobilitas masa depan. Perjalanan menuju elektrifikasi dan digitalisasi masih panjang, tetapi Volkswagen tampaknya telah menemukan arah yang tepat.