(Business Lounge Journal – Global News)
General Mills memperkirakan penurunan penjualan organik untuk tahun fiskal 2025 di tengah ketidakpastian ekonomi yang mempengaruhi kebiasaan belanja konsumen. Perusahaan yang memproduksi sereal Lucky Charms dan campuran pancake Bisquick ini melaporkan bahwa hasil kuartal ketiga fiskal yang berakhir pada 23 Februari berada di bawah ekspektasi internal. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pengurangan inventaris oleh peritel di Amerika Utara, perlambatan kategori makanan ringan di AS, dan melemahnya permintaan dalam saluran makanan di luar rumah domestik.
General Mills adalah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak di industri makanan olahan. Didirikan pada tahun 1928 dan berkantor pusat di Minneapolis, Minnesota, perusahaan ini dikenal dengan berbagai produk makanan yang telah menjadi bagian dari konsumsi rumah tangga di seluruh dunia. Merek-merek utama di bawah General Mills mencakup Cheerios, Lucky Charms, Häagen-Dazs, Nature Valley, Betty Crocker, Yoplait, Old El Paso, Pillsbury, dan masih banyak lagi.
Sebagai salah satu pemimpin global dalam industri makanan, General Mills memiliki operasi di lebih dari 100 negara dan berfokus pada produksi serta distribusi makanan kemasan, termasuk sereal, makanan ringan, produk panggang, serta makanan beku dan olahan. Selain pasar utama di Amerika Utara, General Mills juga memiliki kehadiran yang kuat di Eropa, Amerika Latin, dan Asia.
Perusahaan ini berkomitmen terhadap inovasi, keberlanjutan, dan pemenuhan kebutuhan konsumen yang terus berkembang. General Mills juga telah berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk yang lebih sehat, seperti sereal berbasis biji-bijian utuh, camilan rendah gula, dan makanan alternatif berbasis nabati. Di samping itu, strategi digital dan e-commerce semakin menjadi fokus utama mereka untuk menjangkau pelanggan secara langsung dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan.
Dalam laporan keuangan terbaru, General Mills mengindikasikan bahwa faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi dan ketidakpastian pendapatan rumah tangga telah berdampak pada pola konsumsi. Konsumen semakin selektif dalam membelanjakan uang mereka untuk makanan kemasan, yang telah menyebabkan penurunan permintaan untuk beberapa produk utama General Mills. Hal ini sejalan dengan tren yang lebih luas di industri makanan ringan dan kemasan, di mana banyak perusahaan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat perubahan preferensi konsumen dan strategi manajemen stok yang lebih konservatif oleh peritel.
Penurunan penjualan juga dipengaruhi oleh pergeseran dalam kebiasaan makan masyarakat. Selama pandemi, permintaan untuk makanan kemasan melonjak karena konsumen lebih banyak makan di rumah. Namun, setelah pandemi mereda, tren ini mulai berubah, dengan lebih banyak konsumen kembali ke restoran dan memilih makanan segar atau yang dianggap lebih sehat. Pergeseran ini menantang perusahaan makanan olahan seperti General Mills untuk menyesuaikan strategi bisnisnya agar tetap relevan di pasar yang terus berkembang.
Selain itu, General Mills menghadapi tekanan dari biaya bahan baku yang lebih tinggi, yang telah mempengaruhi margin keuntungan mereka. Harga gandum, gula, dan bahan utama lainnya telah mengalami fluktuasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir akibat gangguan rantai pasok dan kondisi cuaca ekstrem yang mempengaruhi hasil panen. Kenaikan biaya ini telah menyebabkan perusahaan menaikkan harga produknya, tetapi daya beli konsumen yang menurun membuat strategi ini tidak selalu efektif dalam menjaga volume penjualan.
Di sisi lain, General Mills juga berupaya memperluas portofolio produknya untuk menarik lebih banyak pelanggan. Perusahaan telah berinvestasi dalam inovasi produk, termasuk peluncuran varian baru sereal dan camilan yang lebih sehat, seperti produk berbasis biji-bijian utuh dan alternatif bebas gluten. Langkah ini bertujuan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas, termasuk konsumen yang lebih sadar akan kesehatan dan mereka yang mencari pilihan makanan yang lebih bernutrisi.
Strategi digital dan e-commerce juga menjadi fokus utama General Mills dalam menghadapi tantangan pasar. Perusahaan telah meningkatkan kehadirannya di platform daring untuk menjangkau pelanggan secara langsung, mengoptimalkan kampanye pemasaran digital, dan memperkuat hubungan dengan pengecer daring. Dengan semakin banyaknya konsumen yang beralih ke belanja online, strategi ini diharapkan dapat membantu General Mills mempertahankan pangsa pasarnya.
Selain strategi pemasaran digital, General Mills juga berupaya meningkatkan efisiensi rantai pasokannya. Perusahaan telah berinvestasi dalam teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan distribusi produk mereka, mengurangi pemborosan, serta meningkatkan kecepatan pengiriman. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa produk tetap tersedia di pasar tanpa mengalami kelebihan stok yang dapat merugikan.
Perusahaan juga mencoba untuk memperluas kehadirannya di pasar internasional. Meskipun bisnis utama General Mills berpusat di Amerika Utara, ekspansi ke pasar negara berkembang seperti Asia dan Amerika Latin menjadi bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjangnya. Dengan meningkatnya kelas menengah di negara-negara tersebut, permintaan untuk makanan olahan dan kemasan diperkirakan akan terus meningkat, membuka peluang baru bagi General Mills.
Namun, ekspansi internasional juga memiliki tantangan tersendiri. Perbedaan preferensi rasa, regulasi makanan yang berbeda di setiap negara, serta kompetisi dengan merek lokal menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Oleh karena itu, General Mills telah berusaha untuk menyesuaikan produk mereka dengan selera lokal, sekaligus memastikan bahwa standar kualitas global tetap terjaga.
Selain itu, perusahaan juga semakin fokus pada keberlanjutan sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya. General Mills telah mengumumkan inisiatif untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan penggunaan bahan baku berkelanjutan, dan mengurangi limbah kemasan. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan, perusahaan berharap bahwa strategi ini akan membantu membangun citra merek yang lebih positif dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Di tengah tantangan yang ada, General Mills tetap optimis terhadap prospek jangka panjangnya. Perusahaan berencana untuk terus berinvestasi dalam inovasi, efisiensi operasional, dan diversifikasi portofolio produknya guna menghadapi dinamika pasar yang berubah. Namun, dengan ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, kinerja perusahaan dalam beberapa kuartal mendatang akan sangat bergantung pada bagaimana mereka mampu menyesuaikan diri dengan tren konsumsi yang berkembang dan kondisi pasar yang lebih luas.
Dengan demikian, General Mills harus terus beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi, dinamika persaingan di industri makanan, serta tantangan ekonomi global. Langkah-langkah yang mereka ambil saat ini akan sangat menentukan bagaimana perusahaan ini bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Apakah penurunan penjualan ini hanya sementara atau merupakan awal dari perubahan besar dalam industri makanan kemasan, masih menjadi pertanyaan yang harus dijawab dalam beberapa tahun ke depan.

