(Business Lounge Journal – News and Insight)
Stefano Pessina, seorang miliarder asal Italia, telah menghabiskan lebih dari setengah abad membangun imperium ritel farmasi yang melampaui batas geografis Kekaisaran Romawi. Dengan kepemimpinannya, Walgreens Boots Alliance (WBA) berkembang menjadi perusahaan bernilai sekitar $100 miliar, sebuah pencapaian luar biasa dalam industri farmasi global. Namun, kejayaan tersebut kini berada di ujung tanduk setelah kesepakatan baru yang akan membawa perusahaan ini menjadi entitas swasta dengan valuasi hanya sekitar $10 miliar. Keputusan ini tidak hanya mencerminkan tantangan bisnis yang dihadapi WBA tetapi juga mencerminkan dinamika ekonomi dan industri ritel farmasi yang berubah dengan cepat.
Menurut laporan yang dikutip dari The Wall Street Journal, keputusan untuk menjual Walgreens kepada perusahaan ekuitas swasta didorong oleh tekanan yang meningkat akibat perubahan lanskap industri farmasi dan meningkatnya persaingan dari raksasa ritel lainnya. WBA, yang dulunya merupakan pemain dominan di sektor apotek ritel, kini menghadapi tantangan dari perusahaan teknologi, raksasa e-commerce, dan penyedia layanan kesehatan yang lebih inovatif. Perubahan ini membuat prospek bisnis semakin sulit, memaksa Pessina dan para pemegang saham untuk mencari solusi strategis demi mempertahankan nilai perusahaan.
Sebagai pemegang saham terbesar Walgreens, Pessina telah menyaksikan nilai perusahaan anjlok dalam beberapa tahun terakhir. Sejak mencapai puncaknya, harga saham WBA telah merosot drastis akibat berbagai faktor, termasuk meningkatnya tekanan biaya, kebijakan regulasi yang lebih ketat, serta pergeseran perilaku konsumen yang semakin bergantung pada layanan digital. Menurut Financial Times, keputusan Pessina untuk membawa Walgreens ke sektor swasta kemungkinan besar bertujuan untuk merestrukturisasi perusahaan tanpa tekanan dari pasar saham yang sering kali menuntut hasil jangka pendek.
Namun, langkah ini tidak lepas dari kritik. Beberapa analis mempertanyakan apakah penjualan ke perusahaan ekuitas swasta benar-benar akan menyelamatkan Walgreens atau justru mempercepat kehancurannya. Bloomberg mencatat bahwa perusahaan ekuitas swasta sering kali melakukan pemangkasan biaya agresif dan menjual aset-aset utama untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. Jika strategi ini diterapkan, kemungkinan besar Walgreens akan mengalami pembongkaran besar-besaran, dengan berbagai divisi perusahaan dijual secara terpisah.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan Walgreens mengalami kesulitan adalah meningkatnya persaingan dari pemain baru di industri farmasi dan kesehatan. Perusahaan seperti Amazon dan CVS Health telah memperkenalkan model bisnis yang lebih terintegrasi dan berbasis digital, mengurangi ketergantungan konsumen pada apotek fisik. Menurut laporan dari CNBC, Amazon Pharmacy telah menarik pelanggan dengan menawarkan harga yang lebih kompetitif serta layanan pengiriman yang lebih nyaman dibandingkan model tradisional Walgreens.
Selain itu, kebijakan pemerintah terkait harga obat dan layanan kesehatan juga memberikan tekanan pada Walgreens. Di banyak negara, termasuk AS dan Inggris, regulator semakin ketat dalam mengendalikan harga obat dan biaya layanan kesehatan, yang berdampak langsung pada margin keuntungan apotek ritel. Seperti yang dilaporkan oleh The Guardian, kebijakan ini memaksa perusahaan seperti Walgreens untuk mencari cara baru dalam meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Keputusan untuk membawa Walgreens menjadi entitas swasta juga menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan ribuan apotek yang dioperasikan oleh perusahaan ini di seluruh dunia. Reuters melaporkan bahwa perubahan kepemilikan dapat menyebabkan penutupan sejumlah gerai yang tidak lagi menguntungkan, serta perombakan besar-besaran dalam strategi bisnis perusahaan. Jika ini terjadi, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh para pemegang saham, tetapi juga oleh jutaan pelanggan yang mengandalkan Walgreens untuk kebutuhan farmasi mereka.
Dari perspektif bisnis, transisi ini menunjukkan bagaimana industri farmasi dan ritel berubah dengan cepat. Tidak lagi cukup bagi sebuah perusahaan hanya memiliki jaringan toko yang luas; inovasi teknologi dan efisiensi operasional menjadi faktor kunci dalam bertahan di pasar yang semakin kompetitif. The New York Times mencatat bahwa banyak perusahaan ritel yang gagal beradaptasi dengan perubahan teknologi akhirnya mengalami penurunan yang signifikan, bahkan kebangkrutan.
Meskipun tantangan yang dihadapi Walgreens sangat besar, masih ada peluang bagi perusahaan ini untuk bangkit kembali. Dengan strategi yang tepat, seperti investasi dalam teknologi digital, diversifikasi layanan, serta kemitraan strategis dengan penyedia layanan kesehatan lainnya, Walgreens masih bisa mempertahankan relevansinya di industri farmasi global. Menurut Forbes, perusahaan yang mampu beradaptasi dengan tren teknologi dan kebutuhan konsumen akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang di era digital.
Bagi Pessina sendiri, keputusan ini bisa menjadi salah satu langkah terakhirnya dalam dunia bisnis farmasi yang telah ia bangun selama puluhan tahun. Meskipun keputusannya untuk menjual Walgreens mungkin terasa pahit, ini juga bisa menjadi langkah strategis untuk menyelamatkan aset-aset penting perusahaan dan merancang masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan kepiawaiannya dalam mengelola bisnis farmasi, Pessina mungkin masih memiliki kartu terakhir yang bisa dimainkan untuk memastikan bahwa warisannya di dunia farmasi tetap bertahan.
Penjualan Walgreens ke perusahaan ekuitas swasta menandai berakhirnya era kejayaan Stefano Pessina sebagai pemimpin salah satu raksasa farmasi global. Keputusan ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi industri ritel farmasi, mulai dari perubahan perilaku konsumen, persaingan yang semakin ketat, hingga tekanan regulasi yang terus meningkat. Bagaimana nasib Walgreens ke depannya masih menjadi pertanyaan besar, namun satu hal yang pasti: dunia farmasi dan ritel tidak akan pernah sama lagi setelah perubahan besar ini.