(Business Lounge Journal – Global News)
Setelah lebih dari tiga dekade bekerja sama, ESPN dan Major League Baseball (MLB) sepakat untuk mengakhiri kemitraan hak siar mereka setelah musim 2025. Keputusan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam lanskap media olahraga, di mana televisi tradisional mengalami penurunan dan platform streaming semakin mendominasi cara penonton mengakses konten olahraga. Perubahan ini juga memicu spekulasi mengenai masa depan penyiaran olahraga di tengah persaingan ketat di industri media dan pergeseran preferensi penonton modern.
Kerja sama antara ESPN dan MLB dimulai pada tahun 1990, menjadikan ESPN sebagai salah satu mitra siaran utama untuk pertandingan MLB selama lebih dari tiga dekade. Pada tahun 2021, kedua belah pihak menandatangani perpanjangan kontrak selama tujuh tahun yang seharusnya berlangsung hingga 2028, dengan ESPN membayar rata-rata $550 juta per tahun. Kontrak ini mencakup hak eksklusif untuk menyiarkan 30 pertandingan musim reguler setiap tahun, termasuk “Sunday Night Baseball”, “Little League Classic”, dan siaran nasional pada malam pembukaan musim. Selain itu, ESPN juga memiliki hak untuk menyiarkan “Home Run Derby” dan hingga 10 pertandingan latihan musim semi setiap tahunnya. Dalam hal postseason, ESPN memiliki hak eksklusif untuk menyiarkan semua pertandingan “Wild Card Series” mulai tahun 2022, jika format tersebut diterapkan kembali. Jika format “Wild Card” saat ini tetap berlaku, ESPN akan menyiarkan secara eksklusif salah satu dari dua pertandingan “Wild Card” dan mendapatkan delapan pertandingan tambahan musim reguler setiap tahunnya.
Meskipun memiliki sejarah panjang bersama, hubungan antara ESPN dan MLB mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. ESPN mulai mengurangi cakupan dan investasinya dalam siaran baseball, yang menurut MLB tidak sejalan dengan daya tarik dan kinerja olahraga tersebut di platform ESPN. Sebagai respons, ESPN mengajukan permintaan untuk mengurangi biaya hak siar tahunan dalam kontrak mereka. Namun, MLB menilai permintaan tersebut tidak dapat diterima, mengingat nilai dan popularitas baseball yang tetap tinggi. Akibatnya, kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri kontrak mereka lebih awal, efektif setelah musim 2025.
Selain faktor finansial, perubahan perilaku penonton juga menjadi alasan utama di balik keputusan ini. Penurunan jumlah pelanggan TV kabel telah memaksa jaringan televisi untuk mempertimbangkan ulang model bisnis mereka. ESPN, yang berada di bawah payung Disney, telah merasakan tekanan untuk menyesuaikan strategi medianya dengan tren digital yang semakin berkembang. Sementara itu, MLB juga ingin mencari peluang baru untuk memperluas jangkauan siarannya melalui platform streaming, yang telah terbukti menawarkan fleksibilitas lebih besar bagi konsumen dalam mengakses konten olahraga mereka.
Pengakhiran kemitraan ini mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam industri media olahraga. Dengan penurunan jumlah penonton televisi tradisional dan peningkatan popularitas platform streaming, banyak penyiar mencari cara untuk menyesuaikan strategi mereka agar tetap relevan dan menguntungkan. ESPN, misalnya, telah berfokus pada pertumbuhan audiensnya melalui platform digital dan sosial, serta mempertimbangkan opsi streaming untuk konten olahraga mereka. Sementara itu, MLB melihat kesempatan untuk mengeksplorasi kemitraan baru dengan perusahaan media tradisional maupun layanan streaming, guna memperluas jangkauan nasional mereka dan menjangkau basis penggemar yang lebih luas.
Dengan berakhirnya kontrak bersama ESPN, MLB memiliki peluang untuk merancang ulang strategi penyiarannya. Liga ini dapat mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan platform streaming seperti Amazon, Apple TV+, atau Roku, yang telah menunjukkan minat dalam memperoleh hak siar olahraga. Selain itu, MLB dapat mengeksplorasi model distribusi langsung ke konsumen melalui platform mereka sendiri, memberikan fleksibilitas lebih besar bagi penggemar dalam mengakses konten. Langkah ini juga dapat membantu MLB dalam mengatasi disparitas pendapatan antara tim di pasar besar dan kecil, dengan menciptakan sistem pembagian pendapatan yang lebih adil melalui sentralisasi hak media.
Tren industri menunjukkan bahwa masa depan penyiaran olahraga semakin condong ke arah layanan streaming. Beberapa liga olahraga utama telah mengadopsi model distribusi baru ini dengan menggandeng platform streaming. NFL, misalnya, telah bekerja sama dengan Amazon Prime Video untuk menyiarkan “Thursday Night Football”, sementara NBA tengah mempertimbangkan opsi serupa untuk hak siar mereka di masa depan. Tren ini mengindikasikan bahwa pergeseran ke media digital bukan hanya sekadar alternatif tetapi mungkin menjadi norma baru bagi industri olahraga profesional.
Bagi MLB, peralihan ke streaming bisa menjadi langkah strategis untuk menjangkau generasi penonton yang lebih muda. Generasi baru penggemar olahraga cenderung lebih memilih menonton pertandingan melalui perangkat seluler dan smart TV dibandingkan melalui langganan TV kabel tradisional. Oleh karena itu, MLB dapat menggunakan pendekatan berbasis digital untuk meningkatkan keterlibatan penggemar dan memperluas jangkauan global mereka. Dengan strategi pemasaran digital yang lebih agresif, MLB dapat membangun komunitas penggemar yang lebih solid dan terlibat dalam diskusi yang lebih luas tentang tim favorit mereka melalui media sosial dan forum online.
Meskipun streaming menawarkan berbagai keuntungan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi sebelum MLB sepenuhnya beralih ke model ini. Salah satu kekhawatiran utama adalah aksesibilitas bagi penggemar yang masih bergantung pada televisi tradisional. Tidak semua wilayah memiliki akses internet yang stabil atau layanan streaming berkualitas tinggi, yang dapat menjadi hambatan bagi penonton di daerah pedesaan atau kurang terlayani. Selain itu, biaya langganan beberapa platform streaming juga dapat menjadi faktor penghambat bagi sebagian penggemar yang terbiasa dengan akses siaran televisi konvensional.
Selain itu, pendapatan dari hak siar televisi tradisional masih menjadi bagian penting dari model bisnis liga olahraga. Beralih sepenuhnya ke streaming dapat mengurangi pendapatan awal, karena langganan streaming umumnya tidak menghasilkan pendapatan sebesar kontrak TV tradisional. Oleh karena itu, MLB perlu menemukan keseimbangan antara kemitraan dengan layanan streaming dan mempertahankan hubungan dengan jaringan televisi yang masih memiliki pangsa pasar yang signifikan.
Keputusan untuk mengakhiri kemitraan ini telah memicu berbagai reaksi dari industri dan penggemar. Beberapa melihatnya sebagai langkah positif yang memungkinkan MLB untuk berinovasi dalam cara mereka mendistribusikan konten dan menjangkau audiens yang lebih muda dan lebih terhubung secara digital. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa peralihan ke platform streaming dapat mempersulit akses bagi penggemar yang terbiasa dengan siaran televisi tradisional atau yang tidak memiliki akses mudah ke layanan streaming. Selain itu, perubahan ini dapat mempengaruhi nilai iklan dan pendapatan yang dihasilkan dari siaran langsung, mengingat perbedaan demografi dan perilaku menonton antara penonton televisi dan pengguna streaming.
Pengakhiran kemitraan antara ESPN dan MLB menandai akhir dari era penting dalam penyiaran olahraga dan mencerminkan dinamika yang berubah dalam konsumsi media. Seiring dengan evolusi teknologi dan preferensi penonton, baik liga olahraga maupun penyiar harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan audiens modern. Bagi MLB, ini adalah kesempatan untuk mengeksplorasi model distribusi baru yang dapat memperluas jangkauan mereka dan meningkatkan keterlibatan penggemar, sementara ESPN dapat memfokuskan sumber dayanya pada platform dan strategi yang sejalan dengan tren konsumsi konten saat ini.
Ke depan, langkah-langkah yang diambil oleh MLB dalam mencari mitra siaran baru akan menjadi kunci untuk menentukan arah masa depan penyiaran olahraga. Apakah MLB akan beralih sepenuhnya ke model streaming atau tetap mempertahankan beberapa elemen siaran televisi tradisional, masih harus ditunggu. Namun, satu hal yang pasti: lanskap penyiaran olahraga terus berubah, dan liga-liga besar harus siap beradaptasi dengan tren industri agar tetap relevan di era digital ini.

