Pernah nggak sih kamu ngobrol sama seseorang yang terus-terusan nyebut namamu? Awalnya mungkin terasa menyenangkan, kayak ada perhatian khusus buat kita. Tapi kalau terlalu sering, rasanya malah jadi aneh, ya? Nah, ternyata ini adalah teknik komunikasi yang udah lama dipakai oleh politisi, eksekutif, sampai tenaga penjual buat membangun hubungan lebih dekat. Tapi sekarang, nggak semua orang suka, lho.
Trik Lama yang Bisa Jadi Pedang Bermata Dua
Greg Fahey, seorang pelatih bola basket di Hampton University, Virginia, percaya banget kalau mengulang nama seseorang dalam percakapan itu bisa jadi semacam “kekuatan super” buat membangun koneksi. Dia sampai mencatat nama orang-orang yang dia temui di ponselnya biar nggak lupa.
Tapi, nggak semua orang merasakan hal yang sama. Steve Dickerman, seorang pengusaha di Chicago, malah menghindari kerja sama dengan orang yang terlalu sering menyebut namanya. Dia pernah hampir membeli sebuah alat kecerdasan buatan dari sebuah perusahaan, tapi batal gara-gara tenaga penjualnya terlalu agresif dengan nama.
“Dia bilang gini, ‘Oke Steve, jadi kamu bener-bener nggak mau coba ini?’ dan ‘Steve, dari yang aku denger, kamu kayaknya agak khawatir’,” cerita Dickerman. Karena merasa risih, dia akhirnya memilih perusahaan lain yang lebih santai.
Nama yang Terlalu Sering Disebut Bisa Jadi Mengganggu
TJ Guttormsen, seorang pengajar komunikasi, bilang kalau gampang banget buat mengenali orang yang sengaja mengulang nama untuk nyoba memengaruhi lawan bicaranya.
“Aku langsung merasa nggak nyaman kalau ada yang nyebut namaku setiap beberapa kalimat,” katanya. Dia pernah ngalamin sendiri waktu mau beli mobil di Las Vegas. Para tenaga penjual di sana terus-terusan menyebut namanya, bikin dia jadi ilfeel. Akhirnya, dia malah beli mobilnya secara online.
Tapi, ada juga momen di mana penggunaan nama ini justru efektif. Waktu Guttormsen menghadiri konferensi networking di Norwegia, dia sengaja menyebut nama seorang pembicara yang udah dia riset sebelumnya. Reaksinya? Si pembicara itu langsung terkejut dan tertarik buat ngobrol lebih lanjut.
“Dia kayak, ‘Lho, kok kamu tahu aku?’ Padahal dia bukan orang terkenal atau semacamnya,” cerita Guttormsen. Dari sana, mereka akhirnya kerja bareng bikin kursus komunikasi buat bisnis-bisnis di Norwegia.
Penting Buat Bisnis, Tapi Jangan Berlebihan!
Dalam dunia bisnis dan penjualan, mengingat dan menyebut nama seseorang memang bisa bikin interaksi terasa lebih personal. Banyak tenaga penjual yang dilatih buat mengingat nama pelanggan biar mereka merasa lebih dihargai. Tapi kalau terlalu sering, justru bisa terkesan memaksa dan manipulatif. Malah bisa bikin pelanggan kabur!
Kenapa Otak Kita Bereaksi Saat Mendengar Nama Sendiri?
Ternyata, ada alasan psikologis di balik ini semua. Otak kita memang punya respon khusus kalau mendengar nama sendiri. Ini disebut sebagai “self-referential effect”—di mana kita lebih memperhatikan informasi yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Makanya, pas ada yang nyebut nama kita, kita langsung bereaksi.
Dale Carnegie, penulis buku self-improvement yang terkenal, pernah bilang, “Nama seseorang adalah suara paling manis dan paling penting dalam bahasa apa pun.” Nah, itu benar, tapi bukan berarti kita harus nyebut nama seseorang setiap lima detik sekali, kan?
Setiap Budaya Punya Cara Berbeda
Ternyata, nggak semua budaya nyaman dengan kebiasaan ini. Di Amerika, menyebut nama seseorang berulang kali dianggap sopan dan menunjukkan perhatian. Tapi di beberapa budaya Asia, malah bisa terasa aneh atau terlalu akrab.
Contohnya di Jepang, menyebut nama seseorang tanpa tambahan honorifik seperti “-san” (Tuan/Nona) bisa dianggap kasar. Di negara-negara Timur Tengah, orang lebih suka pakai gelar atau panggilan kehormatan. Sementara itu, di Skandinavia, interaksi cenderung lebih santai dan nggak terlalu formal, jadi kalau ada yang sering menyebut nama kita, malah terasa janggal.
Jadi, Harus Sebut Nama atau Nggak?
Jawabannya: tergantung situasi! Kalau dipakai dengan wajar dan alami, bisa banget bikin percakapan lebih akrab. Tapi kalau keseringan, bisa jadi malah bikin orang risih.
Intinya, kita perlu peka terhadap reaksi lawan bicara. Kalau mereka terlihat nyaman dan enjoy, nggak ada salahnya pakai nama mereka sesekali. Tapi kalau mereka mulai kelihatan nggak nyaman, lebih baik kurangi dan biarkan percakapan mengalir lebih alami. Seperti dalam banyak hal lain dalam hidup, kuncinya adalah keseimbangan!