Dua Hal Penting untuk Kamu yang Menerapkan Sistem Kerja Hybrid

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Dunia kerja terus mencari pola dengan memadukan cara kerja offline dan online atau dikenal dengan hybrid. Berbagai kebijakan sudah pasti akan menuntut penyesuaian dan akan terus dinamis diikuti perubahan perilaku dan budaya kerja. Namun bagaimana untuk tetap produktif? Bagaimana dapat memimpin tim? Bagaimana tetap solid dan produktif walaupun tidak ada dalam lokasi yang sama? Semua itu membutuhkan tool dan teknologi menjadi jawabannya. Ya, teknologi dapat menjembatani dunia virtual dan nyata. Hingga kini ada banyak teknologi komunikasi yang terus berkembang untuk mendukung sistem kerja tim.

Namun apakah teknologi menjadi satu-satunya solusi? Tentu saja tidak. Teknologi tanpa kearifan seorang manusia tidak akan dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Di sinilah peranan seorang pemimpin dibutuhkan. Pemimpin yang seperti apa? Seorang pemimpin yang memiliki rasa empati. Teknologi tanpa sebuah rasa empati sebagai katalisatornya tidak akan berhasil sebab pada masa seperti sekarang ini, ada berbagai talent terkait yang memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Bagaimana mereka dapat dimengerti, dapat dihargai menjadi sebuah kuncinya. Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan secara emosional, maka hampir dapat dikatakan kemungkinan besar Anda tidak akan dapat mempertahankan mereka.

Saya berbincang dengan salah seorang Human Capital Department Head sebuah bank asing di Indonesia, ia berkisah bagaimana tidak mudah untuk membawa karyawannya untuk kembali bekerja di kantor. Bukan sekedar bahwa mereka merasakan sebuah kenyamanan bekerja dari rumah, tetapi pada kenyataannya pandemi yang telah kita jalani selama hampir 2 tahun ini meninggalkan bermacam-macam cerita pada masing-masing mereka. Sehingga membutuhkan sebuah recovery, membutuhkan sebuah rasa aman, rasa percaya, untuk dapat kembali bekerja dari kantor. Sebagai seorang pemimpin, teman saya ini pun menghimbau semua pemimpin lainnya untuk tidak memaksa anggota timnya untuk segera kembali ke kantor, tanpa tahu benar pengalaman apa yang telah dilalui anggota timnya tersebut. Ini tentu saja berbicara tentang rasa empati.

GLINT, sebuah platform talenta di Asia Tenggara dan Taiwan melakukan survei pada 1000 perusahaan di dunia selama pandemi ini mengenai tingkat kepuasan karyawan terkait penerapan bekerja dari kantor. Hasilnya terlihat adanya penurunan kepuasan pada mereka yang diharuskan untuk kembali bekerja di kantor. Selain itu nampak juga naiknya risiko burnout atau stress akibat beban kerja terutama pada bulan Agustus 2020 dan September 2021. Hal ini teridentifikasi karena kondisi karyawan yang tidak dapat menyeimbangkan urusan kerja profesional dan kehidupan personal mereka. Memang tidak mudah untuk menjalankan beban kerja yang berlebih di tengah model kerja yang sepenuhnya daring selama pandemi Covid-19.

Dengan situasi yang sangat beragam sekarang ini, maka adalah penting untuk mengesampingkan kepentingan pemimpin semata-mata tanpa memahami benar keadaan seluruh anggota tim. Tetap perform sebagai seorang pemimpin memang penting, tetapi jangan lupa bahwa seorang pemimpin tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh anggotanya. Karena itu, mulailah dengan mengenali profile setiap anggota tim, misalnya di manakah tempat tinggalnya, jauhkah dari kantor, apakah berada di lokasi yang aman, bagaimana perjalanannya ke kantor, apakah ia memiliki anak balita, apakah tinggal dengan orang tua yang sudah lanjut usia, dan sebagainya. Dengan mengetahui profile setiap anggota tim, maka seorang pemimpin akan dapat memutuskan dengan tepat apakah anggota timnya harus kembali bekerja dari kantor atau tidak. Di samping itu, rasa empati akan membuat anggota tim merasa sangat aman sebab adanya rasa trust kepada pemimpin. Sehingga, apakah anggota tim akan bekerja dari rumah ataukah bekerja dari kantor, keduanya tidak masalah sebab itu tidak akan mempengaruhi produktivitas ketika teknologi menjadi salah satu bagian dari tim Anda. Di sisi lain saya percaya bahwa seorang pemimpin yang empati akan menularkan rasa empati yang sama kepada semua anggota tim. Sehingga tidak ada lagi kata “aku” melainkan kata “kita”.

Dua hal ini yang sangat dibutuhkan ketika kita mulai memasuki cara kerja hybrid: teknologi dan rasa empati. Tidak ada kata terlambat untuk memadukan keduanya menjadi sebuah penunjang dalam keberhasilan tim Anda.

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x