(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Judul artikel ini sengaja dibuat untuk memberikan pengertian dasar bagaimana startup perlu bekerja keras untuk menemukan siapa pelanggan mereka – atau melalui tahapan customer discovery. Terus diulangi lagi bahwa sebuah startup dimulai dengan visi pendirinya: visi produk atau layanan baru yang memecahkan masalah atau kebutuhan pelanggan dan bagaimana hal itu akan menjangkau banyak pelanggannya. Customer discovery akan menghabiskan banyak uang tapi belum mendapatkan apa-apa sebagai imbalannya. Tujuan utama dari customer discovery adalah: mengubah hipotesis awal para founder tentang pasar dan pelanggan mereka sesuai dengan kenyataan. Membentuk visi founder dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Kelihatannya sederhana mengubah hipotesis menjadi kenyataan, namun pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Bila kita ingin mendirikan sebuah perusahaan online media – yang sekarang menjadi trend besar mengubah dunia jurnalisme, maka menemukan siapa pembaca kita adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Memahami kebutuhan dan keinginan semua pembaca lalu mendaftarkan semua fitur yang diinginkan pembaca sebelum mereka mau membeli informasi yang disajikan. Menjalankan Focus Group Discussion dan menguji reaksi pembaca terhadap informasi yang disajikan, untuk melihat apakah mereka akan membeli. Pada intinya, inti dari customer discovery adalah untuk menentukan apakah value proposition dari startup itu cocok dengan segmen pelanggan yang direncanakan untuk ditargetkan. Di pasar akan ada multiple value proposition namun juga ada multiple customer segment. Kita perlu bekerja keras untuk problem/solution fit menghasilkan bisnis ketika revenue model, pricing, and customer acquisition efforts sesuai dengan customers’ needs.
Pemahaman tentang startup kita ulangi lagi, dari tulisan sebelumnya, menjadi jelas bahwa untuk menyusun business plan startup berbeda dengan menyusun business plan perusahaan yang sudah mapan. Startup bukanlah bentuk mini dari perusahaan besar yang sudah mapan. Perbedaan mendasarnya terletak pada customer development. Salah satu kekurangan banyak founder startup adalah tidak tepat mendefinisikan tentang siapa mereka.
Jangan berpikir bahwa startup itu seperti perusahaan yang sudah mapan, mereka bisa membuat market-requirements document (MRD) sebab pasar yang sudah jelas. Kalau kita hendak mengembangkan produk untuk perusahaan media seperti Kompas maka itu akan sangat mudah, sebab semua pembacanya sangat jelas, malahan bisa didokumentasikan secara online, sehingga apa saja kebutuhan pelanggan akan dengan cepat dituangkan dalam features dan benefit.
Steve Blank mendefinisikan startup sebagai organisasi sementara – temporary organization yang dirancang untuk memburu – design to hunt model bisnis – business model yang dapat diulang – repeatable dan scalable. Dalam definisi ini, startup dapat berupa usaha baru yang tidak memiliki perusahaan induk atau dapat pula berupa divisi atau unit bisnis baru di perusahaan yang sudah ada. Startup belum mempunyai pelanggan, mereka harus mencarinya, inilah yang membedakan dengan perusahaan yang sudah mapan. Pernah ditulis dalam artikel sebelumnya bagaimana kisah Trip Advisor menemukan pelanggan mereka. Dalam topik customer discovery menjadi contoh yang tepat bagaimana usaha ini dilakukan.
Pendiri Trip Advisor Stephen Kaufer menceritakan bagaimana pemburuan model bisnis mereka. “Ide itu muncul ketika istri saya, Caroline, dan saya mencoba mencari liburan untuk diri kami sendiri. Kami mulai dengan agen perjalanan, yang merekomendasikan sebuah pulau dan beberapa resort. Ini adalah tahun 1998 atau tahun 1999, dan saya pikir saya akan menggunakan internet untuk mencari tahu lebih lanjut. Saya menemukan banyak sekali situs web yang akan membantu saya memesan reservasi di hotel ini, tetapi tidak ada yang memberi tahu saya apakah hotel itu bagus atau tidak untuk apa yang saya cari.
Akhirnya saya menemukan beberapa ruang obrolan yang memberi tahu saya bahwa pulau itu tidak terlalu aman, dan kami benar-benar tidak ingin pergi ke sana. Itu semacam pembuka mata. Kami berkata, “Kekuatan internet yang bagus di sana. Mari kita ganti menjadi agen perjalanan.” Kami pergi ke tempat lain, yang merekomendasikan pulau lain, tempat berbeda. Saat itu, ketika saya melakukan penelitian di web, saya menemukan bahwa hotel-hotel tersebut benar-benar tidak memenuhi standar istri saya. Gambar hotel di brosur memang luar biasa, tentu saja, tetapi komentar dari beranda seseorang yang saya temukan tidak terlalu bagus.
Pada saat itu, saya telah menghabiskan beberapa hari dalam semacam pencarian tanpa pikiran, mencoba menemukan informasi yang sebenarnya tentang hotel, bukan uraian resmi. Istri saya menyarankan, “Kamu tahu sesuatu tentang teknologi. Semua adalah opini yang dipublikasikan, tetapi perlu ada opini yang tidak dipublikasikan dan tidak bias tentang suatu tempat, lokasi, sesuatu untuk dilakukan. ”
Saya bekerja pada saat itu, jadi kami meletakkan ide itu selama sekitar satu tahun. Pada akhir tahun1999, ide tersebut muncul kembali. Saya ingin keluar dari apa yang saya lakukan dan mulai mengumpulkan teman-teman yang pernah bekerja dengan saya sebelumnya yang mungkin tertarik untuk memulai perusahaan internet untuk membangun mesin pencari perjalanan terbaik di luar sana — di mana kami akan mendefinisikan “terbaik” tidak mencari harga, tetapi benar-benar menemukan informasi yang tidak bias.
Saya diperkenalkan oleh seorang teman kepada salah satu pendiri lain, Langley Steinert, di sisi bisnis, pemasaran, pengembangan bisnis, pembiayaan. Jadi kami berdua mengambil proyek seperti, “Hei, ini jelas dibutuhkan dunia.” Saya merasa saya dapat membangunnya dengan tim orang-orang yang saya pikirkan dari kehidupan sebelumnya. Langley memiliki pengalaman pengembangan bisnis dan koneksi untuk menjual dan memasarkannya. Karena saya telah memulai beberapa perusahaan sebelumnya, saya tahu adalah penting untuk memiliki kombinasi yang tepat antara keterampilan dan minat di antara para pendiri. Kami mengumpulkan empat pendiri awal perusahaan dan mendapatkan pendanaan putaran pertama pada Februari 2000.
Pengalaman Stephen Kaufer ini merupakan awal bagaimana sebuah bisnis besar dimulai, penuh dengan hipotesa yang satu tahun kemudian baru mendapatkan pendanaan dan ini adalah waktu yang diperlukan untuk memburu bisnis model yang tepat. Cerita ini menggambarkan bagaimana sebenarnya sebuah perusahaan startup itu.
Dalam sebuah startup, produk pertama tidak dirancang untuk memuaskan mainstream customer. Tidak ada startup yang mampu membangun produk dengan setiap fitur yang dibutuhkan mainstream customer sekaligus. Produk tersebut akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sampai ke pasar dan menjadi usang pada saat produk itu tiba. Alih-alih, para startup yang sukses memecahkan teka-teki ini dengan memfokuskan upaya pengembangan dan penjualan awal pada sekelompok kecil pelanggan awal yang telah mengikuti visi startup. Pelanggan visioner ini akan memberikan masukan yang diperlukan perusahaan untuk menambahkan fitur ke produk dari waktu ke waktu hingga siap dipasarkan.
Jadi benar prinsip customer discovery dalam startup adalah “Develop the Product for the Few, Not the Many.”
Fadjar Ari Dewanto/Editor in Chief VMN/BL/Coordinating Partner of Business Advisory Services Division, Vibiz Consulting