Sebesar 95% Bank di Indonesia Percaya AI Solusi Anti Money Laundering

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Sebuah survey dari FICO – didirikan tahun 1956 dan berkantor di Silicon Valley – mengungkapkan bahwa Artificial Intelligence (AI) diyakini oleh 95 persen bank di Indonesia akan menjadi solusi untuk anti money laundering (AML). FICO sebagai pelopor dalam predictive analytics menambahkan, bank di Indonesia 100 persen yakin AI mampu namun hanya 9 persen yang dapat menyesuaikan, sisanya mengalami kesulitan menggunakan AI.

FICO mengadakan Integrated AML Compliance Survey pada Mei 2020. FICO melibatkan 256 eksekutif senior bank dari 11 negara untuk quantitative opinion survey. Negara-negara yang disurvei ialah, Hong Kong, Indonesia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Vietnam.

Survei ini mengungkapkan berbagai tantangan dalam anti money laundering, salah satunya adalah pengalaman pelanggan. Dua dari lima responden menilainya sebagai faktor terpenting, sekitar 17 persen bank memandang ini faktor terpenting. Rusaknya reputasi bank, direct financial loss adalah faktor kedua dan ketiga. Cepat respons dianggap oleh setengah bank responden sebagai tindakan yang pertama harus dilakukan. Sepertiganya beranggapan akuratnya deteksi adalah sangat penting.

Teknik machine learning, Soft Clustering Misalignment, dan Threat Score menolong dalam penerapan AI untuk mengatasi tantangan-tantangan itu. Khususnya pada analisis mutakhir untuk meningkatkan akuraksi deteksi.

Sebesar 93 persen bank di Asia Pasifik ingin berinvestasi pada sistem ini. Namun, di Singapura dan Hong Kong, hanya dua per tiga responden ingin melakukan investasi baru dalam teknologi kepatuhan. Hal ini merupakan investasi besar yang sudah dikeluarkan bank tersebut selama beberapa tahun terakhir. Di Indonesia, semua bank mengatakan akan terus berinvestasi dalam sistem kepatuhan regulasi pada tahun-tahun mendatang dan 59 persen di antaranya akan melakukan investasi pada tahun 2021.

Pada tahun 2021, berbagai bank di Asia Pasifik akan berinvestasi pada compliance system. Sejumlah 49 persen responden mengungkapkan bertambahnya anggaran mereka, sementara 34 persen responden lain memprediksikan peningkatan anggaran yang signifikan. Menariknya, bank-bank domestik yang tidak berinvestasi di AML dibandingkan bank-bank asing. Bank-bank asing ingin melakukan investasi baru. Tahun 2021 Filipina, Thailand, Australia, dan Indonesia akan investasi besar untuk hal ini.

FA/VMN/BLJ

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x