(Business Lounge Journal – Marketing & Service) Pastinya, merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa body language sangat menentukan kesuksesan kita. Hal ini, terkadang diabaikan begitu saja. Tetapi, sebenarnya body language yang tepat, sangat dibutuhkan untuk memberikan kesan positif pada kita, terutama bagi yang berprofesi sebagai marketing dan customer service.
“Hallo, selamat siang Bapak/Ibu, ada yang bisa saya bantu?” mungkin perkataan itu merupakan kewajiban seorang customer service ketika menyapa konsumennya. Atau kadang kita pernah mendengar seorang marketing berkata “selamat siang Bapak/Ibu, pernah mendengar tentang produk ini? Memang, semua kata-kata yang sopan itu, pastinya sudah merupakan hal wajib untuk diucapkan oleh seorang yang berprofesi sebagai marketing maupun customer service.
Tetapi, apakah kata-kata seperti itu saja cukup? Sebenarnya tidak. Karena seorang marketing maupun customer service, harus mengenal rahasia dari body language, untuk menunjang kesuksesan mereka. Prinsipnya, jika kata-kata yang diucapkan sudah tepat, tetapi body language yang ditampilkan salah, maka itu pasti berakibat pada hasil akhirnya nanti.
Pertanyaannya, sebenarnya apakah arti dari setiap body language yang ditampilkan? Dan apa pengaruhnya bagi keberhasilan Anda? Berikut ini beberapa body language yang bisa menimbulkan prasangka orang lain mengenai diri kita :
Berdiri dengan jarak terlalu dekat
Jangan pernah berdiri dengan jarak yang terlalu dekat dengan konsumen atau lawan bicara Anda yang berhubungan dengan bisnis. Hindari posisi berdiri di sebelah lawan bicara dengan jarak lebih dekat dari satu setengah langkah, karena hal itu mengisyaratkan bahwa Anda tidak memiliki respek mengenai privasi seseorang. Dan, hal itu bisa membuat orang lain merasa tak nyaman ketika berada di sisi Anda.
Pandangan mata yang tidak fokus
Hal ini menandakan bahwa Anda tidak respek kepada lawan bicara Anda. Bisa jadi, hal ini kadang merupakan suatu kebiasaan. Tetapi, jika itu sudah menjadi kebiasaan, Anda harus mengubah secepatnya.
Terlalu banyak menganggukkan kepala
Menganggukkan kepala tanda setuju itu baik, tetapi jika dilakukan dengan terlalu sering, hal itu membuat Anda terkesan “mencoba terlihat” paham dengan hal yang tidak Anda mengerti.
Bisa jadi, pada kenyataannya memang Anda mengerti dengan apa yang dikatakan oleh lawan bicara, tetapi jika Anda menganggukan kepala terlalu sering, terkadang orang beranggapan bahwa Anda sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakannya, tetapi Anda berpura-pura untuk mengerti.
Melihat jam terlalu sering saat bicara
Hal ini, membuat Anda terkesan tidak empati dan tidak respek pada lawan bicara Anda. Selain itu, Anda bisa terkesan ingin mengakhiri pembicaraan secepatnya.
Mengerutkan dahi
Body language seperti ini, mungkin timbul ketika Anda kurang menangkap pembicaraan dari konsumen atau lawan bicara Anda lainnya. Tetapi, sebisa mungkin hindari body language tersebut. Ketika Anda terlihat mengerutkan dahi, hal itu membuat Anda terkesan menghakimi lawan bicara Anda.
Berdiri atau duduk dengan posisi membungkuk
Hal itu memberikan kesan bahwa Anda tidak respek dan bosan pada perkataan dari lawan bicara. Karena itu, upayakan untuk selalu duduk atau berdiri tegak di depan lawan bicara Anda.
Jabat tangan yang terlalu kuat atau lemah
Sebelum mengakhiri pembicaraan, terkadang dilakukan jabat tangan. Bisa karena proses jual beli sudah mencapai kesepakatan, dan bisa juga karena hal lainnya. Tetapi ingat, ketika berjabat tangan, tentunya harus pas, tidak boleh menjabat tangan lawan bicara dengan terlalu kuat, ataupun terlalu lemah. Terlalu kuat, bisa membuat Anda terkesan agresif di mata lawan bicara. Terlalu lemah, menandakan Anda kurang percaya diri.
Hati-hati, dari sebuah jabat tangan, kesepakatan yang sebelumnya sudah dicapai bisa batal karena kesan negatif dari lawan bicara Anda. Karena itu, pastikan untuk menjabat tangan lawan bicara dengan tidak terlalu kuat, tetapi tidak terlalu lemah, agar ia memiliki kesan positif terhadap Anda.
Fanny Sue/VMN/BL/Journalist
Editor: Fanya Jodie
Image : Business Lounge Journal