(Business Lounge – Global News) Pernyataan Abe pada Jumat (14/8) saat memperingati saat Jepang menyerah kalah pada 70 tahun yang lalu, menuai berbagai kontroversi. Pada saat memberikan pidatonya, Abe menyatakan, “Di Jepang, generasi pascaperang sekarang melebihi 80% dari penduduknya. Kita tidak harus membiarkan anak-anak, cucu, dan bahkan generasi selanjutnya kita untuk datang, yang tidak ada hubungannya dengan perang itu, ditakdirkan untuk meminta maaf. Namun, meskipun demikian, kita Jepang, lintas generasi, harus jujur menghadapi sejarah masa lalu. Kami memiliki tanggung jawab untuk mewarisi masa lalu, dalam semua kerendahan hati, dan menyebarkannya ke masa depan.”
Berikut beberapa pernyataan tokoh-tokoh dunia yang merespons pernyataan Shinzo Abe termasuk pernyataan dari Tiongkok dan Korea Selatan yang hingga kini masih memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Jepang sebagai sebuah warisan perang.
“Pernyataan Perdana Menteri Abe yang menandai ulang tahun ke-70 pada akhir Perang Dunia II meninggalkan banyak yang harus diinginkan. Sejarah tidak bisa disembunyikan dan tetap hidup melalui kesaksian dari korban yang masih bersama kita hari ini. Namun demikian, kami merasa penting bahwa (dia menyatakan) kepada masyarakat internasional bahwa pandangan sejarah yang diungkapkan oleh pemerintah masa lalu … akan tegas dipertahankan. … Ke depan, pemerintah Jepang harus bisa kembali kata-nya bahwa ia mewarisi pandangan sejarah yang disampaikan oleh pemerintah sebelumnya dengan tindakan yang konsisten dan tulus, yang akan membantu mendapatkan kepercayaan dari tetangga dan masyarakat internasional. Khususnya, kami mendesak Pemerintah Jepang untuk dengan cepat dan benar memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan ‘perempuan penghibur’ yang dipaksa untuk melayani militer Jepang,” demikian dikatakan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye.
Sedangkan Tiongkok mengatakan Jepang telah melewatkan kesempatan untuk menawarkan “permintaan maaf yang tulus” untuk agresi yang dilakukan Jepang pada Perang Dunia II, pada Jumat (14/8), beberapa jam setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberikan pidatonya. “Perang agresi yang diluncurkan oleh militerisme Jepang menimbulkan penderitaan yang tak terhitung pada orang-orang Tiongkok dan negara-negara korban lainnya di Asia. … Hari ini, masyarakat internasional menandai peringatan 70 tahun kemenangan Perang Dunia Kedua, Jepang harus membuat pernyataan eksplisit tentang sifat perang militerisme dan agresi dan tanggung jawabnya pada perang, membuat sebuah permintaan maaf yang tulus kepada orang-orang dari negara-negara korban, dan membuatnya bersih dengan masa lalu agresi militeris, bukannya mengelak tentang masalah utama yang merupakann prinsip,” demikian dikatakan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying.
Pernyataan Abe sangat diperhatikan di Tiongkok, mengingat invasi Jepang yang dimulai pada 1930-an dan berlangsung sampai kekalahannya pada tahun 1945 masih menjadi sumber kemarahan di kalangan masyarakat umum. Bagi Tiongkok, Jepang harus berani menghadapi sejarah agresi dan melakukan jiwa yang serius untuk menghadapinya dengan menempel pada jalan pembangunan damai, dan mengambil tindakan yang kredibel untuk memenangkan kepercayaan dari tetangga-tetangganya di Asia dan masyarakat internasional.
nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Antara