Test Autisme Sedini Mungkin Melalui Tes Penciuman

(Business Lounge – News) Apakah yang akan Anda lakukan ketika mencium bau yang busuk, misalnya ketika Anda berjalan di toilet umum yang bau? Pastinya Anda segera menghindari bau busuk tersebut dengan menutup hidung Anda. Sebaliknya ketika Anda mencium wangi yang menyenangkan seperti wangi bunga mawar atau wangi masakan yang sedap, Anda akan menarik nafas Anda dalam-dalam untuk menghirup aroma yang menyenangkan tersebut. Hal ini merupakan respon normal manusia. Akan tetapi ternyata respon seperti ini tidak ditemukan pada orang yang menderita Autisme.

Sekelompok peneliti di Israel baru-baru ini menemukan bahwa autisme dapat dideteksi dengan melakukan tes penciuman. Dengan penemuan ini, maka gejala autism dapat dideteksi lebih dini lagi dari pada yang bisa dilakukan sekarang. Tes ini dapat dilakukan pada balita bahkan yang masih berusia beberapa bulan, dengan demikian tes ini dapat dijadikan sebagai deteksi awal akan gejala autisme, sebelum dikonfirmasi selanjutnya dengan tes lainnya ketika anak-anak berusia lebih dewasa.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan serangkaian tes penciuman pada anak-anak di Weizmann Institute, sebanyak 36 anak dengan usia rata-rata 7 tahun, setengah di antaranya menderita autis, sisanya normal. Anak-anak ini diberikan beberapa jenis aroma yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengukur respon penciuman mereka.

Dengan menggunakan dua buah tabung dihubungkan ke hidung, tabung merah untuk mengirimkan aroma, tabung hijau untuk mencatat perubahan pada pola pernapasan. Hasilnya ditemukan bahwa anak-anak normal (yang tidak autis) hanya mengedus selama 305 milidetik ketika diberikan bau yang tak sedap, sementara pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) tidak menunjukkan adanya perbedaan ketika mengedus aroma menyenangkan dengan aroma yang tidak menyenangkan. Sementara anak-anak normal akan melakukan penyesuaian ketika diberikan aroma tak sedap, anak-anak Autis tetap mengendus dengan cara dan dalam waktu yang sama, tidak peduli apapun aroma yag diberikan. Perbedaan respons di antara dua grup ini efektif 81% untuk mendeteksi mana anak yang autis tanpa diagnosis lainnya lagi.  Penelitian ini juga menemukan perilaku mengendus yang tak normal ini akan semakin meningkat sebanding dengan tingkat keparahan autisme yang diderita. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.

Hasil yang mengejutkan dari penelitian ini pastinya sangat berguna bagi dunia medis, karena semakin cepat autisme dideteksi, maka semakin memungkinkan untuk mengambil langkah pencegahan yang efektif. Sebelumnya gejala autisme baru bisa dideteksi paling cepat pada anak berusia dua tahun. Autisme sendiri adalah sebuah gangguan saraf yang kompleks, penderitanya akan mengalami gangguan perilaku juga kesulitan untuk melakukan interaksi. Penyakit yang belum diketahui secara pasti penyebabnya ini, diketahui semakin banyak penderitanya, sebuah data mengatakan bahwa dari 160 anak di dunia ada 1 anak yang menderita Autisme.

citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x