Usia Pemilih Menjadi 18 Tahun, Jepang Harapkan Perubahan Politik

(Business Lounge – Global News) Parlemen Jepang meloloskan Rancangan Undang-Undang untuk menurunkan usia pemilih dari semula 20 tahun menjadi 18 tahun. Demikian diberitakan pada hari Rabu (17/6). Dengan demikian jumlah pemilih di Jepang bertambah sebanyak 2,4 juta pemilih baru untuk populasi pemilih saat ini yaitu sebanyak 104 juta penduduk. Hal ini dianggap sebagai sebuah langkah untuk mengurangi dominasi usia tua di salah satu negara yang paling cepat bertambahnya usia tua di Asia. Jepang memiliki salah satu harapan hidup terpanjang di dunia, dikombinasikan dengan angka kelahiran yang rendah. Lebih dari seperempat dari populasi adalah usia 65 atau lebih.

Undang-undang ini akan berlaku untuk pemilihan majelis tinggi yang akan berlangsung pada tahun depan. Bagian dari Rancangan Undang-Undang ini mengikuti hukum yang disahkan pada tahun lalu yaitu untuk menurunkan usia pemilih menjadi 18 tahun pada tahun 2018 untuk referendum nasional tentang konstitusi.

Sebelumnya Jepang juga pernah merevisi usia pemilihnya yaitu pada tahun 1945, yaitu ketika usia pemilih diturunkan dari 25 tahun menjadi 20 tahun. Selain itu pada tahun 1945 mulai diberlakukan bahwa perempuan diberikan hak untuk memilih.

Dengan diberlakukannya batasan usia pemilih menjadi 18 tahun maka dapat dikatakan bahwa Jepang selaras dengan hampir 90% dari negara-negara di dunia dalam menetapkan usia pemilih minimum di 18 dan diharapkan para pemilih dengan usia muda ini dapat memberikan warna yang baru pada dunia politik Jepang oleh karena banyaknya pendapat yang berpikir bahwa orang-orang muda memiliki kemungkinan benar-benar kurang liberal dan diharapkan dapat lebih konservatif dan inisiatif.

Namun demikian masih akan ditinjau bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi pemilihan dan kebijakan-kebijakan di Jepang. Hingga saat ini kondisi yang ada bahwa pemilih yang berusia lebih muda telah tinggal jauh dari tempat pemungutan suara dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan kurang dari 33% dari mereka yang berusia 20-an yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum tahun lalu yang berlangsung pada bulan Desember. Hal ini sangat disayangkan. Itulah sebabnya para politisi telah lama mendekati para pemilih dengan usia yang lebih tua dengan menawarkan berbagai manfaat seperti pensiun dengan besaran yang lebih, penggelembungan utang secra nasional.

Bertolak belakang dengan jumlah persentase usia muda yang memilih, maka jumlah pemilih dari total jumlah golongan berusia 60-an tahun adalah 68%, sedangkan jumlah pemilih dari total yang berusia di atas 70 tahun mencapai 60%.

Contoh lain dari kekuatan suara para pemilih yang berusia tua terjadi pada bulan lalu ketika sebuah proposal untuk reformasi pemerintah daerah di Osaka yang kemudian ditolak dalam referendum publik. Penolakan itu datang meskipun fakta bahwa warga di semua kelompok umur kecuali mereka yang usia 70 atau lebih telah memberikan suara mendukung, menurut sebuah jajak pendapat keluar oleh surat kabar Asahi dan TV Asahi.

Nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : wikipedia

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x