(Business Lounge – News & Insight) Masih ingat dengan wabah Ebola di Afrika Barat? Pada Rabu (6/5) Badan Kesehatan Dunia (WHO – World Health Organization) merilis angka korban penyakit mematikan ini yang sudah mencapai 11,005 jiwa. Angka ini mengejutkan sebab 100 kali dari angka korban pada wabah pada umumnya. Tercatat angka kematian di Liberia mencapai 4716 jiwa, sedangkan di Sierra Leone angka kematian mencapai 3903 jiwa, dan 2.386 jiwa tercatat meninggal di Guinea.
Tiga negara dengan dampak Ebola terburuk adalah Sierra Leone, Liberia, dan Guinea memiliki total 26.593 orang yang terdeteksi telah terinfeksi. Wabah Ebola terburuk dimulai di Guinea Selatan pada Desember 2013 sebelum menyebar ke Liberia dan Sierra Leone.
Penyebaran Ebola Melambat
Penularan Ebola wilayah epidemi di Afrika Barat memang telah melambat pada tingkat terendah tahun ini. Jumlah kasus infeksi baru juga berkurang di Guinea dan Sierra Leone, hanya sembilan kasus baru tercatat di setiap negara pekan lalu, angka terendah selama hampir satu tahun.
Sedangkan di Liberia tidak ada penambahan kasus, namun WHO baru akan menyatakan bahwa epidemi telah berakhir di Liberia pada Sabtu mendatang (9 Mei 2015), kecuali jika ada kasus baru di negara ini sebelum tanggal tersebut atau tepatnya 42 hari sejak pemakaman kasus terakhir dikonfirmasi, yaitu kasus seorang wanita Liberia yang diduga terinfeksi oleh korban Ebola melalui transmisi seksual.
Liberia Menanti 9 Mei 2015
Liberia tengah menanti tanggal 9 Mei 2015 mendatang. Pemerintah optimis bahwa tidak akan ada kasus Ebola lagi hingga tanggal tersebut. Beberapa pusat perawatan Ebola benar-benar telah dinonaktifkan, dan akan ada lagi yang sedang dinonaktifkan.
Namun demikian pemerintah menyadari bahwa Ebola dapat saja muncul kembali, namun mereka telah menyiapkan sistem manajemen gawat darurat untuk mengantisipasi apabila itu terjadi. Termasuk di dalamnya adalah penempatan infrastruktur kesehatan yang tepat untuk dapat meresponnya. Selain itu pemerintah menyadari bahwa bila kasus muncul maka penting bagi mereka untuk tanggap dalam melacak potensi yang ada serta memantau apa yang terjadi di sepanjang perbatasan.
Kerja Keras Pemerintah Liberia Membangun Perekonomian
Selain memperkuat sistem kesehatan dan melindungi rakyatnya dari kemungkinan wabah baru penyakit mematikan ini, Liberia dihadapkan dengan tugas besar menghidupkan kembali ekonominya. Sebelum Ebola melanda, Liberia itu memproyeksikan tingkat pertumbuhan 2014 produk domestik bruto antara 5,9 dan 7 persen. Setelah terjadi krisis, PDB merosot ke bawah 1 persen.
Krisis Ebola memang memiliki efek pada semua aspek ekonomi, terutama pada dua produk utama Liberia, karet dan bijih besi. Oleh karena ditutupnya perusahaan sehingga ribuan orang kehilangan pekerjaan mereka, dan perkebunan pun menjadi terlantar. Hal ini membuat ribuan petani kehilangan pendapatan mereka.
Para menteri Liberia mengatakan mereka bekerja keras untuk menarik investasi swasta untuk membantu membangun infrastruktur dan untuk menghidupkan kembali jalan utama, jembatan dan proyek-proyek konstruksi lain yang telah berhenti selama wabah Ebola, demikian dilansir oleh VOA.
Mereka mencatat bahwa banyak uang dan pekerjaan akan dikeluarkan pada menghidupkan kembali sektor pertanian, dengan 70 persen dari angkatan kerja yang dipekerjakan.
uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana