(Business Lounge – Business Insight) Presiden Direktur (CEO) baru McDonald’s telah menetapkan ekspektasi tinggi atas perubahan dalam jaringan restoran terbesar dunia tersebut. Kini, ia harus mewujudkannya.
Steve Easterbrook resmi menjadi CEO McDonald’s pada Minggu (1/3), menggantikan Don Thompson yang pensiun. Easterbrook merupakan petinggi veteran McDonald’s yang pernah menghabiskan hampir dua tahun memimpin jaringan restoran lain di negara asalnya, Inggris. Ia telah lama dipandang sebagai agen perubahan, melabeli dirinya sebagai “aktivis internal” dengan rencana membentuk “perusahaan burger yang modern dan progresif.”
Namun ia belum tentu sukses. McDonald’s di Amerika Serikat (AS) tengah dipusingkan dengan ketidakpuasan pelanggan, lantaran pelayanan yang lamban. Selain itu, konsumen yang lebih muda menganggap McDonald’s tidak sehat dan tidak keren. Tahun lalu, pendapatan perusahaan jatuh 2,4% menjadi $27,44 miliar, sementara pendapatan bersih turun 15% menjadi $4,76 miliar.
Konsumen, analis, dan pelaku industri menawarkan saran yang saling berbeda. Beberapa menilai Easterbrook perlu fokus pada masalah dasar: membuat burger yang lebih baik dengan lebih efisien. Sedangkan yang lain mengatakan McDonald’s perlu dirombak. Kubu ini menyarankan penggantian menu dan cara pemasaran guna menyusul pesaingnya, seperti Chipotle Mexican Grill Inc. Restoran itu membanggakan kesegaran bahan-bahannya dan menu premium yang dapat dikustomisasi.
Easterbrook dijadwalkan membahas rencananya minggu ini dalam rapat bersama pengelola restoran, pemilik lisensi, dan pemasok McDonald’s di AS.
Pada Desember, CEO lama Thompson mengumumkan serangkaian langkah guna membangkitkan penjualan di AS. Namun, pengamat menganggap strategi Thompson terlalu meluas dan kurang agresif. Banyak pelaku industri dan analis memprediksi Easterbrook akan mengambil langkah tegas, baik itu mempercepat beberapa inisiatif menjanjikan yang telah berjalan ataupun mengumumkan rencana baru.
Beberapa kemungkinannya:
Pengumuman besar soal perubahan bahan baku, seperti tidak lagi memakai bahan artifisial atau pengawet. Ini dapat membuat McDonald’s lebih menarik bagi konsumen yang kini mulai mengawasi pola makan. McDonald’s telah mengindikasi hal ini memang akan berubah. “Realitanya, [sekarang] lebih banyak orang peduli akan makanannya jika dibandingkan dulu,” kata Easterbrook, November silam.
Langkah lainnya mungkin mengumumkan rencana beralih ke daging ayam atau sapi tanpa antibiotik. (Baca: Belajar dari McDonald untuk Meraih Kembali Hati Pelanggan).
Perbaikan menu guna mengubah wajah makanan McDonald’s. Ini bukan berarti menambah menu. McDonald’s saat ini memangkas beberapa dari sekitar 120 item menu guna meningkatkan kecepatan pelayanan dan mengurangi waktu tunggu. Belakangan, waktu tunggu McDonald’s lebih lama lantaran menu yang makin rumit.
“Ini akan membantu kami untuk lebih efisien, baik itu produk akhir yang didapat konsumen yang berkurang atau bahan mentah yang kita pakai dalam makanan yang berkurang,” kata satu pemegang hak lisensi restoran.
Perombakan finansial tidak akan memperbaiki kejatuhan penjualan, namun bisa meredakan kegelisahan investor. Uang tunai pun akan tersedia guna membiayai upaya perbaikan makanan McDonald’s.
Easterbrook juga dapat mempercepat rencana penjualan restoran ke pengguna hak lisensi, yang dapat menambah uang McDonald’s sebesar $2,1 miliar.
Febe/Journalist/VMN/BL
Editor: Tania Tobing