(Business Lounge – Business Insight)-Terhempasnya harga minyak menjadi suatu ancaman bagi perusahaan minyak besar dunia. Tak terelakan lagi perusahaan-perusahaan ini alami penyusutan. Satu hal yang jarang sekali terjadi pada periode-periode sebelumnya
Kondisi ini cukup memprihatinkan sebab dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak di bisnis komoditas. Mari kita lihat ke belakang. Jauh sebelum harga minyak Amerika Serikat mulai jatuh ke angka $80 per barel maka setidaknya ada tiga perusahaan besar minyak di dunia Barat bahkan telah mencatatkan margin keuntungan lebih rendah dibandingkan daripada sepuluh tahun lalu lalu saat minyak dan gas dijual hanya setengah harga.
Seperti yang dikutip The Wall Street Journal, inilah 3 perusahaan yang mengalami dampak besar akibat merosotnya harga minyak. Exxon Mobil, Royal Dutch Shell, dan Chevron saat ini dikabarkan tidak lagi berambisi untuk lakukan ekspansi ataupun membangun proyek yang bermargin keuntungan tipis.
Padahal secara kolektif ketiga perusahaan ini mengantungi $18,9 miliar pada kuartal III.
Situasi ini sudah disebabkan kenaikan ongkos ekstraksi minyak dan gas. Exxon, Chevron, dan Shell, serta BP, tercatat hanya mendapatkan sedikit laba dari migas daripada 10 tahun lalu. Sementara jika digabungkan, keempat perusahaan hanya mendapat margin keuntungan rata-rata 26% dari penjualan minyak dan gas dalam 12 bulan terakhir. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dekade lalu yaitu mencapai 35%.
Dalam laporannya pada pekan lalu, Shell umumkan bahwa produksi minyak dan gasnya lebih rendah dari satu dasawarsa lampau. Diprediksi kondisi ini masih akan terus berlangsung selama dua tahun mendatang.
Lain lagi dengan hasil produksi Exxon yang lebih mengejutkan. Bagaimana tidak perusahaan ini catatkan rekor penurunan dalam lima tahun terakhir setelah perusahaan melepas proyek di Timur Tengah yang tidak begitu sukses.
Sedangkan Chevron dilaporkan memutuskan menunda investasi besar-besaran terkait ongkos produksi alhasil tingkat produksi Chevron stagnan dalam setahun terakhir ini.
Dan mungkin yang paling menyedihkan adalah yang terjadi dengan BP. Perusahaan ini dikabarkan melakukan perampingan yang cukup ekstrim yaitu dengan menjual aset $40 miliar sejak tahun 2010. Sebagian besar dananya dipakai untuk membayar ongkos urusan legal dan pembersihan minyak tumpah akibat insiden Deepwater Horizon, Teluk Meksiko, pada tahun tersebut.
Dampak ini juga meluas pada perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia yang menyatakan telah menangguhkan pelbagai proyek dengan nilai lebih dari $200 miliar sejak awal tahun 2014.
Febe/Journalist/VMN/BL
Editor: Tania Tobing
Image: Antara