(Business Lounge – News & Insight) Tepat seminggu telah berlalu sejak mundurnya para pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong oleh karena janji akan adanya diskusi dengan pemerintah Hong Kong. Namun pada kenyataannya janji tersebut belum dapat terealisasi. Maka para demonstran pro-demokrasi Hong Kong ini kembali merencanakan untuk turun ke jalan pada Jumat (10/10) malam seperti dilansir oleh AFP. Kesepakatan belum diperoleh. Tiongkok mengatakan bahwa, di bawah hukum Hong Kong, pemilih akan dapat memilih secara bebas tapi hanya dari daftar yang disetujui oleh komite pencalonan. Sedangkan mereka yang pro-demokrasi menuntut hak penuh untuk memilih pemimpin mereka.
Salah satu yang juga membuat para pengunjuk rasa semakin yakin diri adalah adanya dukungan dari AS melalui seruan Obama yang mendesak Presiden Tiongkok, Xi Jinping untuk bersikap demokratis.
Tiongkok telah berulang kali memperingatkan supaya pihak asing tidak mencampuri dalam urusan dalam negeri Hong Kong dan Tiongkok namun berbagai pendapat tetap mengalir.
Pada Kamis malam, para pemimpin mahasiswa telah menyatakan akan mengeskalasi unjuk rasa ini jika pemerintah tidak membuat konsesi. Namun langkah ini dianggap sebagai langkah yang menghilangkan kepercayaan pemerintah sehingga pemerintah menganggap perundingan tidak dapat berjalan. Kepala Sekretaris, Carrie Lam dalam pernyataannya mengatakan, “Dialog tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk menghasut banyak orang untuk bergabung dalam aksi unjuk rasa. Para aktivis pendudukan ilegal harus berhenti.”
Sebuah pesan yang diposting di akun Twitter HKFS pada Kamis malam mengatakan: “Pemerintah menolak untuk berbicara Mari kita menunjukkan kepada mereka apa yang kita punya..”
Dalam perkembangan terpisah, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou dalam pidato yang disampaikannya pada Hari Nasional Taiwan juga mendesak Beijing untuk bergerak ke arah demokrasi, dan menyuarakan dukungan untuk demonstran Hong Kong. Taiwan sendiri telah memisahkan diri dari Tiongkok sejak tahun 1949 dan ikut serta mengamati perkembangan di Hong Kong.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara