(Business Lounge – Manage Your Business) Fenomena menarik saya dapati dari peristiwa “Ice Bucket Challenge,” sebuah kampanye viral melalui sosial media network yang membuat atlit yang terkenal seperti Christian Ronaldo, celeb seperti Steven Spielberg mengikuti “Ice Bucket Challenge,” yang digagas untuk mencari dana bagi penyandang sakit Amyotrophic lateral sclerosis, atau dikenal dengan ALS atau penyakit Lou Gehrig.
Aktifitas amal ini sejak dimulainya pada tanggal 29 Juli hingga 18 Agustus sudah meraih 15,6 juta dolar Amerika, sebuah jumlah yang fantastis dan jauh lebih besar dibandingkan dengan aktifitas yang sama pada tahun 2013 mencapai 1,8 juta dollar Amerika. Dana yang terkumpul datang dari pendonor tetap ditambah 307,598 pendonor baru yang tidak hanya menjawab tantangan dengan menumpahkan air es di kepala tetapi juga memberikan donasi.
Terkait pada business management, hal yang bisa dipelajari dari fenomena “Ice Bucket Challenge,” adalah keberhasilan menjual sebuah ide. Konsumen tidak membeli produk namun membeli ide yang timbul di belakang produk. Golongan konsumen disini yang dimaksud adalah konsumen dalam taraf menengah ke atas.
Steve Job ketika meluncurkan produk Apple, iPad memulai presentasinya dengan bagaimana kebutuhan seseorang untuk menggunakan gadget di tempat yang berkumpul bersama kawan seperti taman, kedai kopi, kampus, ketika dalam perjalanan dengan pesawat, bus, kereta dan lain-lain. Steve Job menemukan bahwa tidak nyaman menggunakan desktop dan terlalu kecil untuk menggunakan smart phone, maka Apple menciptakan iPad yang sangat mudah dibawa kemana-mana bahkan sambil bersandar di tempat tidur dapat dipakai dengan nyaman. iPad pun laku keras sebab mereka bukan membeli komputer namun mereka membeli karena setuju dengan ide Steve Job, ide itu ada di alam bawah sadar mereka yang diangkat keluar.
Lain lagi dengan Starbucks, dari asal usulnya yang sederhana sampai menjadi nama yang identik dengan kopi, Starbucks telah menjadi salah satu perusahaan yang berkembang hebat saat ini. Kinerjanya adalah mengolah suatu produk yang biasa, bahkan tak menarik, dan mengubahnya menjadi kesuksesan bisnis yang luar biasa. Starbucks adalah sebuah jaringan kedai kopi yang dikenal sebagai tempat bersosialisasi. Starbucks memiliki lebih dari 11.000 gerai kopi di seluruh dunia.
Pada tahun 1980, Howard Schultz (mantan CEO Starbucks) melemparkan ide, apa yang terjadi seandainya biji kopi Starbucks yang berkualitas dipadukan dengan keindahan dan keromantisan kedai-kedai kopi Eropa? Starbucks menjadi tempat – bukan sekedar untuk minum kopi? Apakah “ide gila” Schultz bisa mengubah pengalaman minum kopi dari biasa menjadi luar biasa? Impian dan gairah Schultz ini kemudian diimplementasikan dan perubahan pun dilakukan. Starbucks tidak lagi sekedar menjual kopi, orang yang datang tidak semuanya penggemar kopi, namun mereka datang karena ide Howard yang mereka beli, ide Howard itu ada juga di alam bawah sadar mereka yang diangkat keluar.
Untuk pertumbuhan bisnis temukanlah ide kreatif yang akan mengubahkan dunia, melalui ide ini orang tidak lagi datang membeli produk namun membeli ide yang sesungguhnya ide mereka yang ada di bawah sadar.
Fadjar Ari Dewanto/Managing Partner Business Advisory Vibiz Consulting/VMN/BL