(Business Lounge – Business Today) Akibat terkena sanksi yang diberikan Uni Eropa, Perusahaan Energi Raksasa milik Rusia, Rosneft mengajukan pinjaman sebesar $ 42 miliar (IDR 462 triliun) kepada pemerintah Rusia melalui Wealth Fund Nasional, yang mendanai pensiun negara. Pemerintah Rusia pun akan mempertimbangkan permintaan dari Igor Sechin, kepala Rosneft, dalam dua minggu ke depan demikian dilansir oleh Gulf Times. Sanksi terhadap Rusia ini telah membatasi kemampuan Rosneft untuk mengumpulkan dana. Sechin, sekutu dekat Presiden Putin, mengatakan bahwa perusahaan telah membutuhkan uang untuk membantu mengatasi larangan kredit dan pinjaman AS serta larangan dari bank-bank Eropa.
Sejak bulan lalu, AS telah memberlakukan sanksi terhadap Rosneft dan Novatek, produsen gas terbesar kedua Rusia. AS dan Uni Eropa juga telah membatasi penjualan teknologi untuk industri minyak Rusia.
Hampir semua ekspor Rusia adalah bahan baku dan sekitar 60% di antaranya adalah produk-produk energi. David Spencer-Percival, chief executive dari perusahaan perekrutan energi internasional Spencer Ogden, mengatakan bahwa ini merupakan tanda terjelas bahwa sanksi-sanksi Barat benar-benar mempunyai dampak yang besar. Namun ia juga mengatakan bahwa mengingat ketergantungan Barat pada industri energi Rusia, maka adalah penting bagi pemerintah Eropa menilai kembali swasembada mereka.
Kabar ini awalnya dilaporkan oleh Vedomosti, harian bisnis Rusia yang mengutip sebuah surat dari Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev yang meminta para pejabat untuk menganalisis data yang ada.
Rosneft memiliki hutang sebesar $ 44.5 miliar (IDR 490 triliun) setelah akuisisi TNK-BP pada tahun 2013. Kesepakatan ini telah mengakibatkan perusahaan minyak UK, BP, membuat kesepakatan dengan Rosneft senilai $ 1,5 miliar (IDR 16.5 triliun).
uthe/Journalist/VMN/BL