(Business Lounge – News) Dua rudal baru saja diluncurkan oleh Korea Utara ke arah timur laut pada pukul 1:20 a.m dan 1:30 a.m waktu setempat, hari Minggu kemarin(14/7).
Penembakkan diproyeksikan berasal dari Kaesong, dekat dengan perbatasan Korea Selatan dan berjarak kira-kira 311 mil. Sangat disayangkan Korea Utara tidak melakukan konfirmasi terhadap 2 uji coba rudal ini, sehingga pihak Korea Selatan tidak memberikan peringatan kepada Bandar udara setempat untuk tidak melakukan penerbangan. Namun, dikabarkan tidak ada korban yang terluka.
Beberapa bulan ini, tercatat Korea Utara meluncurkan serangkaian uji coba rudal dalam frekuensi yang tergolong sering yaitu sebanyak 90 penembakan rudal terhitung dari 21 Februari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aksi peluncuran rudal ini merupakan bentuk kemarahan Korea Utara atas pemerintahan luar negeri yang menolak untuk memberikan bantuan asing kepada Korea Utara. Selain itu, tindakan ini juga dipicu oleh Korea Selatan yang menolak membentuk perjanjian perdamaian dengan Korea Utara.
Dalam proposal tersebut, Korea Utara melontarkan permintaannya kepada Korea Selatan:
1. Korea Selatan harus berhenti menerima bantuan dari perangkat keras militer Amerika Serikat termasuk bom dan pesawat nuklir kedalam wilayah Korea.
2. Seoul dan Washington harus membatalkan rencana pelatihan militer per Agustus.
Perihal penolakan disebabkan oleh niat dari Korea Utara yang dinilai kurang serius oleh pihak Korea Selatan.
Ketegangan diantara kedua belah pihak memanas dengan terjadinya 500 kali penembakan oleh kedua belah pihak di perbatasan Barat Laut. Angkatan Laut Korea Selatan memberikan tembakan peringatan terhadap kapal Korea Utara yang melakukan patrol diperbatasan air laut yang dikenal dengan nama “Northern Limit Line.”
Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkritik aksi yang merupakan bentuk kemarahan dari Korea Utara ini. Amerika mensinyalir kemajuan teknologi nuklir Korea Utara yang bergerak signifikan.
Secara teknis, Korea Utara dan Korea Selatan berhenti pelakukan serangan setelah Perang Korea berakhir pada tahun 1953, tetapi peperangan tidak berhenti dengan perjanjian perdamaian. Oleh karena itu, perkembangan nuklir dari Korea Utara ini cukup mengkhawatirkan perdamaian dunia internasional.
Febriani Piscessa/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: youtube