Rencana Referendum Akan Dilaksanakan Oleh Kelompok Separatis Pro Rusia

Kelompok separatis pro Rusia tetap lanjutkan rencana pelaksanaan referendum hari Minggu mendatang di kota Donetsk dan Luhansk untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia. Rusia dituduh Amerika Serikat ingin kuasai wilayah di Ukraina Timur dengan cara referendum seperti Krimea.

Menteri luar negeri AS John Kerry mengecam rencana tersebut dan menjelaskan bahwa apa yang sedang terjadi di wilayah itu adalah cerminan dari peristiwa aneksasi Krimea. Dia katakan bahwa hasil referendum yang dikatakan palsu ini tidak akan diakui oleh negara manapun.

Dia juga menambahkan bahwa Amerika dan Eropa “tidak akan duduk diam” sementara Rusia terus “mengipas api dan melakukan destabilisasi” tanpa melakukan hal-hal yang sebelumnya sudah disepakati bersama.

Presiden Rusia Vladimir Putin dituduh Kiev dan negara negara barat lainnya telah mendukung referendum ini supaya terjadi kekacauan di Ukraina dan bisa menggagalkan rencana pemilu tanggal 25 Mei mendatang.

Sebelumnya  Presiden Perancis Francois Hollande juga ingatkan bahwa konflik di Ukraina bisa akibatkan perang saudara,  apalagi jika pemilu presiden juga tidak bisa diadakan.

Menteri luar negeri Ukraina Andriy Deschyitsia hari Selasa kemarin mengimbau bantuan dari  peserta Konferensi Dewan Eropa di Wina bagi pemerintah Ukraina untuk  menghadapi ancaman-ancaman eksternal dan provokasi yang didukung Rusia.

Tapi menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov, yang juga hadir di dalam  Konferensi Dewan Eropa  di Wina, menolak tuduhan Ukraina dan juga negara negara lain. Ia mengatakan, sangat “tidak lumrah” melangsungkan pemilihan umum dalam situasi yang penuh kekerasan seperti saat ini.

Saat ini ketegangan masih terjadi di kota-kota yang   dikuasai kelompok separatis di Ukraina Timur. Kota Slavyansk masih dikepung pasukan Ukraina. Juga masih terjadi tembak menembak di beberapa tempat lain.

Arum/Journalist/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Image: Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x