(Business Lounge – Business Today) Setelah mengalami peningkatan laba selama 10 tahun terakhir di wilayah Asia, Standard Chartered melaporkan telah mengalami penurunan laba sebelum pajak sebesar 11 persen menjadi USD 6,06 miliar pada tahun 2013.
Raihan ini jauh dari target perusahaan yang ingin meningkatkan pendapatan dan laba. Tahun lalu perusahaan ini menargetkan kenaikan pendapatan minimal 10 persen di tahun 2013.
Bank pemberi pinjaman yang berpusat di London ini melaporkan nilai bisnis mereka di Korea Selatan jatuh hingga USD 1 miliar. Selain itu, kerugian akibat kredit macet naik menjadi USD 1,62 miliar dari USD 1,2 milyar pada tahun 2012.
Tahun 2013 telah menjadi tahun yang penuh tantangan namun sampai saat ini bank ini menyatakan dalam kondisi yang baik untuk mendukung pendanaan klien dan nasabah dan akan terus membuat peluang pertumbuhan bisnis tetap menarik.
Untuk menghindari kerugian lebih parah, Standard Chartered akan menjual bisnis yang dianggap tidak menguntungkan. Selain itu bank ini juga akan menggabungkan bisnis ritel dan grosir bank dengan harapan akan menghemat pengeluaran bank. Sebelumnya pengeluaran perusahaan pada tahun 2013 turun 5 persen menjadi USD 10,2 miliar.
Selain mengumumkan kinerja di tahun 2013, Standard Chartered juga mengumumkan pengunduran diri dari direktur keuangan mereka, Richard Meddings dan angkat Mike Rees untuk menjadi deputy CEO.
Tantangan Standard Chartered yang utam yaitu menghadapi kenaikan biaya regulasi akibat denda sebesar USD 667 juta oleh AS pada tahun 2012. Denda itu diberikan setelah Standard Chartered dianggap melakukan pelanggaran sanksi nuklir AS terhadap Iran.
Untuk tahun 2014 ini Standard Chartered proyeksikan kenaikan laba yang tipis sebab pasar dan kondisi perdagangan akan lebih stabil dan sulit daripada tahun lalu. Sementara momentum kinerja pada semester pertama tahun 2014 akan tetap menantang, baik pada pendapatan dan tingkat keuntungan.
Joel/Journalist
Editor : Jul Allens
Pic : wikimedia.org