(Business Lounge – World Today) – Demonstrasi di Thailand sepertinya masih berlanjut. Bahkan keadaan Thailand sepertinya sangat mengkhawatirkan. Serangkaian serangan yang terjadi hampir tiap malam, termasuk penembakan misterius, kian memperburuk krisis politik di Bangkok. Ini terjadi di tengah upaya pengunjuk rasa untuk menggulingkan Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra.
Dalam suatu serangan, pelaku melempar granat di depan rumah mantan PM Thailand, Abhisit Vejjajiva. Partai Demokrat pimpinan Abhisit saat ini bersekutu dengan gerakan unjuk rasa tersebut. Abhisit dan keluarga tidak berada di rumah ketika insiden terjadi. Menurut polisi, tak ada yang cedera dalam serangan tersebut.
Rentetan serangan mendorong sejumlah pengunjuk rasa meninggalkan area protes lebih awal setiap malamnya. Saat-saat seperti itu, massa biasanya berkerumun dalam jumlah yang lebih banyak demi menjaga keselamatan. Namun, pengunjuk rasa lainnya tidak terpengaruh oleh serangan-serangan tersebut. .
Pemimpin demonstran Suthep Thaugsuban bereaksi atas serangan. Ia menuding para penyerang tersebut merupakan kiriman pemerintah dan dilakukan agar orang-orang tidak bergabung dalam unjuk rasa. Wakil PM Pracha Promnok menampik tuduhan tersebut.
Kekerasan politik merupakan tradisi yang kerap terjadi di Thailand. Misteri di balik rentetan serangan seringkali digunakan sebagai senjata bagi faksi-faksi untuk memotivasi para pendukung mereka, serta melayangkan tuduhan konspirasi terhadap musuh politik, demikian pemikiran Panithan Watthanayakorn, profesor di Chulalongkorn University.
“Secara keseluruhan, serangan akan mempertahankan eskalasi ketegangan,” ujarnya. Panithan menilai rentetan serangan tersebut memberikan tekanan terhadap pejabat berwenang. “Serangan bahkan bisa memprovokasi militer untuk turun tangan dan mengambil kendali, jika situasi bertambah buruk.”
Mayor Jenderal Polisi Suebsak Pansura menyatakan, kepolisian menduga serangan granat sebelum Selasa tengah malam “merupakan sebuah ancaman untuk mengintimidasi Abhisit.” Mantan PM Thailand itu terlibat dalam beberapa unjuk rasa. Partainya juga berupaya memboikot pemilihan umum (Pemilu) mendatang yang dijadwalkan 2 Februari. Penyelenggaraan pemilu tersebut merupakan salah satu tanggapan Yingluck guna menenangkan massa.
Kepada stasiun berita setempat, Abhisit menegaskan serangan ditujukan pada pesaing politik Yingluck, sekaligus memperlemah gerakan oposisi.
Hingga kini, polisi masih menyelidiki serangkaian serangan di Bangkok yang telah berlangsung sejak protes mulai diluncurkan dua bulan lalu. Sejauh ini, serangan menewaskan delapan orang, termasuk petugas kepolisian. Puluhan lain mengalami luka-luka.
Polisi belum menangkap seorang pun yang terkait dengan serangan tersebut. Namun, polisi berhasil mengamankan senjata, peluru serta peledak berdaya ringan, nyaris setiap hari. Polisi dan para pemimpin pengunjuk rasa bertemu Rabu lalu. Kedua pihak sepakat untuk memperkuat keamanan di sekitar area protes.
Sekitar 40 negara telah memberlakukan peringatan perjalanan ke Thailand, menghimbau warga mereka untuk menghindari area protes di Bangkok, salah satu tujuan utama wisatawan asing.
(FJ/FJ/BL-WSJ)
Foto : WSJ, Antara