(Business Lounge – Business Today) – Untuk prediksi ekonomi tahun 2014. sepertinya tahun ini dimulai sama seperti 2013, dimana investor memanfaatkan stimulus moneter dalam pasar keuangan global yang disuntikkan bank-bank sentral utama dunia.
Pasar saham negara maju mencetak kenaikan dua digit, seiring dengan diterapkannya kebijakan easy money. Hal ini menghapuskan kecemasan soal pertumbuhan di negara-negara yang masih belum pulih dari krisis finansial.
Banyak investor tahun ini akan tetap fokus pada kebijakan moneter, meski mereka masih berharap ekonomi Amerika Serikat akan sedikit bangkit.
“Karena sifatnya yang agresif, kebijakan moneter cenderung lebih diperhatikan ketimbang hal lainnya,” ujar Dennis Stattman, fund manager BlackRock Global Allocation yang mengelola aset $59 miliar. Bahkan di Amerika Serikat, ketika bank sentral Federal Reserve (Fed) berencana memangkas pembelian obligasi bulanannya sebesar $10 miliar per Januari, “easy money masih akan ditemui dalam waktu yang sangat lama.”
Kebijakan moneter memang menguntungkan pasar saham dan obligasi. Meski demikian, “investor secara efektif terpaksa membuat keputusan investasi berdasarkan satu hal saja,” kata Stephen Rosen, direktur investasi di Omni Macro Fund asal London dengan portofolio $800 juta. “Ini pemusatan risiko yang sangat besar.”
Namun sejauh ini risiko itu tidak berpengaruh. Dow Jones Industrial Average 52 kali mencetak rekor untuk meraih peningkatan 27% pada 2013, kinerja terbaiknya sejak 1995. Indeks saham S&P 500 menanjak 30% dan Nikkei Stock Average di Jepang meroket 57%, perolehan terbesarnya sejak 1972.
Saham Eropa juga mencetak pertumbuhan dua digit. DAX (Jerman) naik 25%, CAC-40 (Perancis) naik 18%, dan IBEX (Spanyol) tumbuh 21%.
Yield obligasi jangka panjang pemerintah AS – yang pergerakannya berbanding terbalik dengan harga – naik drastis di AS setelah Fed mengambil langkah pertamanya dalam mengurangi stimulus. Yield obligasi itu untuk tenor 10-tahunan naik jadi 3,030% dari 1,759% pada akhir 2012.
Investor obligasi mengatakan return akan tetap didorong oleh kebijakan easy money bank sentral.
“Bank sentral masih menjadi pembeli terbesar obligasi pemerintah dan ini akan tetap terjadi pada 2014,“ kata Jamie Stuttard, pengelola dana obligasi senilai $1 miliar di Fidelity Investments, London.
Jason Trennert, kepala strategi investasi di Strategas Reserach Partners, menganggap dinamika kebijakan moneter – dan dampaknya terhadap prospek pasar finansial – mulai berubah di 2014. Beberapa bank sentral akan lebih agresif jika dibandingkan bank sentral lain, ujarnya.
“Bank of Japan dan European Central Bank akan menggantikan jumlah stimulus yang dikurangi Fed,” kata Trennert.
(FJ/FJ/BL-WSJ)