(Business Lounge – World News) Jumlah korban yang tewas akibat Topan Haiyan di Filipina melampaui 5.000 jiwa, seperti diungkapkan pihak berwenang negara itu. Badan Bencana Alam Nasional mengatakan dua pekan setelah topan menghantam, tercatat 5.209 orang tewas namun sejumlah lainnya masih hilang.
Dengan jumlah korban itu, Haiyan menjadi bencana yang paling buruk yang pernah melanda Filipina.
Haiyan -yang merupakan topan yang terkuat yang pernah tercatat di dunia- menghantam kawasan Filipina tengah pada 8 November lalu dengan kecepatan sekitar 270km/jam.
Beberapa wilayah di permukaan yang rendah di Provinsi Leyte sampai rata dengan tanah dihantam Haiyan. Bencana besar sebelumnya, banjir di kawasan Ormoc pada tahun 1991 menewaskan 5.101 orang. Sementara itu para pengungsi yang disebabkan Topan Haiyan mencapai lebih dari empat juta orang.
Pemerintah Filipina sempat dikritik karena dinilai lamban dalam menyebarkan bantuan, yang mengalir dari dunia internasional, kepada para korban yang membutuhkannya. Masih banyak daerah terpencil yang membutuhkan bantuan. Foto di atas memperlihatkan warga desa yang putus asa karena belum menerima bantuan kemanusiaan bereaksi saat sebuah helikopter AS tiba untuk mengirimkan bantuan di sebuah desa terpencil di Guiuan, Samar Timur, Filipina tengah, Rabu (20/11).
Menurut Valerie Amos, kepala urusan kemanusiaan dan bantuan darurat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), distribusi bantuan semakin dipercepat.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan berusaha membentuk pusat koordinasi di Guiuan, provinsi Samar, setelah pusat koordinasi lain di Tacloban, Roxas, Ormoc, dan Cebu berdiri. Pusat-pusat tersebut bertujuan menopang upaya bantuan dan pemulihan yang dikoordinir pemerintah di 574 kota kecil dan 57 kota besar di Filipina tengah.
Sebanyak 1,1 juta orang telah menerima bantuan makanan dari pelbagai lembaga kemanusiaan, ujar Amos. Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan Pemerintah Filipina pun telah mendistribusikan 649.999 paket makanan di sejumlah wilayah yang terkena dampak bencana per 18 November, demikian keterangan NDRRMC. Selain itu negara donor asing turut membantu dengan menyumbangkan $193 juta, tambah Amos.
Di luar perkembangan tersebut, Amos mengatakan butuh bertahun-tahun bagi Filipina untuk sepenuhnya membangun kembali. Saat ini, masih banyak kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Salah satu tantangan terbesar ke depan, menurutnya, adalah bagaimana memberi dukungan psikososial dan perlindungan kepada sekitar 3,2 juta perempuan dan 4,6 juta anak dari kekerasan, perdagangan orang, serta eksploitasi. Wanita hamil, ibu muda, dan orang-orang berumur juga membutuhkan perlakuan khusus.
Di beberapa wilayah, terutama kepulauan, air bersih sulit didapatkan. Pasalnya, daerah-daerah tersebut biasanya belum tersentuh akses jalan raya, ujar Amos. Dengan kehancuran sekitar 648.160 rumah, “ada kebutuhan sangat besar akan penampungan darurat dan perlindungan dasar.”
Filipina menghadapi tugas berat untuk membangun kembali setelah wilayah tengah mereka luluh lantak akibat Topan Haiyan, yang telah menewaskan setidaknya 5.209 orang sementara sejumlah lainnya masih hilang, dan banyak warga di daerah-daerah terpencil yang belum menerima bantuan yang dibutuhkan meskipun adanya upaya bantuan pihak internasional secara besar-besaran.
(ic/ic/bl- berbagai sumber)
Foto : Antara