Pernyataan Yellen Berikan Dampak Positif Bagi Asia

(Business Lounge – World News) – Menjelang pertengahan tahun ini, negara berkembang terpukul akibat penarikan dana besar-besaran oleh investor. Para pemodal saat itu berpandangan bank sentral AS atau the Fed hendak mengurangi nilai stimulus, yang pada gilirannya akan membuat suku bunga – serta tingkat pengembalian investasi – di AS naik.

Pernyataan Janet Yellen di hadapan Senat Amerika Serikat (AS) pada Kamis lalu membuka jalan bagi skenario ekonomi yang baik untuk Asia, yakni tetap mempertahankan stimulus sehingga tren aliran dana ke negara berkembang terus berlangsung, serta memberi cukup waktu untuk menyiapkan diri sebelum stimulus dihentikan.

Memasuki kuartal ketiga, Negeri Paman Sam disibukkan oleh krisis anggaran negara, membuyarkan rencana pengurangan stimulus moneter.

Kini Yellen, yang diusulkan Presiden Obama sebagai kandidat ketua the Fed, memberikan sinyal bahwa penghentian stimulus hanya akan dilaksanakan saat data tenaga kerja serta data ekonomi lainnya benar-benar menunjukkan ekonomi sudah membaik.

“Jika the Fed terlalu agresif mengurangi stimulusnya, maka itu akan berdampak buruk bagi seluruh Asia. Pengurangan secara gradual akan jauh lebih optimal,” kata ekonom HSBC Frederic Neumann. “Para pembuat kebijakan [di Asia] tetap dituntut untuk meningkatkan ketahanan ekonomi mereka, tanpa dibarengi adanya kenaikan suku bunga yang terlalu cepat, yang bisa melumpuhkan ekonomi di kawasan [Asia].”

Bursa saham di kawasan pada Jumat berada di teritori positif, namun tidak demikian bagi mata uang negara-negara Asia. Menurut analis hal tersebut diakibatkan pelemahan yen Jepang.

Meski tidak ada perspektif yang benar-benar baru dalam testimoni Yellen, pernyataan tersebut menguatkan pandangan bahwa pengambil kebijakan di Asia memiliki sedikit tambahan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka sebelum suku bunga di AS bergerak naik. Kekisruhan pertengahan tahun, saat penarikan dana besar-besaran menjatuhkan aset keuangan serta nilai tukar negara-negara Asia terjun bebas, bisa dihindari.

“Gejolak pasar yang kita lihat saat Juni-Agustus memberikan sedikit cuplikan tentang apa yang akan terjadi” saat the Fed benar-benar memulai pengurangan stimulus, ujar ekonom DBS Gundi Cahyadi.

India dan Indonesia, dua negara yang paling rentan di Asia, telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap dana asing. Sejak kekisruhan pasar finansial pada pertengahan tahun, kedua negara tersebut telah melakukan pengetatan kebijakan moneter, termasuk Bank Indonesia yang minggu kembali mengejutkan pelaku pasar dengan menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin, dan menelurkan beragam kebijakan untuk menarik investasi asing masuk serta menahan arus modal keluar.

Langkah yang ditempuh kedua negara membuahkan hasil berbeda: rupee telah terapresiasi cukup tinggi sejak posisi terendahnya di Agustus, namun rupiah tidak jauh beranjak dari titik terendahnya.

(ic/ic/bl-wsj)

Foto : 3news.co.nz

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x