(Business Lounge – Business Today) – Sejumlah maskapai dari Timur Tengah sampai Asia kini menguasai saham Virgin Australia Holdings Ltd dalam jumlah besar, sehingga menjadikannya salah satu investasi maskapai paling diminati di dunia. Hal ini menimbulkan dugaan Virgin Australia akan diakuisisi.
Virgin Australia merupakan maskapai terbesar kedua setelah Qantas Airways Ltd di Australia, salah satu pasar penerbangan paling menguntungkan di dunia. Berkat pembagian struktur korporasi Virgin, maskapai ini menjadi target utama akuisisi investor asing yang ingin memasuki pasar Benua Kanguru. Australia membatasi kepemilikan asing sebesar 49% di maskapai domestik yang memiliki rute internasional. Virgin tahun lalu sengaja memisahkan unit penerbangan internasional yang kecil, demi menarik investasi asing.
Singapore Airlines dan Air New Zealand baru-baru ini menambah kepemilikan sahamnya di Virgin Australia. Bulan ini maskapai asal Abu Dhabi, Etihad, mendapat persetujuan dari regulator Australia untuk menaikkan kepemilikannya dari 10% menjadi 20%.
Jumlah investasi ini diperkirakan terus meningkat, terutama setelah miliarder Richard Branson memberikan sinyal siap melepas sahamnya di Virgin Australia, yang sejumlah 13%.
“Kami bisa dengan mudah mengatakan akan ada situasi ketika dua dari tiga maskapai pemilik saham, atau ketiganya, menawarkan akuisisi bagi perusahaan,” ujar Russell Shaw, analis penerbangan dari Macquarie Group, asal Sydney.
Akuisisi atas Virgin Australia memberikan cengkeraman kuat atas pasar Australia, yang dianugerahi sinar matahari melimpah dan pantai yang cantik. Daya tarik pariwisata itu memikat lebih dari 5,5 juta turis dalam periode satu tahun yang berakhir pada Juni 2012. Turis pun kini lebih banyak berdatangan dari negara Asia yang ekonominya tengah berkembang pesat, seperti Cina.
Meski Virgin adalah maskapai penerbangan domestik, namun banjir turis asing ini juga menguntungkan mereka mengingat turis akan bepergian dari kota ke kota.
Prospek Virgin sebetulnya tak sepenuhnya cerah. Pada Mei, maskapai itu menurunkan target keuntungannya lantaran beberapa faktor, seperti kemerosotan industri pertambangan Australia. Faktor lain yang disebut Virgin adalah melemahnya daya beli konsumen, yang berdampak pada keinginan mereka untuk bepergian.
Meski demikian, Singapore Airlines menginvestasikan sekitar $125 juta pada April guna melipatgandakan kepemilikan sahamnya menjadi hampir 20%. Sedangkan Air New Zealand bulan lalu menaikkan jumlah sahamnya dari 3% menjadi 23% dan telah mengatakan ingin menambahnya menjadi 26%.
Juru bicara Etihad mengatakan perusahaannya “mungkin membeli saham yang tersedia, jika dianggap bijak, untuk meningkatkan kepemilikan saham kami dan akan mengumumkannya untuk memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan regulator.”
Spekulasi soal akuisisi Virgin kian kencang bulan ini setelah sejumlah besar blok saham diperdagangkan di Sydney. Identitas pembelinya belum diketahui.
Air New Zealand belum merespons permintaan berkomentar.
Juru bicara Singapore Airlines mengatakan, “Saat ini kami tidak berencana meningkatkan saham kami di atas 19,9%.”
Kehadiran tiga rival dengan jumlah saham signifikan ini akan mempersulit proses akuisisi. Namun Shaw dari Macquarie mengatakan ada potensi untuk penawaran gabungan.
Menurut Shaw, gabungan antara Singapore Airlines dan Air New Zealand adalah yang paling memungkinkan karena keduanya anggota Star Alliance. Meski mereka kini tidak memiliki hubungan kerja sama yang kuat, keinginan Air New Zealand untuk mencari rekanan di Asia dapat menjadi dasar aliansi bisnis mereka, ujar Shaw.
Sebaliknya, kata Shaw, kerja sama paling tak memungkinkan adalah Singapore Airlines dan Etihad karena kedua maskapai melayani rute Eropa dari pusat transit berbeda. Hal ini berarti keduanya akan bersaing merebutkan penumpang Virgin yang akan ke Eropa dari Australia.
(IC/IC/BL-WSJ)