(Business Today – Business Lounge) – Juru bicara Rabobank telah mengkonfirmasi pada kamis lalu bahwa perusahaan telah mencabut rencana penjualan salah satu cabangnya, Rabobank Indonesia.
“Kami melakukan kajian strategis. Penjualan [cabang di Indonesia] merupakan salah satu opsi. Namun, [rencana itu] kini sudah tak menjadi pilihan,” kata juru bicara Rabobank, Roelina Bolding.
Bila terlaksana, beberapa sumber memperkirakan penjualan Rabobank Indonesia bisa mencetak pendapatan sebesar $400 juta bagi bank asal Belanda itu.
“Kami mempertimbangkan berbagai pilihan untuk [Rabobank Indonesia]—termasuk dalam hal penjualannya — dan kami menyadari Indonesia memberikan lebih banyak peluang pertumbuhan bagi Rabobank di Asia,” kata Bolding.
Menurut narasumber, calon pembeli terhalang peraturan baru mengenai kepemilikan saham dalam suatu bank di Indonesia. Juli lalu, pemerintah membatasi investasi asing di bank menjadi 40%. Namun, investor pembeli yang dinilai sehat dapat mengakuisisi hingga 99%.
Proses penjualan Rabobank Indonesia telah dimulai sejak akhir tahun lalu. Langkah ini menarik minat investor dari Australia, Timur Tengah, Kanada, dan Asia. Namun, calon pembeli khawatir mereka nantinya tak sanggup mengendalikan bank secara penuh akibat batasan kepemilikan.
Hambatan regulasi dan harga yang melambung turut melemahkan aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia, demikian menurut sejumlah bankir investasi.
Rabobank mulai meninjau ulang strategi mereka sejak 2012. Kini mereka kembali fokus pada lahan usaha seperti peminjaman bagi petani lokal, yang sejak dulu menjadi andalan bank Belanda itu. Pada Februari, Rabobank melepas Robeco, anak usahanya di Belanda yang bergerak dalam bidang pengelolaan aset. Robeco dijual kepada Orix Corp—penyedia layanan bank investasi, asuransi jiwa, dan modal ventura—dengan nilai sekitar $2,59 miliar.
Rabobank Indonesia memiliki 90 cabang di 32 kota.
Februari lalu, China Construction Bank dan Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC) dari Jepang sempat mempertimbangkan pembelian Rabobank Indonesia. Seorang narasumber dari China Construction Bank menyatakan lembaga peminjam asal Cina itu sudah tak mengejar aset itu.
Tak jelas di mana posisi SMBC kini dalam persoalan ini. Namun, bank asal Negeri Sakura itu belakangan menyepakati akuisisi yang lebih besar. SMBC pada Mei mengaku akan membayar $1,52 miliar untuk mengakuisisi 40% saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional.
(IC/IC/BL-WSJ)

