(Business Lounge – Business Today) – Ekspor barang produksi Singapura merosot sebesar 4,6% pada Mei dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2012, demikian data yang dirilis Senin oleh badan promosi perdagangan International Enterprise Singapore. Volume ekspor nonmigas Singapura pada Mei lebih rendah dari harapan. Catatan tersebut melanjutkan tren regional, seiring dengan melemahnya permintaan dari pasar Asia dan negara maju.
Angka itu lebih tajam dari kejatuhan pada April sebesar 1%. Lemahnya angka pengapalan barang elektronik ada di tempat teratas penurunan dengan 13,2% on-year pada Mei. Sementara itu, ekspor farmasi, yang sempat mengalami penurunan pada April, mencatatkan rebound dan naik 19,9% pada Mei.
Data ekspor di beberapa negara Asia Tenggara beberapa pekan belakangan juga mencatatkan kinerja tidak memuaskan. Beberapa negara yang membukukan penurunan bulan ini antara lain Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Melihat besarnya peran ekspor bagi ekonomi Singapura, negeri itu terkena pukulan telak akibat lemahnya permintaan dari Eropa dan Amerika Serikat. Seperti negara Asia lainnya, Singapura telah mengalami momentum positif dari kondisi ekonomi AS yang perlahan-lahan mulai pulih serta kebangkitan Jepang. Namun, pertumbuhan Cina yang masih lesu telah menambah pelemahan. Pengapalan ke UE jatuh 4,3% pada Mei ketimbang setahun sebelumnya, masih lebih baik dibandingkan dengan kejatuhan sebesar 13,4% pada April. Ekspor ke AS terpuruk 0,8% on-year setelah mengalami kenaikan sebesar 4,6% pada April.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor Singapura anjlok sebesar 1,1% setelah tumbuh 1,1% on-month pada April. Median hasil survei terhadap lima ekonom sebelumnya memperlihatkan ekspansi bulanan sebesar 4,0%.
Prediksi data ekspor yang lebih kuat itu berdasar atas angka manufaktur Singapura yang meningkat, ekonom Credit Suisse, Michael Wan mengatakan. Tingkat produksi industri tumbuh 4,7% pada April, sementara indeks manajer pembelian—tolok ukur aktivitas manufaktur—telah menunjukkan ekspansi selama tiga bulan berturut-turut.
Perlambatan ekspor ini, saat manufaktur Singapura justru bergairah, bisa menjadi pertanda bahwa banyak perusahaan menambah stok produk demi mengantisipasi permintaan di masa mendatang, ujar Wan.
“Jika itu alasannya, kita bisa menyaksikan angka produksi dari sektor industri turun dalam beberapa bulan mendatang” seiring dengan upaya para eksportir menjual barang yang distok sebelumnya, lanjutnya.
Ekspor Singapura ke Cina bertahan pada Mei dengan naik 6,2% on-year. Namun, pengiriman barang ke mitra dagang regional lainnya menderita, dengan ekspor ke Malaysia yang amblas 20,4% dan ekspor ke Indonesia turun 19,7%. Ekspor gabungan ke kedua negara tetangganya itu hampir menyamai ekspor ke mitra dagang terbesar Singapura, Uni Eropa.
(ic/IC/bl-wsj)