(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Pernahkah Anda mendengar kisah dimana sebuah produk sukses memberi kepuasan pada pelanggannya, namun produksinya justru dihentikan oleh produsennya? Ya, kasus tersebut nyata terjadi ketika Revlon menghentikan produksi salah satu lini produknya Vital Radiance.
Jika Anda search melalui Google, Anda akan menemukan banyak sekali review para pelanggan yang sebenarnya sangat puas terhadap performa produk ini sehingga mereka luar biasa kecewa karena Revlon memutuskan untuk menghentikan produksi.
Vital Radiance ditujukan Revlon untuk segmen wanita berusia diatas 50, yang dalam industri kecantikan kurang diperhatikan kebutuhannya. Sehingga, mereka sangat kecewa kehilangan Vital Radiance Revlon. Yang istimewa, Vital Radiance tidak hanya banyak digunakan oleh wanita usia 50 saja, melainkan juga wanita muda berusia 30-an.
Salah seorang konsumen, Mari Johnson, yang berusia sekitar 30-an, dalam sebuah situs mengungkapkan bahwa sejak ia mencoba Vital Radiance, ia tahu bahwa ia tidak akan pernah keluar rumah tanpa mengenakannya. Vital Radiance, membuatnya tampak segar, bercahaya dan merasa lebih muda. Kulitnya terasa lembut dan bercahaya, kerutan juga tersamarkan. Ditambah SPF 25 dan formula bebas minyak, Vital Radiance sepertinya merupakan produk yang paling ideal baginya.
Namun mengapa Revlon memutuskan untuk menghentikan produksinya?
Vital Radiance nampaknya tidak menghasilkan penjualan yang memuaskan bagi Revlon. Disebut-sebut bahwa investasi yang dikeluarkan untuk merek tersebut tidak sebanding dengan hasilnya.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa kegagalan penjualan Vital Radiance ada pada kesalahan pemasaran dari pihak Revlon. Salah satunya dalam hal pengemasan, Vital Radiance sama sekali tidak membawa nama besar Revlon yang tentunya sudah populer di industri kecantikan.
Kesalahan lainnya adalah bahwa produk tersebut tidak menggunakan model atau endorser yang sudah terkenal. Bandingkan misalnya dengan P&G yang menggunakan Christie Brinkley dan L’Oreal yang menggunakan Diane Keaton. Tentunya pasar akan lebih ‘ngeh’ jika pemasaran sebuah produk baru dibawakan oleh orang yang sudah familiar bagi mereka.
Ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa harga yang ditetapkan terlalu mahal. Namun ada pula yang berpendapat bahwa harga tersebut sesuai dengan segmen wanita usia diatas 50 yang seharusnya sudah cukup mapan.
Kesalahan pemasaran dari Revlon tersebut mudah-mudahan bisa diambil sebagai pelajaran. Seharusnya Revlon mengevaluasi pemasaran yang mereka lakukan, bukan menghentikan produksi produk yang sebenarnya berkualitas bagus dan berpotensi besar. (RP)
(Visi Sales/AA/TML)
pic : dazzlingbelle.com