Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Ekspor di Indonesia

(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Ekspor dan impor merupakan hal yang penting di dalam dunia pemasaran. Tanpa adanya ekspor dan impor maka produk atau jasa yang kita hasilkan tidak akan dikenal dan dipasarkan di mancanegara.

Seperti yang kita ketahui, perusahaan yang mengekspor barangnya ke luar negeri pasti menggunakan jasa transportasi. Salah satu jasa transportasi yang digunakan adalah kapal laut melalui pelabuhan tertentu, seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, dan beberapa pelabuhan lainnya yang memiliki custom/bea cukai.

Salah satu hal yang menjadi tanggungan para pengekspor/pengimpor yang menggunakan jasa kapal laut adalah sea freight, yaitu ongkos kirim barang/containerized cargo, melalui kapal laut dari pelabuhan asal atau POL (port of loading) menuju ke pelabuhan tujuan atau POD (port of destination), baik itu lokal maupun antar negara. Sea freight merupakan hal yang sangat berpengaruh di dalam ekspor, karena jika sea freight mengalami kenaikan, maka hal tersebut bisa memberikan dampak yang besar bagi perdagangan ekspor di Indonesia.

Krisis ekonomi merupakan hal yang memberikan dampak bagi perdagangan ekspor di Indonesia karena dapat mengakibatkan kenaikan sea freight. Kenaikan dari sea freight dapat memberikan efek negatif yang cukup serius, karena hal itu mengakibatkan penurunan volume ekspor ke luar negeri, yang berarti berkurangnya pendapatan perusahaan pengekspor barang dan juga pemerintah melalui pajak.

Krisis ekonomi yang mengakibatkan sea freight menjadi mahal akan mengakibatkan barang-barang ekspor di Indonesia tidak mampu bersaing di pasaran internasional dan hal tersebut memberikan dampak yang sangat buruk bagi pemasaran barang maupun jasa ke luar negeri.

Dampak yang terjadi akibat kenaikan sea freight adalah produsen (shipper) menurunkan produksinya atau melakukan cost cutting. Ketika produksi turun, maka secara otomatis ekspor juga menjadi turun dan pada akhirnya mengakibatkan muatan kapal juga menjadi turun.

Akibat dari ekspor yang kurang adalah kargo menjadi kosong dan muatan kapal menjadi sedikit. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan jasa angkutan ekspor dan impor (forwarder) dan perusahaan kapal cargo (shipping line/liner), karena meskipun muatan kapal tidak penuh, kapal tersebut tetap harus berjalan.

Kenaikan sea freight sendiri semata-mata bukan hanya disebabkan oleh kenaikan ongkos kapal laut, tetapi didalamnya juga ada faktor-faktor lainnya seperti THC ( Terminal Handling Cost). Karena kenaikan THC tersebut, maka hal tersebut bisa menimbulkan protes dari liner,dan menyebabkan mereka tidak mau mengangkut barang di Indonesia. Hal tersebut bisa memberikan dampak yang buruk bagi ekspor di Indonesia, karena jika tidak ada yang mau mengangkut barang di Indonesia, maka ekspor menjadi terlantar.

Jika ekspor di Indonesia menjadi terlantar, maka hal tersebut bisa memberikan dampak yang buruk bagi perdagangan di Indonesia. Solusi agar ekspor di Indonesia tidak terlantar akibat krisis adalah cost cutting baik dari pihak shipper (produsen/pemilik barang) dan juga liner (perusahaan kapal kargo) agar ekspor di Indonesia menjadi tetap berjalan dengan baik.

 

 

(Kristo Aritonang/AA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x