(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Memasuki tahun 2013. Geliat bisnis terlihat semakin bergelora di kawasan Asia Tenggara. Seperti halnya rencana Starbucks yang akan membuka gerai pertamanya di Vietnam pada awal bulan Februari mendatang. Walau sedikit tertunda dari rencana semula yaitu pada tahun 2012 yang lalu, momentum ini akan menjadi sebuah pertanda baik lainnya bagi kemajuan bisnis di Thailand.
Perusahaan kopi asal Seattle tersebut berencana membuka gerainya di Ho Chi Minh City bersama partnernya, Hong Kong Maxim’s Group. Gerai ini menjadi bagian dari ekspansi Starbucks di kawasan Asia-Pasifik, di mana lebih dari 3.300 kedai dapat ditemukan di 12 negara, 700 di antaranya terdapat di Cina.
“Kami telah berada di kawasan ini selama 16 tahun, dan mengingat kesuksesan kami di Thailand, Singapura, dan Malaysia, begitu pula dengan kinerja keuangan keseluruhan, kami melihat Vietnam sebagai titik awal selanjutnya,” ujar John Culver, presiden Starbucks untuk kawasan Asia Pasifik dan Cina.
Starbucks menunda pembukaan gerainya di Vietnam selama beberapa bulan agar tidak bentrok dengan musim liburan dan tepat dengan awal tahun. “Tahun baru adalah waktu yang lebih tepat,” ujar Culver.
Menurut Starbucks, Vietnam memiliki budaya minum kopi yang kuat, tidak seperti India atau Cina yang lebih terbiasa minum teh. Pasar kopi Vietnam mencapai nilai $3 miliar dengan konsumsi kopi yang terus naik.
“Vietnam adalah negara penghasil kopi terbesar kedua di dunia, di bawah Brazil,” ujar Culver. “Kami telah memakai kopi dari Vietnam selama beberapa tahun.”
Kendati demikian, kompetisi kedai kopi di Vietnam jauh lebih ketat, sehingga jumlah kedai Starbucks akan lebih sedikit ketimbang India atau Cina, yang jumlah penduduknya pun lebih banyak. “Dalam jangka panjang, kami melihat peluang untuk memiliki ratusan kedai di Vietnam,” ujar Culver.
Gerai pertama Starbucks di Vietnam akan terletak di area pusat bisnis, dekat sebuah persimpangan utama. Anak perusahaan Hong Kong Maxim’s Group, Coffee Concepts (Vietnam) Ltd., akan mengoperasikan kedai Starbucks setelah meneken perjanjian lisensi dengan perusahaan kopi Amerika itu. Perjanjian tersebut memberikan hak kepada Coffee Concepts untuk mengelola Starbucks di pasar Vietnam dan memperluas kerja sama antara Starbucks dan Hong Kong Maxim’s Group di luar Hong Kong dan Macau.
Starbucks menguatkan minatnya terhadap kawasan Asia Pasifik tahun lalu saat mengumumkan rencana pembangunan 1.500 kedai di Cina pada 2015 dan membuka kedai pertamanya di India Oktober lalu. Kedai Starbucks India dibangun melalui kerja sama dengan sebuah unit Tata Group. Dalam tahun anggaran yang berakhir 30 September, total pendapatan Starbucks di kawasan Asia Pasifik adalah $721,4 juta, naik 31% dari satu tahun sebelumnya. Meski demikian jumlah tersebut hanya menyumbang 5% dari total pendapatan Starbucks.
Bulan lalu Starbucks mengumumkan kafe-kafenya di Asia Pasifik berhasil mempertahankan pertumbuhan penjualan sebesar dua digit pada Oktober dan November, kendati perusahaan Amerika lainnya seperti McDonald’s dan Yum Brands menyatakan kelesuan ekonomi di Cina berdampak pada bisnisnya.
“Kami tidak melihat hal ini dari jangka pendek,” ujar Culver ketika ditanya apakah tren penjualannya terus mengalahkan pesaing dan memberikan momentum untuk mengembangkan sayap di Asia Pasifik.
Undang-undang lokal pun dapat menghambat ekspansi bisnis di Asia. Sebagai contoh, Starbucks telah berkeinginan memasuki pasar India selama lima tahun sebelum akhirnya mampu membuka sebuah kedai di negara tersebut. Hal ini dikarenakan adanya batasan terhadap investasi asing langsung (FDI) dan birokrasi lainnya.
Starbucks sempat mengatakan akan membuka maksimal 50 kedai di India sampai akhir 2012, namun menurut Culver, Starbucks bukanlah tipe perusahaan yang beroperasi dengan target spesifik. Kini Starbucks memiliki tiga gerai di India dan sejumlah lainnya yang sedang dalam persiapan.
Melihat fakta diatas maka masyarakat Indonesia boleh berbangga karena Starbucks sudah membuka puluhan gerai di kota-kota besar yang ada.
Indonesia dengan konsumen peminum kopi loyalnya memang telah menjadi negara tujuan bisnis kedai kopi dunia, bahkan tidak hanya Starbucks saja. Beberapa perusahaan kopi Internasional pun turut bertarung menjajakan produknya.
(Tania Tobing/AA/TML)