(Business Lounge – Dominate The Market) Penting sekali dalam seluruh aspek manajemen maupun kepemimpinan didasari oleh keahlian yang membuat orang menjawab “ya”, pada saat sebuah penawaran disampaikan atau pada saat kebijakan diterapkan. Hal ini nampak sekali pada manajemen pemasaran yang menghendaki calon pelanggan berkata “ya” pada saat mereka menjual produk atau jasa. Seorang pemimpin juga menginginkan pengikutnya akan berkata “ya” kepada dia pada saat visi disampaikan dan menjalankannya.
Apakah yang dapat dilakukan agar seseorang berkata “ya” dari dalam hatinya dan melakukan dengan semangat? Ada enam hukum untuk jalan pintas yang membuat orang berkata “ya” dan melakukannya. Hukum yang pertama adalah Reciprocity atau hukum timbal balik yang bermakna akan timbul di hati kewajiban untuk memberi pada saat menerima. Survei pernah dilakukan pada sebuah rumah makan, saat memberikan sebuah permen kepada pelanggan maka penjualan naik menjadi 3%. Penjualan naik 14% pada waktu dua permen diberikan kepada pelanggan ketika mereka membayar tagihannya.
Tentu dalam memberi bukanlah pemberian yang dilakukan secara rutin, pemberian harus dilakukan dengan unik dan tidak terduga, bila pemberian dilakukan seperti itu maka orang akan selalu berkata “ya”.
Hukum kedua yang berlaku adalah Scarcity. Sebuah maskapai penerbangan pernah melakukan hal ini. Untuk mengurangi biaya maka jalur dari New York ke London dari dua kali penerbangan dalam sehari dikurangi menjadi satu kali saja. Tidak terduga oleh manajemen, hal ini justru membuat penjualan meningkat sebanyak 14 persen dibandingkan sebelumnya.
Jadi orang akan berkata “ya” pada saat kondisi kelangkaan terjadi, implikasi dari hukum scarcity ini adalah pada saat melakukan penawaran perlu disampaikan benefit, keunikan dan juga kehilangan apa yang akan terjadi kalau tidak berkata “ya” kepada penawaran yang disampaikan.
Hukum yang ketiga adalah authority. Orang akan berkata ya ketika yang menyampaikan adalah seorang yang kredibel, dianggap berpengetahuan atau orang ahli. Umumnya penyampaian kebijakan akan efektif apabila yang berbicara adalah seseorang yang memiliki salah satu dari ketiga hal tersebut atau satu saja diantaranya. Ketika meminta orang memelihara kebersihan dan kesehatan yang kredibel berbicara tentang hal ini adalah seorang dokter. Berbicara tentang produk yang menyangkut dengan segmen orang-orang yang menengah ke atas maka bisa menggunakan orang-orang yang kredibel untuk segmen tersebut. Misalnya promosi jamu tolak angin yang hendak meraih segmen menengah ke atas. Dengan menggunakan Rhenald Kasali untuk mengatakan “Orang pintar minum Tolak Angin” jamu ini meraih pasar segmen menengah ke atas.
Menggunakan pendekatan authority dalam kepemimpinan juga dapat dilakukan, namun hal ini memerlukan pertumbuhan yang bergerak dari wewenang yang diberikan kepada pemimpin melalui posisinya hingga wewenang yang timbul karena pribadi seorang pemimpin.
Hukum yang keempat adalah consistency. Orang mencari meminta komitmen yang terbukti baik dari pribadi seorang pemimpin atau sebuah perusahaan. Ketika mereka mendapatinya mereka akan berkata “ya” dan tidak menolak.
Hukum yang kelima adalah liking. Dengan gambar diatas jelas terlihat bahwa persamaan membuat orang akan bekerjasama. Sebuah uji coba pernah dilakukan antara dua kelompok mahasiswa MBA yang menerapkan dua strategi kerjasama yang berbeda. Kelompok pertama menggunakan waktu dengan prinsip time is money, sehingga selalu membicarakan secara langsung apa yang diinginkan. Sementara kelompok yang kedua selalu mencari persamaan terlebih dahulu dengan calon partnernya sebelum membicarakan bisnis. Kelompok pertama menghasilkan 55 persen kontrak, kelompok kedua menghasilkan 90 persen kontrak. Terbukti bahwa dengan mencari persamaan pada lawan bicara membuat mereka berkata “ya” kepada apa yang disampaikan.
Hukum yang keenam adalah consensus. Orang akan melihat apa yang dilakukan orang lain untuk mengatakan “ya”. Sebuah survei juga dilakukan pada hotel yang ingin pelanggannya menggunakan handuk sekali saja selama mereka menginap. Percobaan pertama dilakukan dengan permintaan langsung dan hasilnya kurang berdampak besar. Ketika pendekatannya diubahkan dengan mengatakan 75 persen pengguna kamar ini menggunakan handuk yang sama selama dia menginap untuk mendukung pelestarian lingkungan, maka dampaknya menjadi sangat besar karena orang melihat consensus orang lain.
Enam hukum ini adalah cara-cara rahasia dibalik keberhasilan membuat orang selalu berkata “ya”. Keahlian ini memerlukan latihan agar bisa dengan baik dipergunakan.
Fadjar Ari Dewanto/Managing Partner Business Advisory Vibiz Consulting